Pages

Friday, 5 September 2025

Cerita Hari Ini

Assalamualaikum.

Hari ini, 5 September 2025, di kalender tanggal merah, tapi suamiku tetap masuk kerja dan anak sulungku tetap ada kelas online. Aku tetap ke pasar untuk berbelanja sayuran dan bahan makanan. Aku hanya libur mencuci baju hari ini, yang lainnya tetap seperti biasa, memasak, berbenah rumah dan menemani anak-anak belajar dan bermain. Anak keduaku tetap membereskan sendal dan sepatu, juga mencuci piring. Anak bungsuku tetap membereskan tempat tidurnya sendiri dan membantu memotong-motong sayuran, mengisi es batu juga mengaduk minuman untuk ayahnya. 

Selesai semua pekerjaan rumah, aku sejenak duduk di sofa, menikmati segelas besar es kopi kemudian menyalakan tv dan mengarahkan kursor remot tv ke netflix. Mohon maaf aku masih subscribe netflix meski seruan boikot sudah kuketahui. Tak perlu kuceritakan alasannya ya. Untuk kebutuhan rumah, toiletris, makanan ringan, dan restoran aku sudah turut serta memboikot yang harus diboiokot dan menggantinya ke merk lain. Anak kedua dan ketiga ku biarkan bermain mandiri. Anak ketiga ku memilih menggambar dan mewarnai, anak kedua pun akhirnya memilih untuk melakukan hal yang sama, dengan menambahkan beberapa tulisan. Karena tak menemukan film atau series yang menarik, aku mengulang kembali drama korea Descendants of the Sun  untuk yang ke... berapa ya, mungkin yang ke sepuluh kali. Haha. Aku hanya menonton bagian-bagian yang menurutku memang seru saja, yang lainnya aku percepat.

Aku mengantuk. Sebenarnya semalam aku dan suami bergantian begadang karena anak ketigaku demam. Kemarin siang demamnya sudah reda dan sudah bermain seperti biasa, namun sekitar pukul sepuluh malam dia mulai mengigau. Saat aku cek, ternyata demam lagi.  Alhamdulillah pagi hari saat bangun tidur, demamnya sudah turun dan ceria seperti biasa, namun selera makannya belum kembali. Saat ke pasar tadi aku membeli bacang dan kue soes kesukaannya, namun masing-masing hanya dicicipnya segigit, sisanya disimpan, "buat bunda aja" katanya. Aku tertidur lalu kemudian terbangun saat anak sulungku selesai kelas online dan bersiap ke masjid. 

Ba'da dzuhur dan para lelaki yang shalat jumat pulang, kami makan siang bersama. Aku menghangatkan telur kuah susu yang kumasak pagi hari, suami datang membawa tumis buncit dan ayam kecap. Suami tidak kembali ke tempat kerjanya, beliau bilang sudah ijin pulang lebih cepat karena tidak tahan ngantuk setelah begadang semalam. Jadilah suamiku, ketiga anakku tidur siang. Aku ikutan rebahan namun malah sambil scroll hp. Aku merasa hari ini sangat tidak produktif. Aku tidak mengajar anak-anak, tidak menjahit padahal ada project menjahit kostum lebah yang harus ku selesaikan, aku tidak membaca buku ataupun menulis, juga tidak mengerjakan hal-hal lain yang masuk kategori produktif menurutku.

Aku berencana keluar rumah sehabis maghrib untuk mencari pompa air galon, setelah memastikan anak-anak makan malam, aku bersiap. Tapi kemudian hujan tiba-tiba turun dengan deras, aku tidak jadi pergi. Aku mengganti kembali pakaianku dengan pakaian tidur. Lalu mulai menemani anak sulungku mengerjakan soal latihan TKA, juga memberi soal latihan penjumlahan ribuan untuk anak tengahku. Anak bungsuku bermain beli-belian bersama ayahnya, namun kemudian si bungsu juga meminta challenge menulis huruf dan dipenuhi oleh ayahnya.

