Pages

Monday, 31 March 2025

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H

Assalamualaikum. 

Suara bedug bertalu-talu, tanda puasa telah berlalu

Sudah datang hari lebaran, saatnya bermaaf-maafan

Bait pantun di atas adalah pantun yang kubuat untuk tugas sekolah saat SD, takjub sendiri ternyata masih ingat padahal sudah lebih dari dua puluh tahun lalu. Dulu saat aku kecil, memang ada suara bedug yang ditalu sambil takbiran semalaman. Saat ini takbirannya masih ada tapi suara bedug tak ada lagi. 

Aku terbangun pukul 03.15 WIB, alarm-ku memang masih aku set jam segitu untuk persiapan sahur selama bulan ramadhan kemarin.Aku melihat ibu dan kakakku masih sibuk menyelesaikan jahitan. Tapi di dapur sudah matang ketupat, opor ayam, sambal gorng kentang dan kerupuk. Semalam sebelum tidur, aku hanya membantu menggoreng kerupuk dan menggoreng kentang. Aku bahkan tak tahu jam berapa ibu memasak itu semua. Yang aku tahu semalaman ibu belum tidur. Aku segera membereskan dapur. Menyimpan alat masak yang kotor ke tempat cuci piring, mengelap area kompor dan mengepel lantai. Saat aku hendak mencuci piring, keponakanku datang dan langsung mengambil alih mencuci piring. Aku kemudian menyetrika pakaian suami dan anak-anak untuk shalat 'Ied sambil memanaskan air untuk mandi. 

Aku bangunkan Sina dan Bana sebelum adzan subuh, bergiliran mandi dengan sepupu-sepupunya yang lain. Sementara Hana aku biarkan, nanti aku bangunkan terakhir saja.  Sekitar pukul 06.00 WIB kami berangkat ke masjid dekat rumah ibu dan pulang kembali sekitar pukul 07.00 WIB setelah bersalaman dengan semua jamaah sholat 'Ied. Suami dan anak-anak lelakiku sudah pulang duluan. 

Di rumah, kami bersalaman, berpelukan, slaing meminta maaf dan memaaafkan. Part paling sedih adalah ketika aku memeluk ibu, meminta maaf dan tanpa perlu ku minta mengalirlah doa-doa baik dari lisannya. Ibu juga bersyukur anak-anak dan sebagian besar cucunya bisa berkumpul. Akujuga ikut bersyukur bisa mudik kali ini. TAk terbayang wajah sedih ibu andai kami tak jadi mudik. 

Selesai makan bersama kami ke makam. Ada empat makam yang kami kunjungi. Makam ayah kandungku, nenekku, ayah sambungku, dan kakek sambungku. Sementara makam kakek kandungku, kami tak bisa mengunjunginya karena beliau almarhum dimakamkan di tempat pemakaman yang berbeda, sangat jauh. Kakek sambungku dan ayah sambungku, tak pernah sekalipun aku merasa mereka almarhum seperti ayah dan kakek sambung, aku merasakan kasih sayang mereka, perilaku mereka, support mereka, sama seperti ayah kandungku. 

Pulang dari makam, kami berkeliling ke kampung sebelah, berkunjung ke saudara- saudara dari pihak ibu. Tapi kemudian aku dan suami ijin pulang duluan. Aku khawatir pinggang suamiku yang belum betul-betul pulih akan terasa sakit jika terlalu lama berjalan kaki. Kami menghabiskan siang di hari raya ini dengan tidur siang. Semuanya tidur siang. 

Aku menulis ini sambil menunggu ayah mertuaku datang. Beliau ke sini sekalian menjemput kami. Sore ini kami akan kmbali ke Bandung. Aku sebenarnya sangat sedih. Aku merasa waktu dua hari di sini sangat kurang. Aku ingin sedikit lebih lama bersama ibu. Aku ingin membantunya membereskan printilan menjahit yang belum selesai. Aku ingin membantunya membersihkan rumput di rumah kaler yang meskipun sudah disemprot obat rumput namun rumputnya masih tetap tumbuh tinggi. Aku juga belum sempat bercerita banyak. Namun, saat ini kewajibanku adalah mengikuti ajakan suami. Maka aku tetap akan ikut ke Bandung, meski dengan berat hati. 

