Saya jarang sekali bermain dengan satu anak. Biasanya kami bersama-sama di satu ruangan, memainkan satu jenis mainan bersama atau berkegiatan sendiri-sendiri, kadang ditambah suara mesin cuci yang menggiling pakaian atau suara vacuum cleaner menyedot debu di karpet.
Pekan ini saya mencoba bermain dengan satu anak saja. Bergantian one-on-one. Betul-betul hanya bermain, tidak sambil lipat-lipat jemuran atau bebikinan sesuatu.
Hana.
Waktu saya berduaan dengan Hana masih lebih banyak dibanding kedua kakaknya. Hana masih minum ASI sehingga tentu saja sering berduaan saat memberi ASI. Meski begitu tetap saja kami jarang sekali bermain berdua. Alhamdulillah ternyata bisa saat Sina sedang zoom bersama teman-teman di clubnya dan Bana bermain bersama anak tetangga.
Kebetulan Hana sedang senang dengan mainan excavator. Saya ajak Hana bermain tanah di luar sambil membawa mainan excavatornya. Hana antusias sekali dan berkata :" Mau Bun ayu main sapator."
Saya duduk di teras, Hana jongkok di tanah di hadapan saya. Beberapa kali Hana mengeruk tanah dengan exca-nya, kemudian memasukkan tanah ke truk. Saya hanya memperhatikan dan menjawab jika Hana bertanya atau sekedar menunjukan hasil 'kerja'nya.
Saat itu, meski hanya berdua, saya belum fokus sepenuhnya. Mata saya sesekali melirik sana sini memastikan Bana masih dalam jangkauan mata.
Bana.
Momen berduaan dengan Bana Alhamdulillah sudah rutin setidaknya seminggu 2x. Bukan bermain biasa tapi jalan-jalan.
Saat Hana tidur sekitar pukul 10.30 pagi, saya meminta tolong Sina untuk menjaganya. Sina biasanya sambil baca buku atau saya kasih jatah nonton film/video yang sudah saya download sebelumnya. Saya dan Bana pergi ke pasar. Alhamdulillah ada pasar dekat mess kami. Bukan pasar besar, hanya pasar desa tapi cukup lah untuk sekedar beli cemilan atau keperluan-keperluan dasar. Hari itu saya ajak Bana ke pasar seperti biasa. Berjalan berpegangan tangan (dituntun sih tepatnya), sambil ngobrol. Bana senang bercerita tentang apapun yang dilihatnya. Saat itu kami hanya membeli benang jahit dan pot bunga. Ada kios jajanan di sebelah kios pot bunga dan Bana bertanya
"Bunda, aku ga boleh jajan disitu ya?"
Sebelum-sebelumnya kami membeli jajanan di kios lain. Saat saya izinkan untuk jajan di kios itu, Bana membeli satu donat dan berterimakasih dengan manis, as always. Bana memang selalu berterimakasih, sering sekali bahkan untuk hal kecil seperti menyisir rambutnya setelah mandi. Dan kini saya sadar, selama ini saya ga bersyukur tentang hal ini.
Pulangnya, sambil berjalan saya tanya,
"Bana senang ga jalan-jalan ke pasar?
Cape ga jalan kaki? ".
Jawabannya
" Aku ga cape, aku kan kuat Bun. Terimakasih Bun udah ajak aku ke pasar. "
Lagi-lagi berterimakasih. Saat menulis ini, tiba-tiba hati saya menghangat dan bersyukur sekali Allah titipkan Bana kepada kami.
Sina.
Alhamdulillah setiap hari ada momen berduaan dengan Sina, yaitu saat sesi belajar tertentu di HS kami. Tapi tidak betul-betul berdua, karena biasanya Bana dan Hana ada di ruang sebelah, sesekali memanggil sehingga saya harus menghentikan sejenak belajar sama Sina. Itupun biasanya situasinya serius, bahkan kadang saya sambil ngajarnya sambil ngomel.
Kali ini saya coba berduaan dengan Sina bukan saat belajar. Kebetulan ada 'mainan' baru yamg datang kemarin. 300pcs puzzle pict world.
Paketnya baru kami terima kemarin malam dan langsung disusun sama Sina, Bana dan Ayah. Katanya, mereka berhasil menyusunnya dalam waktu 2 jam. Saya sih tidur duluan bersama Hana. Pagi ini, saat Hana tidur dan Bana main di luar, saya ajak Sina menyusun kembali puzzlenya. Sina antusias sekali, dia penasaran kali ini bisa selesai dalam waktu berapa menit.
Kami menyusun puzzle bersama sambil bercerita ini itu. Sina bilang tidak sesulit semalam, karena sudah pernah, tapi tetap perlu waktu. Sina cerita tentang video yg ditontonnya, tentang clubnya, dan cerita random lainnya. Saya meminta maaf karena akhir-akhir ini sering sekali marah-marah parah. Saya tanya perasaannya. Ada satu hal yang membuat saya terkejut, sedih dan menyesal sekali. Saya tanya, pas yg kapan Sina merasa sangat sakit hati atau sedih sekali saat bunda marah-marah. Saya coba tebak
Pas bunda cubit Sina? Bukan
Pas bunda lempar kursi ke pintu? Bukan
Pas bunda mukul pintu kamar mandi? Bukan
Trus kapan?
Jawabnya
"Waktu Bunda bilang sia pas marahin Sina."
Astagfirullah. Betapa kata-kata jauh lebih menyakitkan. Saya meminta maaf lagi, dengan tulus dan sungguh-sungguh.
Saya berjanji dalam hati, untuk lebih sering berduaan dengan Sina dan menyelami isi hatinya.
Maafkan bunda ya Nak, dan terimakasih selalu memberi maaf meski kesalahan ini bunda lakukan berkali-kali.
PS: Mau insert foto, tapi ga bisa. Insyaallah akan di-update.
No comments:
Post a Comment