Pukul sembilan malam anak-anak sudah masuk kamar. Aku menyalakan laptop dan mencoba menulis ini sambil mengingat apa yang terjadi seharian ini. Saat ku baca ulang, sejauh ini, aku hanya menuliskan kronologi kejadian, bukan apa yang aku pikirkan atau apa yang aku rasakan. Padahal, katanya, salah satu cara writing for healing itu adalah menuliskan perasaan-perasaan yang muncul dan hal-hal yang berkecamuk dalam pikiran. Teorinya mudah, tapi saat praktik, ternyata aku belum bisa. Tidak apa-apa ya, besok aku akan mencoba lagi.

Wassalamualaikum. 

Wednesday, 3 September 2025

30 Ide Tulisan Untuk Jurnal Penggalian Diri

Assalamualaikum.

Tulisanku kali ini mungkin akan menjadi tulisan paling random dari banyaknya tulisan random di blog ini. Aku tak terpikir hendak menulis apa untuk setoran KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional) hari ini, namun aku tak ingin melewatkannya. Sebenarnya sejak sebulan lalu aku punya rencana untuk menggali diriku sendiri dan aku ingin menuliskan prosesnya setiap hari. Aku mencoba mencari dari banyak referensi ide-ide tulisan untuk menggali diri dan menyusunnya menjadi sebuah jurnal yang akan kutuliskan di blog ini. Tujuannya agar aku tak bingung mau menulis tentang apa setiap hari juga sebagai upaya menggali diriku sendiri. Tapi ternyata sampai saat ini aku masih saja tak tahu menulis apa padahal daftar ide tulisan itu sudah ada.
Aku mendapatkan ini berawal dari Pinterest dan berlanjut ke web-nya yang ini. Tulisan aslinya adalah 80 Insightful Journaling Prompts for Self Discovery atau terjemahannya 80 Jurnal Inspiratif untuk Penemuan Diri, namun aku memilih sebanyak 30 saja sebagai ide menulis selama tiga puluh hari ke depan. 
1. Apa kenangan masa kecil favoritmu?
2. Apa pekerjaan impianmu saat kecil? Apakah kamu masih ingin melakukannya?
3. Jika kamu bisa memberikan satu nasihat untuk dirimu di masa kecil, apa nasihat itu?
4. Apa permainan favoritmu saat kecil? Mengapa kamu menyukainya? Dengan siapa kamu memainkannya?
5. Selain keluarga intimu, siapa yang paling dekat denganmu saat kecil? Mengapa?
6. Siapa guru SD favoritmu? Mengapa kamu menyukainya?
7. Gambarlah kamar tidur masa kecilmu.
8. Kapan terakhir kali kamu tertawa terbahak-bahak? Dengan siapa? Apa alasannya?
9. Apa liburan terbaik yang pernah kamu nikmati? Mengapa kamu sangat menyukainya?
10. Apa kebaikan yang pernah dilakukan orang asing untukmu? Bagaimana perasaanmu?
11. Apa kebaikan yang pernah kamu lakukan untuk orang asing? Bagaimana perasaanmu?
12. Dalam 5 tahun terakhir, apa pelajaran terberat yang pernah kamu pelajari? Menurutmu, apa yang diajarkannya kepadamu? Mengapa itu sulit?
13. Apa hadiah terbaik yang pernah kamu terima? Mengapa? Dari siapa?
14. Jika kamu bisa mengatakan satu hal kepada dirimu saat SMA, apa yang akan kamu katakan?
15. Apakah kamu punya penyesalan? Mengapa atau mengapa tidak?
16. Jelaskan satu hari dalam hidupmu 5 tahun yang lalu dibandingkan dengan satu hari dalam hidupmu sekarang? Apa yang berbeda? Apa yang lebih baik?
17. Apakah kamu menyimpan amarah atau dendam? Terhadap siapa? Mengapa?
18. Seperti apa hari idealmu, dari awal hingga akhir?
19. Tutup matamu dan pergilah ke tempat paling bahagiamu. Di mana kamu? Apakah ada orang yang bersamamu? Apa yang kamu lihat, dengar, cium, rasakan?
20. Bayangkan kamu sedang mengerjakan pekerjaan impianmu. Di mana kamu? Seperti apa harimu dari saat kamu bangun hingga tidur?
21. Jika kamu bisa menghidupkan kembali seseorang, siapakah orangnya? Apa yang ingin kamu katakan kepada mereka?
22. Apa rasa tidak aman terbesarmu? Mengapa? Menurutmu, dari mana asalnya?
23. Apa yang membuatmu merasa tidak dihargai dalam suatu hubungan?
24. Apa arti "sukses" bagimu?
25. Apakah kamu menganggap dirimu sukses? Mengapa atau mengapa tidak?
26. Satu hal apa yang ingin kamu ubah dari dirimu jika bisa? Mengapa kamu tidak menyukainya?
27. Apa yang membuatmu merasa tenang?
28. Apa yang membuatmu merasa cemas?
29. Bagaimana caramu memulihkan diri setelah seharian/seminggu yang melelahkan? Apakah menurutmu itu sehat?
30. Kapan kamu merasa paling selaras dengan dirimu sendiri?