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriah, everyone. Mohon maaf lahir dan batin ya. 



Sunday, 30 March 2025

Alhamdulillah Mudik.

Assalamualaikum.

Hari jum'at pekan kemarin, suami kembali terapi. Rekannya datang menjemput sekitar pukul sembilan pagi saat aku sedang memberi makan kucing-kucing di dekat gudang workshop. Suami kembali sekitar pukul 10.30 WIB. Katanya, hari itu tak banyak pasien jadi bisa selesai lebih cepat, alhamdulillah.

Ku lihat kondisinya jauh membaik, meski masih miring tapi terlihat derajat kemiringannya berkurang. Saat kutanya apa yang beliau rasakan, beliau menjawab alhamdulillah lebih nyaman meski masih ada rasa sakit dan pegal. Mungkin melihat dan merasakan kondisinya yang jauh lebih baik dari sebelumnya, suami memtuskan kita akan mudik besok. Yeay alhamdulillah. Aku sebenarnya tak seantusias itu, aku malah berpikir berlebaran di mess juga bukan hal yang buruk. Tapi ya alhamdulillah.

Sabtu sekitar pukul sebelas siang mobil sudah terparkir di depan mess kami. Kami berencana berangkat setelah dzuhur, namun suami memang meminta supir untuk memarkirkan mobil di depan mess sejak sebelum dzuhur agar kami leluasa loading barang ke bagasi. Bawaan kami sangat banyak, bagasi penuh. 

Pukul 13.15 kami berangkat. Berharap perjalanan mudik kali ini lancar, diberikan keselamatan dan keberkahan. Berharap jalanan tidak macet  seperti yang kami lihat di live tiktok beberapa akun kreator. Tapi aku sudah pasrah, kalau harus terjebak macet ya ga apa-apa, nikmati saja. Alhamdulillah area pabrik terdekat yang biasanya merupakan titik macet saat bubaran karyawan pabrik, kali ini kosong, ga ada kepadatan kendaraan sama sekali. Hingga kami hampir sampai di perbatasan Cianjur- Bandung Barat, Hana tiba-tiba ingin ke toilet. Kami belok ke rest area tepat di sebelah jembatan Rajamandala. Setelah hajat Hana terpenuhi, kami melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah kondisi lancar cenderung sepi sampai kami lewat Situ Ciburuy, dan Bana ingin ke toilet. Oh ya, saat Hana ke toilet sebelumnya, Sina Bana tidak ikut turun karena tertidur pulas. Kami mampir ke minimarket terdekat, ijin numpang ke toilet sekaligus jajan. 

Ketika kami di tol padalarang, Hana kembali ingin ke toilet. Kami belok ke rest area km berapa ya, lupa. Ternyata rest area di sini penuh, kami bahkan tak dapat parkir. Aku dan Hana turun dan langsung ke toilet, sementara mobil memutar dan kembali. Keluar tol Cileunyi ada sedikit kepadatan tapi bukan yang macet sangat. Mobil masih bisa bergerak perlahan. Itupun hanya beberapa ratus meter, selanjutnya lancar kembali sampai masuk ke Garut. Dan kali ini giliran Sina, yang baru bangun tidur, ingin ke toilet. Kami mampir kembali ke minimarket. Saat itu sudah hampir pukul 17.00 dan kupikir tak akan sempat jika mengejar berbuka puasa di rumah ibu. Kami memutuskan mampir dulu ke tempat makan untuk berbuka puasa. Inginnya mie gacoan atau wizzmie. Ternyata Wizzmie belum ada di Garut, sementara mie gacoan lokasinya jauh dari kami saat itu. Setelah mencari di google maps, kami memutuskan untuk buka puasa di Mie Gamala, kedai mie lokal yang konsepnya mirip sama MIe Gacoan, kebetulan lokasinya searah jalan kami menuju rumah ibu. 

