Pages

Tuesday 28 January 2020

Jurnal Ulat 2 : Potluck dan ini makananku

Assalamualaikum.

Potluck

Well,potluck yang saya bagikan ga ada hubungannya sama sekali dengan HS.

Link video di sini
Link potluck FBG di sini

Makananku
-Potluck dari Mba Ratna Palupi : Berhomeschooling dengan bahagia.
-Potluck dari Mba Rimrim : Pentingnya portofolio dalam membangun kurikulum personal anak.
-Tulisan Teh Indri Ayu Lestari hasil bincang-bincang bareng PHI. Ini yang akan saya ceritakan di jurnal kali ini. Sebagian besar tulisan Teh Inday plek-plek.Sebagian lagi menggunakan kalimat saya sendiri sepemahaman saya.

Bincang Bareng PHI
Sebagai pemanasan, ada dua quote dari John Holt ( John Caldwell Holt, April 14 1923- September 14 1985, was an American author and educator, a proponent of homeschooling, specifically 'the unschooling approach' and a pioneer in youth rights theory.)


Jadi,belajar menurut John Holt adalah membiarkan anak-anak mengeksplor APA saja, memunculkan minatnya. Kita ga perlu repot-repot menentukan anak harus bisa apa harus belajar apa. Kita hanya perlu membantu mereka dengan membuka sebanyak mungkin akses menuju berbagai ilmu.
Sayangnya, yang banyak terjadi sekarang adalah kesenangan anak-anak terhadap belajar dihancurkan karena keinginan agar memperoleh nilai A, nilai 100, mendapat reward, mendapat label bintang. Jadinya hanya sebatas kompetensi tapi 'kering'. Datang ke sekolah bukan karena 'saya ingin tahu ini dan itu' tapi untuk mendapat aneka penghargaan tadi.
Jadi, homeschooling bermaksud memelihara rasa senang belajar ini. 

Apa itu homeschooling (HS)?
Homeschooling itu, dari namanya, berarti Sekolah Rumah.
Homeschooling bukan memindahkan sekolah ke rumah, itu namanya schooling at home.
Homeschooling adalah proses pendidikan atau transfer ilmu alternatif dari sekolah. Sekolah bukan satu-satunya tempat menimba ilmu.

Apa saja syarat HS?
Mau belajar.
Beberapa negara ada yang mensyaratkan ortu di rumah lulusan S1,bahkan S2.Tapi sesungguhnya tidak sesaklekitu, yang penting adalah mau belaar.anak danortu bisa belaar bersama-sama.

Apakah HS legal?
Ya
3 tempat belaar yang diakui di Indonesia
- formal: sekolah
- nonformal: kursus,les,lembaga
- informal :homeschooling,unschooling

Apakah saya dan anak saya cocok berHS?
Cocok-cocok aja sih siapapun. Karena menalankan HS itu ga ada pakemnya. setiap keluarga bebas menyesuaikannya dengan visi misi keluarga masing-masing.
Kurikulumnya,teknisnya, bisa atur sendiri sesuai dengan kebiasaan keluarga dan goal yang ingin dicapai.
Yang penting : Jangan bandingkan dengan anak orang lain.

Mengapa memilih HS?
Banyaak alasan dan setiap Keluarga memiliki alasan yang berbeda. Saya ceritakan nanti ya.

Mengapa menjalankan HS bisa 'seenaknya'?
Ya karena kepseknya kita, gurunya kita, ortu muridnya kita. Ga ada yang bilang kita wajib paham semua kurikulum diknas. Di dunia kerja pun pada akhirnya kita mesti mempelajari lagi skill tertentu, ga bergantung ijazah. Apalagi jika bagi kita ijazah ga penting. Misal, mau diproyeksikan menjadi pengusaha. Atau udah jelas nantinya mau kemana,jadi belajar yang dibutuhkan saja.
Mau pakai motode Montessori, Charlotte Mason, kurikulum diknas, kurikulum kuttab, kurikulum international, kurikulum basis fitrah, apapun...bebas...
Kalau sudah mantap hati mau HS, daftar PHI aja. Nanti dikasih tau kontak-kontak PKBM. Daftarkan anak kita ke PKBM supaya dapat NIS. NIS ini membuat kita terdaftar di negara, bisa ikutan Kejar Paket A,B,C jika kelak perlu ijazah karena mau kuliah dalam maupun luar negeri.
Yang perlu diwaspadai adalah, saking 'seenaknya' maka tak ada yang mengawasi jalannya program HS kecuali kita sendiri. Yang perlu dirawat motivasinya justru orangtuanya, bukan anaknya. 
Ingat terus pada tujuan yang ingin dicapai. Menumbuhkan kemampuan anak dan merawat rasa senang belajarnya.
Jika lalai, ya bisa saja anak tertinggal perkembangan dunia. Jadi, kalau mau jadi HS-ers jangan ingin berleha-leha. HS itu santai tapi serius.