Besok, atau kapan-kapan, mari kita menulis dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Sekian dulu. Wassalamualaikum.

Tuesday, 2 September 2025

Ikutan Akar Ibu 2 di Ibu Profesional, yuk!

Assalamulaikum. 

Sudah lama aku berhenti mengikuti kelas belajar atau perkuliahan di Ibu Profesional. Aku bergabung di Ibu Profesional pada tahun 2017 di regional Bandung. Saat itu aku sedang hamil Bana. Aku ingat saat wisuda matrikulasi aku naik ke podium dengan perut yang sedang hamil besar. Lulus matrikulasi aku melanjutkan ke kelas bunda sayang. Lulus kelas bunda sayang aku langsung melanjutkan ke kelas bunda cekatan.

Saat perkuliahan di kelas bunda cekatan sedang berlangsung, kami pindah ke Cianjur. Saat itu aku mengajukan mutasi dari Ibu Profesional Bandung ke Ibu Profesional Cianjur. Aku lupa detail prosesnya, yang aku ingat saat bergabung di kelas bunda cekatan di Ibu Profesional Cianjur, aku kaget  karena peserta kelas hanya delapan orang, sementara saat itu di Bandung teman sekelasku seratusan orang. Aku sempat kecewa karena sungguh tidak ada dalam bayanganku kelasnya sesepi itu. Belakangan aku juga tahu kalau memang member Ibu Profesioanal Cianjur hanya sedikit, tidak sampai tiga puluh orang (saat itu).

Lulus kelas bunda cekatan, aku melanjutkan ke kelas bunda produktif. Saat itu Ibu Profesional memasuki new-chapter. Banyak perubahan dan perkembangan di segala unit, termasuk proses pembelajaran di kelas bunda produktif yang sama sekali berbeda dengan kelas-kelas sebelumnya. Gamifikasi alias ala-ala game. Aku yang pada dasarnya memang tidak terlalu suka game, jadi malas dan banyak melewatkan tugas-tugas di kelas. Aku tidak lulus kelas bunda produktif batch 1 saat itu. 

Meski off di perkuliahan, aku tetap aktif di regional Cianjur. Aku bergabung dengan kepengurusan, berkegiatan ini itu dan aku mulai merasa nyaman dan betah di Ibu Profesional Cianjur. Jumlah member yang sedikit membuat kami bisa mengenal satu sama lain dan lebih dekat. Saat ini justru aku merasa Ibu Profesional Cianjur ini adalah keluarga keduaku, satu-satunya circle-ku di Cianjur yang satu frekuensi.

Entah sudah berapa batch kelas bunda produktif terlewat namun aku masih enggan mengikuti kelasnya. Aku berencana bergabung ke Kampung Komunitas agar bisa mengikuti rumah belajar lain. Namun untuk bisa menjadi warga kampung komunitas aku harus terlebih dahulu mengikuti orientasi yang qadarullah beberapa kali aku melewatkan jadwal pendaftarannya. Kini ada Akar Ibu, sebuah program penguatan akar para ibu profesional, sinergi antara Institut Ibu Profesional dan Kampung Komunitas. Sebenarnya program baru ini diperuntukkan untuk member baru (yang baru saja lulus dari program Foundation) yang bertujuan untuk memberikan fondasi yang kuat dan esensial bagi anggota baru ibu profesional, juga untuk memastikan anggota baru memiliki semua bekal yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang dalam komunitas Ibu Profesional. Namun, member lama yang ingin menguatkan kembali akarnya, dipersilakan juga mengikuti program ini. Program Akar Ibu inilah yang menjadi pintu masuk jika ingin bergabung di Institut Ibu Profesional maupun Kampung Komunitas. Tentu saja aku tak ingin melewatkan kesempatan ini. Aku sudah mendaftar program Akar Ibu sejak hari pertama form dibuka. Setelah masuk grup dan menunggu, akhirnya hari ini ada asesmen awal dan kemudian masuk ke LMS Akar Ibu. 