Saat pertama kali mobil masuk ke ara parkir, terlihat sekali mirip dengan Mie Gacoan. 


Bersambung

Friday, 28 March 2025

Kelas AHA PAUD : Kecemasan Homeschooling

Durasi Belajar Mengajar

Di sekolah, biasanya anak belajar sekitar enam sampai sembilan jam. Dengan homeschooling anak tidak perlu duduk belajar selama itu. Semuanya disesuaikan dengan karakter anak dan keluarga, kebutuhan dan keadaan. Bisa fleksibel. Tapi anak usia dini perlu keteraturan. Usahakan waktu belajarnya tetap sama tapi fleksibel. Berpatokan pada rutinitas. Misalkan jadwal belajar membaca jam 10.00 , sebelum itu anak harus sudah mandi, sudah sarapan, sudah bergerak (motorik kasar). Setiap hari tidak tepat jam 10.00 tidak apa-apa, tapi pastikan semua rutinitas sebelumnya sudah terlaksana. 

Untuk anak usia dini, tidak semua hal harus diajarkan. Kita bisa mengurangi waktu belajar untuk hal yang tidak memerlukan pengawasan seperti membaca buku atau mengeksplorasi sesuatu. Ini juga bisa sekaligus melatih kemandirian anak. 

Sesi belajar anak juga sebaiknya terbagi dalam beberapa sesi. Sesuaikan dengan rentang fokus anak sesuai usia mereka yaitu dua sampai tiga kali usia mereka. 

Fokus Kegiatan

Untuk anak usia dini, yang bisa kita lakukan adaah membersamai dalam permainan, menceritakan kisah, memberi teladan, memaksimalkan tumbuh kembang, dan membiasakan kebiasaan baik. 

Jadwal

Sebaiknya fokus kepada target, bukan jadwal. Akan ada hari-hari dimana jadwal belajar harus menyesuaikan kondisi atau proses belajar memerlukan waktu yang lebih lama dari biasanya, atau melah lebih cepat. Asah kepekaan tentang cara belajar anak, gaya hidup keluarga kita, kemudian evaluasi. Setiap keluarga pelaku homeschooling memiliki gayanya sendiri. Jadi tidak perlu meniru jadwal belajar keluarga homeschooler lainnya.

Menentukan standar pagi-siang-sore

Pagi setiap keluarga pasti berbeda-beda. Tapi standar pagi minimal setiap keluarga muslim adalah pemenuhan hak ibadah dan fisik setiap anggota keluarga.  Berikut contoh standar pagi-siang-sore di kelas AHA PAUD.


Biaya Homeschooling

Biaya homeschooling sangat bergantung pada usia anak, kebutuhannya dan budget. Perhatikan gaya belajar yang banyak dipilih anak sebelum memutuskan memilih program atau membeli apapun. Di keluarga kami, pengeluaran homeschooling terbesar adalah beli buku. Kemudian karena anak-anak kami mengikuti kelas online dari PKBM maka ada biaya yang harus dibayarkan setiap semester. Pengeluaran selanjutnya adalah field trip dan playdate, meski tidak rutin. Kemudian biaya belajar ibu atau ayahnya, seperti mengikuti workshop anak usia dini ini. 

Bersambung 


Thursday, 27 March 2025

Kelas AHA PAUD : Kurikulum Pendidikan Anak Muslim 0-3

Assalamualaikum.

