Pages

Sunday 25 February 2018

DESAIN PEMBELAJARAN DIRI
NHW #5 Matrikulasi Institut Ibu Profesional

Assalamualaikum.
Sejujurnya saya bingung dengan NHW #5 ini. Perasaan NHW sebelumnya juga saya bilang bingung ya? Terus kapan ga bingungnya? Haha. Maksud saya, kali ini saya bahkan bingung sejak pertama kali membaca NHW ini. Ini disuruh ngapain sih? Mencari tahu tentang desain pembelajaran kemudian menuliskannya? Atau membuat desain pembelajaran ala saya? Hehe.
Berbicara tentang desain pembelajaran sesungguhnya mengingatkan saya pada saat masih mengajar di SMA. Saya paling males dan tidak pernah mengerjakan rencana pelaksanaan  pembelajaran, silabus dan semacamnya. Tentu saya selalu kena tegur oleh Pa Nunuh (Saya bahkan sudah lupa apa istilahnya, pokoknya semacam QC-nya guru-guru lah.) Poin saya plus di urusan mengajar, tapi administrasinya minus pisan. Saya selalu beralasan "Ah, saya bukan lulusan pendidikan, ga ngerti yang begitu-begitu." Dan saya selalu menolak kalau dibilang saya ini guru. Saya bilang "saya cuma pengajar. Beda sama guru yang harus digugu dan ditiru." 
Jika dulu saya abai, maka kali ini saya mantap akan mengerjakannya. Yang pertama saya lakukan adalah googling dengan keyword 'NHW 5 Desain Pembelajaran'. Tujuan saya adalah ingin tahu apa yang ditulis oleh kakak-kakak angkatan sebelumnya tentang NHW #5 ini. Banyak sekali dan ternyata bermacam-macam. Saya baca sekilas-sekilas dan saya belum nemu yang sesuai dengan saya. Maka saya ulangi lagi dengan mencari tahu apa itu desain pembelajaran.

Desain Pembelajaran adalah 
  1. Proses untuk menentukan metode pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan pengetahuan dan keterampilan pada diri pembelajar ke arah yang dikehendaki (Reigeluth, 1983).
  2. Proses untuk membantu proses belajar seseorang di mana proses belajar itu sendiri memiliki tahapan segera dan jangka panjang (Gagne, 1992).
  3. Suatu proses yang merumuskan dan menentukan tujuan pembelajaran, strategi, teknik, dan media agar tujuan umum tercapai (Gentry, 1994).
  4. Proses untuk merinci kondisi untuk belajar, dengan tujuan makro untuk menciptakan strategi dan produk, dan tujuan mikro untuk menghasilkan program pelajaran atau modul atau suatu prosedur yang terdiri dari langkah-langkah, dimana langkah-langkah tersebut di dalamnya terdiri dari analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan menilai hasil belajar (Seels & Richey AECT 1994).
  5. Pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. (Syaiful Sagala, 2005).
  6. Suatu proses desain dan sistematis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai teori-teori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian dalam bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen (Morisson, Ross&Kemp 2007).
Sumber : ini dan ini

Desain Pembelajaran juga ternyata memiliki banyak model. Di artikel yang ditulis entah oleh siapa (link di sini), ada setidaknya sepuluh model desain pembelajaran yang menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu. Model tersebut adalah Model ADDIE, Model ASSURE, Model Dick dan Carey, Model PPSI, Model AT dan T, Model Degeng, Model Pengembangan Instruksional (MPI), Model Gerlach dan Ely, Model Kemp, dan Model ISD. Saya baca cepat saja setiap model dan tahapan untuk merancangnya. 
Menurut saya yang tidak punya basic di bidang ini, Model ADDIE adalah model yang paling simpel dan paling banyak digunakan, saya juga banyak melihat model ADDIE  ini dipilih di NHW #5 matrikulasi batch sebelum-sebelumnya. ADDIE ini singkatan dari Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation.
Saya pun mencoba corat-coret desain pembelajaran menggunakan model ADDIE ini. Tapi kemudian saya menyadari bahwa fokus model ADDIE ini adalah menuliskan masalah yang ada dan bagaimana cara memperbaikinya. Saya jadi terpaku pada kekurangan saya dan cara memperbaikinya. Seolah meratakan lembah kalau di materi kemarin. Saya merasa agak kurang klop jika saya ingin belajar hal yang berbeda dengan cara yang berbeda menggunakan model ini. Selain itu saya merasa sepertinya lebih nyaman jika tahapan Implementation dan Evaluation dibalik. Bukan dibalik sih ya tepatnya, tapi jadi circle berulang. Maksud saya sebuah metode itu harusnya di test dulu, jika berhasil baru dilaksanakan. Jika tidak, maka modifikasi lagi metodenya. Di ADDIE, tahapannya adalah dilaksanakan dulu baru dievaluasi kemudian dianalisis kembali dari awal. Ah ini mungkin pemahaman saya tentang ADDIE saja yang memang belum mantap. Perlu waktu lebih banyak untuk memahami semuanya dengan baik dan benar. 
Karena saya males mempelajari model lainnya dalam waktu yang singkat ini, maka saya memutuskan untuk googling lagi tentang ADDIE dengan keyword 'advantages and disadvantages ADDIE model'. Dan saya senang sekali bisa menemukan artikel yang ditulis Connie Malamed berjudul How To Use Design Thinking In Learning Experience Design. Saya juga menemukan tulisan Teh Elma yang menyoroti hal yang sama tentang ADDIE. Beliau menuliskan juga tentang Design Thinking yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk mengikuti jejaknya, saya memilih model Design Thinking dalam membuat desain pembelajaran untuk saya sendiri. 