Saat mengisi asesmen tadi ada pertanyaan tentang nilai-nilai utama Ibu Profesional. Aku serasa dibawa kembali ke pembelajaran dulu, dan karena core value ini sering kali diulang-ulang maka Alhamdulillah aku masih bisa mengingatnya dengan baik. Core value Ibu Profesional itu adalah belajar, berkembang, berkarya, berbagi dan berdampak. Belajar berarti menggali informasi dan memiliki ilmu. Berkembang artinya terus menerus bergerak ke arah yang lebih baik. Ilmu yang sudah diperoleh kemudian diamalkan, jika ada perubahan yang lebih baik, maka itu artinya kita telah berkembang. Ketika hal itu terjadi, maka akan muncul dorongan untuk berkarya dengan sesuatu yang kita bisa dan paling kita sukai. Berkarya artinya memberikan sumbangan karya yang produktif dan bermanfaat bagi masyarakat. Selanjutnya kita akan merasakan arti berbagi. Berbagi artinya membaktikan hidupnya agar bermanfaat bagi orang banyak, bisa berupa barang, jasa atau ilmu yang harus sudah dikuasai dan jalani terlebih dahulu. Dan dari perjalanan tersebut maka akan menimbulkan dampak bagi orang lain. Oleh karena itu berdampak artinya meluaskan semua proses yang telah disebutkan diatas secara berurutan kepada banyak orang.

Ada pertanyaan lain tentang karakter moral member ibu profesional dan juga tentang piramida ibu profesional. Aku pernah belajar ini tapi aku tak ingat secara lengkap dan detail. Aku menjawabnya seingatku saja.Tentang karakter moral, yang paling aku ingat adalah always ontime. Juga dont teach me, i love to learn, juga i know i can be better. Sisanya, lupa. Tentang piramida pun aku hanya ingat bahwa yang menjadi titik fokus atau tujuan utama kita adalah akhlak mulia. Piramida atas menunjukan sisi internal diri kita sendiri, harus terus belajar dan mau berkembang. Piramida bawah merupakan sisi eksternal yang berhubungan dengan orang lain. Sungguh aku rindu sekali belajar hal-hal seperti ini. Ga sabar untuk segera belajar di Akar Ibu. See ya next time.

Wassalamualaikum

Monday, 1 September 2025

Aku Pergi, Menghilang, Lalu Kembali Lagi.....
Repeat 98826635466x

Assalamualaikum.

Hai, aku kembali. Setelah lebih dari tiga bulan aku tak menyentuh blog ini, malam ini aku mencoba lagi. Aku yang berkali-kali menulis :"I'am back" lalu menghilang dan kemudian kembali lagi. Aku mencoba menyelami diriku, pikiranku penuh namun aku kesulitan mengurainya menjadi kata-kata. Isi hatiku meluap tapi aku kesulitan menyadari perasaanku sendiri. Aku kebingungan dengan banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini juga merasa asing dengan diriku sendiri. Aku seperti tertarik ke belakang dan mengulang hal-hal yang sejak dulu ingin aku hindari. Aku merasa stress dan cemas karena masalah yang sebenarnya bukan masalahku. Aku marah dan kecewa tapi aku tak bisa mengungkapkannya karena khawatir merusak persaudaraan. 

Maka aku nekad mendaftar kelas menulis lagi, mencoba lagi apakah kali ini aku bisa konsisten atau menghilang kembali di separuh perjalanan seperti yang sudah-sudah. Katanya menulis bisa jadi terapi tapi aku masih saja tak melakukannya. Ah, sebenarnya aku menulis setiap hari, menulis dengan tulisan tangan di buku jurnalku. Tapi yang rutin ku tulis adalah nominal pengeluaran harian lengkap dengan deskrispi dan lembaran struk yang ku tempel di sebelahnya. Haha.

