Pages
▼
Thursday, 11 December 2014
Hello, i am back.
Assalamualaikum.
Ah, lama sekali blog ini saya
tinggalkan. Bukan karena saya sangat super sibuk, tetapi karena susah sekali
bisa duduk lama depan laptop dengan tenang dan santai. Sebenernya kalo saya
niat bisa aja sih posting lewat hp android saya, tapi apa daya jempol saya
kegedean jadi kalo ngetik banyak-banyak luaama banget karena harus
sering-sering hapus dan ganti huruf.
Pertama posting setelah lama
libur saya mau curhat tentang kegalauan saya. Apalagi kalau bukan masalah
working mom vs stay at home home. Sudah hampir 2 tahun saya berhenti kerja, dan
sampai saat ini masih banyak yang nanya ‘kapan masuk kerja lagi?’ atau ‘ih
sayang lulusan ITB koq cuma jadi ibu rumahtangga aja?’ atau ‘ga sayang itu
ijazahnya nganggur aja?’ dan masih banyak lagi pertanyaan setipe. Sebenernya
saya yakin dengan keputusan saya untuk menjadi stay at home mom, setidaknya
sampai Sina lulus asi. Tapi ya kadang omongan kanan kiri itu yang suka bikin
galau, bikin mikir jangan-jangan yang mereka bilang itu benar. Dan biasanya
pikiran itu bisa langsung saya tepis dengan melihat keceriaan kelincahan kecerdasan
Sina.
Tapi dua bulan terakhir kemarin
saya memang beneran galau karena masalah ini. Entahlah apa penyebabnya. Kalau
dibilang saya jenuh, mungkin. Ya memang saya kurang berkegiatan di luar rumah. Iya
sih saya bosan dengan rutinitas seputar beberes rumah. Kalo seputar Sina sih
saya ga pernah ngerasa bosan karena selalu ada yang baru dan seru setiapharinya.
Nah, setelah dipikir agak lama, iya bener, rutinitas seputar nyapu ngepel nyuci
jemur setrika masak itu yang bikin saya jenuh dan sempat membuat saya berpikir
kembali kerja di luar rumah. Tapi ya ga bisa langsung gitu juga, banyak banget
yang harus dipertimbangkan jika saya ingin kembali bekerja di luar rumah. Faktor
utama ya Sina. Ah, tak tega rasanya kalau saya harus kehilangan momen bersama
Sina hanya karena keegoisan saya.
Saya sampaikan ke Akang kegalauan
saya ini. Saya bilang semuanya. Saya bilang kuping panas banyak yang ngomong
mulu, saya bilang saya ga enak kalo ingin apa-apa harus minta sama Akang. Dan
jawaban Akang sungguh menenangkan hati. Dan saya semakin mantap untuk tetap di
rumah saja. Lagipula saya tidak punya alasan syar’i untuk bekerja di luar
rumah.
Alhamdulillah, Akang memberikan
kebebasan untuk saya mau di rumah saja atau bekerja di luar asal keluarga tetap
jadi prioritas. Ibu saya pun tidak pernah menuntut menyuruh saya tetap bekerja,
semua diserahkan kepada saya dan suami.
Walaupun saya tau sih, ibu masih berharap saya bisa bekerja biar ga ada yang
nanya ke ibu knp saya ga kerja, sayang ijazah, ngapain kuliah, dll.Kemarin
ketika pulang ke rumah ibu dan kebetulan ada acara kumpul keluarga besar,
sempat ada yang bertanya apakah saya memang ga akan kerja lagi? Pemasukan
keluarga berkurang dong. Saya hanya tersenyum, males debat, hehe. Sesungguhnya,
rezeki itu Allah yang atur. Kalau dipikir, mungkin memang pemasukan keluarga
berkurang dari yang tadinya saya-Akang bekerja menjadi Akang saja yang bekerja.
Tapi ternyata matematikanya Allah belum tentu seperti itu. Setelah saya resign,
ternyata Allah menakdirkan Akang pindah kerja dan Alhamdulillah pemasukan
keluarga justru lebih besar dibanding saat kami masih sama-sama kerja. Gaji
Akang berkali lipat gaji saya dulu. Alhamdulillah. Terimakasih atas rezeki-Mu
Ya Allah, terimakasih atas kesempatan yang Kau berikan kepada hamba untuk
mengasuh merawat dan mendidik langsung anak kami.
Saya tahu setiap keluarga
memiliki kondisi yang berbeda, memiliki visi misi yang berbeda, tujuan berbeda.
Saya juga tahu tidak semua ibu bisa beruntung seperti saya. Saya tidak pernah
menyalahkan ataupun memandang sebelah mata kepada para ibu yang bekerja di luar
rumah. Saya justru kagum pada mereka yang bisa membagi waktu, tenaga dan
pikiran untuk anak, pekerjaan rumah dan karier. Dan saya selalu yakin bahwa
tidak ada ibu yang tidak menyayangi anaknya. Semua pasti ingin dan akan
melakukan yang terbaik untuk anaknya. Mari saling menghargai dan #stopmomwar.
Wassalamualaikum