Homeschooling adalah gaya hidup, anak belajar dari bangun tidur sampai tidur lagi bersama-sama dengan kita orang tuanya atau para pengasuhnya. Tentu saja kita pun perlu terus belajar. Ilmu pengetahuan terus berkembang, pun anak-anak kita yang setiap hari bertumbuh, mau tidak mau kita dipaksa untuk terus belajar apa yang menjadi kebutuhan anak-anak kita. Mengajar anak usia lima tahun tentu berbeda dengan anak kelas lima SD. 

Untuk kurikulum pendidikan anak usia dini, sudah ada panduannya di Standar Isi Pendidikan Anak Usia Dini dari pemerintah. Ini dapat kita gunakan sebagai ceklis standar perkembangan. Tapi sebagai keluarga muslim ada beberapa prinsip pendidikan diniyah yang perlu dipertimbangkan.

  • Memilih waktu yang tepat
  • Memilih tempat yang tepat
  • Sesuai dengan usia pertumbuhan anak
  • Memanfaatkan kesempatan/ momen
  • Menyambut baik ketika anak ingin belajar (contoh: shalat)
  • Mendekati sebelum bicara kepada anak
  • Menghadap anak sebagai lawan bicara’
  • Menenangkan anak sebelum bicara (ingat: Maslow sebelum Bloom? Ini sudah diajarkan Rasulullah)
  • Menyapa dengan nama asli
  • Menyentuh secara fisik
  • Menyampaikan dengan perlahan
  • Menggunakan isyarat (mengurangi bicara/ cerewet)
  • Menjelaskan dengan ilustrasi (realia)
  • Menjadi teladan dan mencontohkan dengan perbuatan
  • Memberikan perbandingan sesuai usia anak
  • Memilih istilah yang halus untuk perbuatan tercela
  • Memberi kesempatan bertanya
  • Memberikan pujian terhadap pertanyaan yang bagus
  • Tidak menjawab jika tidak tahu
  • Terbuka ketika diingatkan
  • Lemah lembut
  • Memperhatikan respon terhadap ucapan dan perbuatan
  • Perhatian terhadap kehadiran anak
  • Memuliakan jika anak memiliki keutamaan
  • Memberikan kemudahan
  • Mempelajari sesuatu yang mudah terlebih dulu
Sumber: Bersama Rasulullah Mendidik Generasi Idaman, Dr. Fadhl Ilaihi, Pustaka Imam Syafii, 2010

Dan beberapa nasihat yang diambil dari kitab parenting Islami, Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan. Sepuluh wasiat pertama di bawah adalah wasiat Utbah bin Abi Sufyan kepada Abdush Shamad, pendidik anak-anaknya. Beliau menginginkan agar sang pendidik dapat:

  • Memperbaiki diri sebelum mendidik adab.
  • Menjadi pendidik yang menyenangkan.
  • Mengajarkan Qur’an dan hadits.
  • Mengajarkan syai’r-sya’ir yang penuh hikmah, namun tidak menjauhkan dari ibadah.
  • Menggunakan kalimat yang dipahami anak.
  • Menyelesaikan pelajaran yang telah dimulai hingga benar-benar paham dan tidak terburu-buru loncat ke bab selanjutnya/ materi lain.
  • Mengajari anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
  • Melatih anak memilih tauladan/ idola yang baik adabnya.
  • Menguatkan anak untuk menjauhi ikhtilat, terutama setelah baligh.
  • Bersemangat dan menghindari bersantai-santai dalam mendidik.
Selanjutnya adalah nasihat dari Harun bin Muhammad dari Bani Abasyah
  • Membacakan Qurán kepada anak dengan bacaan yang bagus.
  • Memberikan berita-berita yang bermanfaat.
  • Meletakkan kalimat pada tempatnya (ilmu komunikasi).
Kemudian nasihat Syuraih Al Qadhi
  • Mendidik anak tepat waktu dalam mendirikan shalat. 
  • Menasehati dengan nasehat yang mendidik dan cerdas
Kemudian Muawiyah bin Abi Sufyan menyebutkan beberapa hal penting lain yang perlu diajarkan ke anak
  • Mempelajari bahasa Arab.
  • Mempelajari nasab.
  • Mengetahui ilmu tentang perbintangan.
  • Bersikap kritis dan mampu melontarkan pertanyaan kritis dan berkualitas.
  • Mendidik hati untuk berusaha memahami.