Anak gadisku sekarang mempunyai kebiasaan yang sama, menyimpan struk belanja atau struk tarik tunai dari ATM, menempelnya di buku tulis dan menuliskan sejumlah nominal angka juga sebaris kalimat. Melihatku setiap hari melakukannya, dia pun mengikuti. Children see, children do. Tapi ternyata ini membuat kemampuan belajar membaca dan menulisnya meningkat pesat. Maka saat ini kubiarkan dia men-jurnal setiap hari. Aku malah sengaja membelikannya pensil dan pulpen warna-warni juga beberapa lembar sticker lucu untuk ditempel di jurnalnya.

Aku jadi teringat kelas menjurnal untuk homeshooler yang kuikuti beberapa bulan lalu. Lagi lagi aku berhenti di separuh perjalanan. Aku berhenti praktik, bahkan tidak membuka grup whatsapp nya hingga saat ini. Aku berniat membukanya suatu hari nanti dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Bukan untuk disetorkan, tapi untuk keperluan belajarku sendiri. Dan tahukah kalian apa yang membuatku tidak lagi mood melanjutkan kelas tersebut? Karena pengampunya selalu menulis "challange" alih-alih "challenge" untuk menggambarkan tantangan. Aku pernah punya pengalaman yang mirip tentang "challenge" ini. 

Dulu aku pernah bergabung menjadi.... apa ya namanya, mitra, seller, atau apalah istilahnya. Pokoknya di sana kami menjual buku-buku premium den gan berbagai skema pembayaran. Tunai, kredit, atau arisan. Setiap minggu atau bulan setiap tim ada tantangan seru-seruan dan leader di atasku selalu menulis "challange" bukan "challenge". Mungkin sepele ya tapi entah mengapa ini cukup menggangguku dan membuatku kehilangan minat untuk ikut mengerjakan tantangannya. Sampai akhirnya aku tidak aktif lagi dan sepertinya saat ini tim ini sudah bubar. 

Sebenarnya ada satu lagi temanku yang beberapa kali menuliskan "challange" untuk "challenge". Tentu aku masih merasa "getek" tapi karena temanku yang ini menuliskannya di updates story-nya sendiri which is tak ada hubungannya sama aku, ya sudah suka-suka dia lah.

Aku mulai ngantuk. Dadaaah.

Assalamualaikum.

#setoranhari1

#kelasliterasiibuprofesional

Saturday, 31 May 2025

Mindfullness

Bukan. Saya bukan mau ngasih tips bagaimana caranya agar bisa mindfull saat bermain dengan anak. Saya hanya ingin sedikit bercerita perjuangan sepekan ini mencoba bermain bersama anak dengan lebih sadar. 
Saya jarang sekali bermain dengan satu anak. Biasanya kami bersama-sama di satu ruangan, memainkan satu jenis mainan bersama atau berkegiatan sendiri-sendiri, kadang ditambah suara mesin cuci yang menggiling pakaian atau suara vacuum cleaner menyedot debu di karpet. 
Pekan ini saya mencoba bermain dengan satu anak saja. Bergantian one-on-one. Betul-betul hanya bermain, tidak sambil lipat-lipat jemuran atau bebikinan sesuatu. 

Hana. 
Waktu saya berduaan dengan Hana masih lebih banyak dibanding kedua kakaknya. Hana masih minum ASI sehingga tentu saja sering berduaan saat memberi ASI. Meski begitu tetap saja kami jarang sekali bermain berdua. Alhamdulillah ternyata bisa saat Sina sedang zoom bersama teman-teman di clubnya dan Bana bermain bersama anak tetangga. 
Kebetulan Hana sedang senang dengan mainan excavator. Saya ajak Hana bermain tanah di luar sambil membawa mainan excavatornya. Hana antusias sekali dan berkata :" Mau Bun ayu main sapator."
Saya duduk di teras, Hana jongkok di tanah di hadapan saya. Beberapa kali Hana mengeruk tanah dengan exca-nya, kemudian memasukkan tanah ke truk. Saya hanya memperhatikan dan menjawab jika Hana bertanya atau sekedar menunjukan hasil 'kerja'nya. 
Saat itu, meski hanya berdua, saya belum fokus sepenuhnya. Mata saya sesekali melirik sana sini memastikan Bana masih dalam jangkauan mata. 