Design Thinking
Menurut artikel Design Thinking Untuk PendidikanMetode Design Thinking ini pertama kali diperkenalkan secara luas oleh Tim Brown lewat tulisannya di Harvard Business Review yang berjudul Design Thinking (Tahun 2008) dan dipopulerkan kembali lewat bukunya yang ditulis bersama Barry Katz yang berjudul Change By Design: How Design Thinking Transforms Organizations and Inspires Innovations (2009). Memang mulanya Design Thinking diperuntukan untuk permasalahan bisnis dan finansial. Tapi ternyata Design Thinking dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan. Design Thinking menggunakan pendekatan kreatif, mengumpulkan informasi dan peluang yang ada untuk disintesis menjadi ide karya. Model ini human-centered dan menekankan pada learning by doing, sesuai dengan strategi belajar yang saya tuliskan di NHW#1. Menurut artikel design thinking in 1 day, pendekatan Design Thinking akan memampukan penggunanya menyelesaikan masalah rumit, memetakan peluang, dan memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk menghasilkan karya.  
Design Thinking terdiri dari beberapa tahapan penting yaitu Empathise - Define - Ideate - Prototype - Test.
Sumber Gambar

Empathise
Step pertama saya harus berempati kepada diri saya sendiri untuk mengetahui apa yang sebenarnya saya butuhkan, saya inginkan, bagaimana keseharian saya, pola pikir dan tingkah laku, perasaan saya, juga mengapa saya seperti ini. Dengan menghubungkannya dengan NHW-NHW sebelumnya, jika saya rangkum dalam 5W1H, maka diri saya adalah 
  • Who am I ?  Saya adalah Ibu Pembelajar, calon Ibu Profesional.
  • What am I doing ?  belajar, berbagi ilmu, dan mempraktikannya.
  • Why am I here (purpose of my life) ?  Berbagi ilmu, menebar manfaat.
  • Where do I start it ?  dari diri sendiri di rumah sendiri, dari keluarga sendiri.
  • When do I start ?  sejak mengikuti kelas matrikulasi  sampai tutup usia nanti.
  • How am I doing it ?  dengan membaca, menonton video, mendengar ceramah, bertanya, berguru, berkomunitas, diskusi, dan menulis.
Define
Untuk mendefinisikan apa tantangan belajar saya, saya harus menuliskannya dalam format “How Might We…”. Maka saya memilih kalimat
"Bagaimana caranya saya memanfaatkan semua potensi yang saya miliki, fasilitas yang ada untuk belajar dan orang di sekitar saya /komunitas agar saya dapat menyerap ilmu Pendidikan Anak dan Keluarga dengan maksimal dan mempraktikannya dengan baik?"

Ideate 
Di tahap ini saya menuliskan ide-ide untuk pembelajaran saya sama seperti strategi belajar yang saya dituliskan di NHW #1 dengan beberapa revisi.

Prototype
Saat menuliskan tahap ini, saya baru sadar bahwa di NHW sebelumnya apa yang saya rencanakan tidak ada dalam bentuk nyatanya. Ya kecuali tulisan mungkin ya, itupun masih belum rutin. Maka saya memutuskan untuk membuat sesuatu dalam proses belajar saya yang bisa jadi prototipe bagi keluarga (suami dan anak) dalam kehidupan nyata sehari-hari. Yang akan saya buat adalah 
  • Tulisan rutin 2hari sekali seperti yang saya tuliskan di NHW#2.
  • Portofolio anak, 1 hari 1 kegiatan bermakna. Ini sebenarnya sudah berjalan di instagram saya (IG: fitrimeila) namun masih belum rutin.
Mungkin akan ada tambahan, tapi sementara ini yang terpikir dan sudah berjalan.

Test
Kini saatnya mengetes secara harian dengan keluarga (suami dan anak) sebagai user saya. Suami dan anak yang akan menilai sejauh mana keberhasilan saya dalam proses belajar ini. Proses test ini terus dilakukan agar saya bisa terus memperbaiki kualitas diri saya menjadi yang lebih baik. Untuk sementara akan saya lakukan dan setiap pergantian bulan akan dievaluasi sesuai dengan rencana saya di NHW#2. Saya pun perlu merivisi NHW#2 agar bisa lebih detil. 

Alhamdulillah. Semoga dengan adanya desain pembelajaran ini saya bisa belajar dengan lebih teratur, terarah, fokus, dan jelas progressnya.
Yang bodor adalah, di akhir-akhir saya menuliskan NHW ini, saya baru saja membaca artikel tentang penggabungan model ADDIE dengan Design Thinking yang membuat saya semakin penasaran dengan keduanya. Tapi untuk saat ini saya sudah mantap dengan Design Thinking saja dulu. Paling tidak saya jadi punya bahan untuk saya pelajari lebih jauh tentang desain pembelajaran jika setelah evaluasi model ini dirasa kurang pas untuk saya.
Sumber
Salam (calon) Ibu Profesional.
Wassalamualaikum.


Referensi lain yang tidak saya cantumkan link hidup:
  • https://www.interaction-design.org/literature/article/stage-1-in-the-design-thinking-process-empathise-with-your-users
  • http://theelearningcoach.com/elearning_design/design-thinking-for-instructional-design/
  • https://www.linkedin.com/pulse/incredible-power-design-thinking-learning-santhosh-kumar?trk=pulse-det-nav_art
Btw, saya penasaran, kapan saya boleh memajang badge Ibu Profesional di blog ini ya? Apakah ada ketentuannya?

No comments:

Post a Comment