Lalu, Abdul Malik bin Marwan menekankan 2 hal yaitu:

  • Mengajari kejujuran seperti mengajarkan shalat
  • Membiasakan anak untuk berada dalam lingkungan orang-orang yang beradab baik.

Terakhir, yaitu dari Umar bin Abdul Aziz bin Umar bin Khatab

  • Latihan fisik itu sangat baik, selama waktunya tepat.
  • Hindari terlalu banyak tertawa karena mematikan hati.
  • Cerdaslah memilih mainan yang tidak melalaikan dari mengingat Allah, seperti alat musik, karena bisa menumbuhkan penyakit nifaq dalam hati. 

Wednesday, 26 March 2025

Mudik Yang Tertunda

Assalamualaikum.

Saat ini seharusnya kami sudah di Garut, mudik ke rumah ibu. Jika kami di sana, mungkin sore ini kami sedang gogoleran di rumah kaler, memilah milih koleksi buku atau sekedar ngariung  main monopoli. Mungkin juga aku sedang membantu ibu ngadedel atau pasang kancing. Anak-anak mungkin bermain bola plasti di halaman rumah ibu yang cukup luas atau main ucing sumput bersama anak-anak tetangga. Qadarullah, kami harus menunda mudik dan sementara tetap di mess di Cianjur

Ayah sudah libur sejak tanggal enam belas maret, tapi masih ada pekerjaan lain yang ber-deadline  tanggal dua puluh empat maret, namun bisa dikerjakan dimana saja. Sina masih ada kelas zoom sampai tanggal dua puluh satu, sementara bunda masih ada beberapa jadwal kelas online. Rencananya kami akan mudik setelah semua pekerjaan selesai, agar bisa mudik dan liburan dengan tenang

Tanggal dua puluh empat dini hari, sekitar pukul 02.00 suami membangunkanku. Ku kira aku terlambat menyiapkan makan sahur, tapi ternyata suami bilang kalau pinggangnya sakit. Aku kaget, takuuuut banget tulang belakangnya yang dulu pernah bergeser, bergeser lagi. Aku segera mengecek, memperhatikan postur suamiku baik-baik dari kepala sampai kaki. Selewat pun aku sudah bisa melihat, posturnya ga normal, pundak bagian kanan terlihat lebih rendah dan kaki kanan terlihat lebih pendek. Kekhawatiranku ternyata benar, pinggangnya miring dan tulang belakangnya terlihat belok. Bergeser lagi. Ya Allah

Suamiku segera menghubungi salah satu rekannya, meminta tolong diantar ke terapis tulang di warungkondang. rekannya belum merespon sampai azan subuh tiba. Suami sempat mengirim pesan ke terapisnya dan baru dibalas pagi sekitar pukul enam. Qadarullah, terapisnya pun sedang sakit sehingga hari itu tidak buka praktik. Suami teringat beberapa rekannya pernah terapi pijat atau urut di pengobatan alternatif di sebuah pesantren di Tajur Halang. Suami belum pernah ke sana sehingga belum tahu lokasinya. Beliau kemudian menghubungi rekannya yang lain dan meminta tolong diantar ke sana. Alhamdulillah sekitar pukul 10.00 rekannya menjemput

Setelah suami berangkat, aku gelisah, sedih dan sangat merasa bersalah. Malam sebelumnya aku ketiduran di sofa, aku tertidur dalam kondisi kesal dan marah. Aku marah ke anak-anak tapi semua orang aku judesin, termasuk suami. Malam itu bahkan suami yang membereskan meja makan setelah berbuka puasa. Aku menangis tersedu-sedu, aku merasa aku sedang dihukum. Astagfirullah.