Dimana Homeschooling berlangsung?
Sesuai namanya, HS berlangsung di rumah. Sama ortunya. Ya kalau pada prakteknya pergi ke taman, ke sungai, ke hutan, ke pabrik, ke luar negeri, ya bagus, bebas. Alam semesta ini laboratoriumnya.

Dimana bisa mengasah skill?
Nah kalau skill semacam musik, olahraga, apapun itu sebaiknya memang langsung ke ahlinya/ ikut kursus/ ikut komunitas/ gabung club. Toh sekolah formal pun belum tentu memfasilitasi ini kan? Dengan HS keuntungannya bisa lebih leluasa waktu berlatihnya.

Kapan bisa memulai HS?
Bebas. Kapanpun anak dan ortu siap, dan yang penting mau.

Kapan harus daftar PKBM?
Disarankan dari awal. USIA wajib sekolah do Indonesia adalah 7 tahun. Nanti NIS akan kepakai terus sampai SMA.
PKBM ada di berbagai kota. Beda-beda kebijakannya. Ada yang harus nadir rutin, ada yang cukup hadir pas ujian saja.PHI punya rekomendasinya. 
PKBM INI awalnya pemerintah buat untuk memfasilitasi mereka yang put us sekolah. HS-ers bisa bergabung. 

Kapan main, kapan belajar?
Masih adakah yang membedakan belajar dan bermain? Masih ada yang menganggap bermain itu sia-sia?
Lupakah kita pada serunya galasin, ucing kup, congklak, bekel, nangkap belalang, sepeda-an, masuk ke got, dll?
Yakin ga ada pelajaran dan pelatihan yang kita dapat dari situ?
Sungguh dalam bermain ada pelajaran. Main tak hanya sebatas aktivitas, tapi juga mindset. Itu tentang hal yang selalu bisa kita pilih (bukan disuruh), membangkitkan penasaran, dan terasa bahagia. Choice,wonder, delight kalau kata kulwap playful learning.

Siapa yang berhak memutuskan HS?
Pertama, ortunya dulu ngobrol. Karena mau HS atau sekolah formal, pendidikan Dari rumah kan tetap jalan ya. Nah anak dididik untuk jadi APA? Sudah tahukah atau mengalir aja ngikutin orang pain seperti apa?
Sesuaikan dengan visi misi keluarga. 
Lalu amati tiap anak. Betul-betul tiap anak ya karena tiap anak berbeda.
Amati, cenderungnya mereka gimana, sukanya apa, bahagianya kalau ngapain, PDnya saat apa. Makanya ajak main terus ya, biar kenal sama anak. Kita keluarkan childish-nya kita saat bersama anak-anak. Gapapa. Rasulullah SAW ngajak balap lari sama anak-anak.
Setelah itu baru putuskan, HS atau tidak ya..

Siapa yang ngajar HS?
Ya ortunya. Tenang, google serba lengkap. Bagi peran suami dan istri. Siapa bagian ngajarin apa, cerita apa, nerangin apa.
Ayah kerja? Gapapa, sediakan waktu kencan anak sama ayah di malam hari atau weekend.
Kedua ortu kerja? Kalau ada yang bisa didelegasikan dan terpercaya, why not?

Masih ga pede?
Kekuatan HS memang ada di komunitasnya. Tempat diskusi juga ya dengan berkomunitas,berjejaring. Cari di daerah tempat tinggal kita. Kalau ga ada? Buatlah, atau ikut secara online. Manfaatkan teknologi.