Bana. 
Momen berduaan dengan Bana Alhamdulillah sudah rutin setidaknya seminggu 2x. Bukan bermain biasa tapi jalan-jalan. 
Saat Hana tidur sekitar pukul 10.30 pagi, saya meminta tolong Sina untuk menjaganya. Sina biasanya sambil baca buku atau saya kasih jatah nonton film/video yang sudah saya download sebelumnya. Saya dan Bana pergi ke pasar. Alhamdulillah ada pasar dekat mess kami. Bukan pasar besar, hanya pasar desa tapi cukup lah untuk sekedar beli cemilan atau keperluan-keperluan dasar. Hari itu saya ajak Bana ke pasar seperti biasa. Berjalan berpegangan tangan (dituntun sih tepatnya), sambil ngobrol. Bana senang bercerita tentang apapun yang dilihatnya. Saat itu kami hanya membeli benang jahit dan pot bunga. Ada kios jajanan di sebelah kios pot bunga dan Bana bertanya
"Bunda, aku ga boleh jajan disitu ya?"
Sebelum-sebelumnya kami membeli jajanan di kios lain. Saat saya izinkan untuk jajan di kios itu, Bana membeli satu donat dan berterimakasih dengan manis, as always. Bana memang selalu berterimakasih, sering sekali bahkan untuk hal kecil seperti menyisir rambutnya setelah mandi. Dan kini saya sadar, selama ini saya ga bersyukur tentang hal ini. 
Pulangnya, sambil berjalan saya tanya, 
"Bana senang ga jalan-jalan ke pasar? 
Cape ga jalan kaki? ". 
Jawabannya 
" Aku ga cape, aku kan kuat Bun. Terimakasih Bun udah ajak aku ke pasar. "
Lagi-lagi berterimakasih. Saat menulis ini, tiba-tiba hati saya menghangat dan bersyukur sekali Allah titipkan Bana kepada kami. 

Sina. 
Alhamdulillah setiap hari ada momen berduaan dengan Sina, yaitu saat sesi belajar tertentu di HS kami. Tapi tidak betul-betul berdua, karena biasanya Bana dan Hana ada di ruang sebelah, sesekali memanggil sehingga saya harus menghentikan sejenak belajar sama Sina. Itupun biasanya situasinya serius, bahkan kadang saya sambil ngajarnya sambil ngomel. 
Kali ini saya coba berduaan dengan Sina bukan saat belajar. Kebetulan ada 'mainan' baru yamg datang kemarin. 300pcs puzzle pict world. 
Paketnya baru kami terima kemarin malam dan langsung disusun sama Sina, Bana dan Ayah. Katanya, mereka berhasil menyusunnya dalam waktu 2 jam. Saya sih tidur duluan bersama Hana. Pagi ini, saat Hana tidur dan Bana main di luar, saya ajak Sina menyusun kembali puzzlenya. Sina antusias sekali, dia penasaran kali ini bisa selesai dalam waktu berapa menit. 
Kami menyusun puzzle bersama sambil bercerita ini itu. Sina bilang tidak sesulit semalam, karena sudah pernah, tapi tetap perlu waktu. Sina cerita tentang video yg ditontonnya, tentang clubnya, dan cerita random lainnya. Saya meminta maaf karena akhir-akhir ini sering sekali marah-marah parah. Saya tanya perasaannya. Ada satu hal yang membuat saya terkejut, sedih dan menyesal sekali. Saya tanya, pas yg kapan Sina merasa sangat sakit hati atau sedih sekali saat bunda marah-marah. Saya coba tebak 
Pas bunda cubit Sina? Bukan
Pas bunda lempar kursi ke pintu? Bukan
Pas bunda mukul pintu kamar mandi? Bukan
Trus kapan? 
Jawabnya 
"Waktu Bunda bilang sia pas marahin Sina."
Astagfirullah. Betapa kata-kata jauh lebih menyakitkan. Saya meminta maaf lagi, dengan tulus dan sungguh-sungguh. 
Saya berjanji dalam hati, untuk lebih sering berduaan dengan Sina dan menyelami isi hatinya. 
Maafkan bunda ya Nak, dan terimakasih selalu memberi maaf meski kesalahan ini bunda lakukan berkali-kali. 

PS: Mau update cerita terkini tentang ini., soon ya