Assalamualaikum.
Suara bedug bertalu-talu, tanda puasa telah berlalu
Sudah datang hari lebaran, saatnya bermaaf-maafan
Bait pantun di atas adalah pantun yang kubuat untuk tugas sekolah saat SD, takjub sendiri ternyata masih ingat padahal sudah lebih dari dua puluh tahun lalu. Dulu saat aku kecil, memang ada suara bedug yang ditalu sambil takbiran semalaman. Saat ini takbirannya masih ada tapi suara bedug tak ada lagi.
Aku terbangun pukul 03.15 WIB, alarm-ku memang masih aku set jam segitu untuk persiapan sahur selama bulan ramadhan kemarin.Aku melihat ibu dan kakakku masih sibuk menyelesaikan jahitan. Tapi di dapur sudah matang ketupat, opor ayam, sambal gorng kentang dan kerupuk. Semalam sebelum tidur, aku hanya membantu menggoreng kerupuk dan menggoreng kentang. Aku bahkan tak tahu jam berapa ibu memasak itu semua. Yang aku tahu semalaman ibu belum tidur. Aku segera membereskan dapur. Menyimpan alat masak yang kotor ke tempat cuci piring, mengelap area kompor dan mengepel lantai. Saat aku hendak mencuci piring, keponakanku datang dan langsung mengambil alih mencuci piring. Aku kemudian menyetrika pakaian suami dan anak-anak untuk shalat 'Ied sambil memanaskan air untuk mandi.
Aku bangunkan Sina dan Bana sebelum adzan subuh, bergiliran mandi dengan sepupu-sepupunya yang lain. Sementara Hana aku biarkan, nanti aku bangunkan terakhir saja. Sekitar pukul 06.00 WIB kami berangkat ke masjid dekat rumah ibu dan pulang kembali sekitar pukul 07.00 WIB setelah bersalaman dengan semua jamaah sholat 'Ied. Suami dan anak-anak lelakiku sudah pulang duluan.
Di rumah, kami bersalaman, berpelukan, slaing meminta maaf dan memaaafkan. Part paling sedih adalah ketika aku memeluk ibu, meminta maaf dan tanpa perlu ku minta mengalirlah doa-doa baik dari lisannya. Ibu juga bersyukur anak-anak dan sebagian besar cucunya bisa berkumpul. Akujuga ikut bersyukur bisa mudik kali ini. TAk terbayang wajah sedih ibu andai kami tak jadi mudik.
Selesai makan bersama kami ke makam. Ada empat makam yang kami kunjungi. Makam ayah kandungku, nenekku, ayah sambungku, dan kakek sambungku. Sementara makam kakek kandungku, kami tak bisa mengunjunginya karena beliau almarhum dimakamkan di tempat pemakaman yang berbeda, sangat jauh. Kakek sambungku dan ayah sambungku, tak pernah sekalipun aku merasa mereka almarhum seperti ayah dan kakek sambung, aku merasakan kasih sayang mereka, perilaku mereka, support mereka, sama seperti ayah kandungku.
Pulang dari makam, kami berkeliling ke kampung sebelah, berkunjung ke saudara- saudara dari pihak ibu. Tapi kemudian aku dan suami ijin pulang duluan. Aku khawatir pinggang suamiku yang belum betul-betul pulih akan terasa sakit jika terlalu lama berjalan kaki. Kami menghabiskan siang di hari raya ini dengan tidur siang. Semuanya tidur siang.
Aku menulis ini sambil menunggu ayah mertuaku datang. Beliau ke sini sekalian menjemput kami. Sore ini kami akan kmbali ke Bandung. Aku sebenarnya sangat sedih. Aku merasa waktu dua hari di sini sangat kurang. Aku ingin sedikit lebih lama bersama ibu. Aku ingin membantunya membereskan printilan menjahit yang belum selesai. Aku ingin membantunya membersihkan rumput di rumah kaler yang meskipun sudah disemprot obat rumput namun rumputnya masih tetap tumbuh tinggi. Aku juga belum sempat bercerita banyak. Namun, saat ini kewajibanku adalah mengikuti ajakan suami. Maka aku tetap akan ikut ke Bandung, meski dengan berat hati.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriah, everyone. Mohon maaf lahir dan batin ya.