Bagaimana prakteknya?
Bebas. Ikutkan anak dengan ritme harian. Misal bangun, shalat, buka-buka jendela,ikut ke pasar, angkatan jemuran, main, apapun. Selipkan diskusi.
Atau mau bikin sesi belajar sejam? bisa
Nyiapin worksheet? boleh, kalau anak-anaknya suka.
Mau ala-ala sekolahan juga boleh.
Bebas.

Bagaimana sosialisasi anak HS?  
Tentunya, anakHS ini kan bertetangga. Juga punya paman,bibi, sepupu, kakek, nenek. Apalagi jika ikut kegiatan untuk melatih skill dia. Ada teman, ada gurunya. di lingkungan mungkin ada pa satpam, mba jamu, ibu warung, dsb.
Haruskah seusia?Ternyata kita pun orang dewasa di lingkungan kerja tidak selalu bersama dengan yang seusia kan ya?




Wassalamualaikum.




Tuesday 21 January 2020

Jurnal Ulat 1 :
Makananku

Assalamualaikum.
As always, a fast and simple post...
Sudah dihidangkan sebagai potluck di thread FB
Dan hasil icip-icip

Wassalamualaikum

Monday 6 January 2020

Jurnal Telur 3 :
Menemukan Cara Belajar

Assalamualaikum.
Untuk mencari strong why telur-telur merah dan menemukan telur orange, saya ingin bercerita sedikit tentang telur-telur merah saya.

1. Homeschooling
Sejak keluarga kami sepakat untuk tidak memasukkan Kakang Sina ke sekolah formal dan memilih homeschooling, maka kami (khususnya saya sebagai eksekutor utama) harus mempelajari banyak hal agar kegiatan HS tetap menjadi kegiatan yang membahagiakan.
Ilmu-ilmu yang perlu saya pelajari adalah
- Tugas perkembangan.
- Planning,kurikulum khas keluarga kami
- Materi yang akan disampaikan
- Ide/kreasi/how to delivery
- Alokasi waktu

2. Manajemen waktu
Mungkin ini yang paling urgent saat ini. Bagaimana caranya tetap bahagia dengan kondisi berjauhan dengan suami, sibuk beberes untuk pindahan, menjalankan homeschooling Kakang Sina, membersamai Bana, menyelesaikan urusan domestik dan lain sebagainya. Maka untuk bisa memanage waktu dengan baik maka saya perlu ilmu
- Membuat jadwal harian/ to do list
- Membuat skala prioritas
- Membuat kandang waktu
- Membuat dan memenuhi jadwal penggunaaan gawai
- Mematuhi cut off time
- Tidur awal, bangun awal

3. Manajemen Emosi
Kadang menjadi seorang ibu hamil (lagi) membuat saya sering menyalahkan si hormon yang membuat emosi saya naik turun. Iya sih, tapi saya ingin bisa mengendalikan emosi positif negatif dan mengalirkannya dengan tepat agar tak menyakiti orang lain terutama anak-anak dan suami. Maka saya perlu belajar 
- Dzikir untuk ketenangan hati
- Olahraga, yang sesuai untuk ibu hamil tentunya
- Berpola pikir positif
- Bersabar dan ikhlas menerima kondisi
- Beristirahat dengan cukup
- Mencatat jurnal syukur setiap hari

4. Journaling
Mengapa memasukkan journaling ke telur merah? Karena saya ingin berbagai hal yang saya lakukan, saya pelajari, saya rencanakan, saya rasakan bisa terdokumentasikan dengan rapi sehingga memudahkan saya melihat sejauh mana progress dan bagian mana yang harus direvisi. Maka saya perlu belajar:
- Teknik journaling
- Membuat jurnal syukur
- Mencatat/mendokumentasikan kegiatan HS
- Mendokumentasikan hasil jahitan
- Menuliskan perasaan


Maka saya menyimpulkan bahwa tujuan saya harus memiliki keterampilan yang saya tuliskan di telur merah adalah agar saya BAHAGIA.


Saat harus memilih ilmu yang akan menjadi telur orange, sesungguhnya saya bingung, saya merasa ilmu-ilmu tersebut saling terkait dan sama penting. maka saya putuskan menuliskan secara global.
Dan inilah telur-telur orange saya
Wassalamualaikum.