Sekitar pukul 11.30 suami mengirim pesan, beliau masih antri karena ternyata pasien di tempat itu cukup banyak. Sebenarnya aku mengajaknya ke dokter, mungkin nanti akan perlu fisioterapi atau apalah, tapi suami menolak. Beliau ingin tetap ke pengobatan alternatif saja. Sambil menunggu terapis tulangnya buka praktik lagi, suami memilih berobat dulu ke sana. Sekitar pukul 14.00 suami pulang. Beliau bercerita proses terapinya, cerita obrolannya dengan sang terapis, dan tentu saja cerita apa yang beliau rasakan. Aku melihat posturnya masih sama seperti tadi sebelum berangkat. Tapi Alhamdulillah, menurut beliau rasa sakit dan pegalnya berkurang. Beliau juga dibekali minyak herbal untuk diminum dan dibalur.

Kami menghubungi keluarga di Garut dan Bandung, mengabarkan kondisi suami dan kemungkinan kami menunda mudik. Seluruh keluarga mendoakan agar suami segera sembuh, lancar terapinya dan tidak mempermasalahkan kami yang menunda mudik atau bahkan mungkin tidak bisa mudik.

Persediaan beras dan bahan makanan kami nyaris habis, sengaja aku menyiapkannya agar cukup pas sampai kami berangkat mudik. Kardus sembako yang sudah kami kemas untuk kami bawa ke Garut, aku bongkar. Aku juga ke pasar, kembali menyiapkan stok lauk dan sayuran di kulkas. 

Meski sedih karena tidak jadi mudik kemarin, aku bersyukur kami diberi kesempatan berkumpul keluarga kecil kami lebih lama. Kami bisa bersama dua puluh empat jam, bermain board game, menonton serial bersama, masak-masak bersama. Suami bahkan tetap terlibat walaupun dengan kondisi duduk diganjal bantal atau tiduran. Aku juga bersyukur bisa dapat THR dari Aa penjual ayam di pasar, aku tidak akan kebagian jika aku sudah mudik, ya kan? Sina juga bisa menyelseaikan tilawahnya, kalau di garut biasanya sudah terdistraksi karena banyak saudara-saudara berkumpul. Bana juga bisa sempat ke tukang cukur, rambutnya ga rancung lagi saat lebaran nanti. Baju Hana yang belum selesai dijahit juga insyaallah bisa selesai terjahit. Insyaallah ada hikmah dibalik musibah.

Tapi aku merasa ada kesamaan waktu kambuhnya si tulang belakang suamiku itu. Selalu pas suami mau bepergian jauh atau lama. Yang pertama kali terjadi seminggu sebelum suami dinas ke Kuala Lumpur. Saat itu alhamdulillah langsung tertangani dan hasil rontgen juga menunjukkan tulang belakangnya sudah kembali ke tempatnya sehingga suami tetap bisa berangkat meskipun harus memakai belt  penyangga di pinggangnya. Yang kedua, aku ingat betul, kambuh empat hari sebelum suami berangkat ke Malang. Alhamdulillah saat itu juga langsung tertangani dan suami bisa tetap berangkat meski,ya, pakai  belt penyangga lagi. Nah, kali ini, kambuh tepat sehari sebelum kami berangkat mudik. Aku sempat berkomentar kenapa sih asa pas aja waktunya, seprti ada yang menghalangi rencana perjalanan suami. Tapi suami segera mengingatkanku untuk menepis pikiran-pikiran seperti itu.

Doakan suamiku ya, semoga segera pulih, tulang belakangnya kembali ke posisinya, sakitnya segera hilang, postur tubuhnya normal kembali dan bisa berkegiatan seperti biasa sehari-hari. Dan semoga kami bisa mudik, kapanpun waktunya. 

Wassalamualaikum.