Pages

Friday 25 August 2017

Vaksin...oh...vaksin...

Assalamualaikum.

Postingan kali ini mengandung curhat dan...ghibah. Sebaiknya tidak dibaca.
Hayati lelah, Bang. Sungguh.
Iya saya lelah sebenarnya dengan perdebatan para provaksin dengan antivaksin. Lebih dari empat tahun lalu saya galau segalaunya gara-gara perdebatan ini. Bingung apa Sina harus saya vaksinasi atau tidak. Saya banyak baca, dari status-status sosial media, artikel di blog, resume jurnal sampai jurnal lengkap saya baca dan berusaha paham. Saya juga nanya-nanya sih ke banyak orang, ke teman-teman yang memutuskan tidak memvaksin anaknya, ke sodara-sodara yang tetap memvaksin anaknya, sampai ke orang kesehatan yang hanya saya kenal di media sosial. Saya sudah punya keputusan dan jarang mengikuti perdebatan mereka lagi.
Menjelang vaksinasi MR ini, heboh lagi deh tuh yang debat. Saya ga ikutan awalnya, ga pengen baca juga. Tapi ya gara-gara timeline FB saya rame sama hal ini, jadilah saya baca-baca lagi walaupun sebagian cuma sekilas. Dulu saya banyak nge-add friend orang-orang yang saya pikir paham tentang vaksin, baik dari kubu provaks maupun antivaks. Nah, sekarang pada muncul lagi masih dengan perdebatan yang sama. Otomatis timeline saya jadi terisi sama dua kubu itu ya, gerah euy, akhirnya memutuskan tidak membuka fb sementara. Aman dan damai.
Tapiii... Seorang sahabat  cerita kalau ada seseteteh ITBMh yang lagi semangat menggebu-gebu ngeshare berbagai artikel dari sisi antivaksin dan jadi omongan yang lain karena dianggap jauh dari adab seorang 'scientist'. Nah saya penasaran karena orangnya saya kenal walau belum pernah bertemu langsung, pernah ada beberapa urusan muamalah dengannya. Buka lagi deh itu fb. Dan ternyata saya ketinggalan banyaaak.
Mulai lagi deh saya baca-baca timeline yang kebanyakan teman facebook saya dari ITBMh. Lumayan kaget juga baca yang debat lumayan sengit dan keukeuh sureukeuh padahal sudah dikasih data ini itu yang sumbernya bukan dari blog semata. Iya, dulu kami ga boleh ambil referensi dari wikipedia soooo ambil dari blog juga sama ga tepatnya. Udah dikasih referensi jurnal, grafik data, DSB, eh berlanjut minta dijelasin itu kurva normal diambil dimana kapan juga tentang populasi dan sampelnya he he.
Kemarin ini lebih kaget lagi karena Teteh ini mengambil sebagian tulisan dr.Apin di republika. Sayangnya, yang dikutip cuma sebagian sampai dr.Apin pun membuat status lengkap dengan screenshoot postingan si Teteh.
Saya cek ke group masih aman, Alhamdulillah, karena ini ramenya di status pribadi. Seorang Teteh R yang lain yang rupanya sama gemesnya dengan saya, membuat status tentang kekesalannya sama Teteh di atas yang jelas-jelas profile picture nya pake toga wisuda kampus. Saya juga pengen bilang hal yang sama tapi saya tidak seberani Teteh R. Please atuh lah itu profil picture nya ganti dulu biar ga terlalu bikin gerah teman-teman sesama alumni. Mana ada wacana group alumni mau minta maaf sama dr.Apin. Lah yang buat kan Teteh itu pribadi, kenapa yang minta maap harus group alumni. Sampai akhirnya Bu Ketua turun tangan. Nah, saya selalu merasa suatu hal udah cukup gawat kalau Teh P mulai turun tangan. Saya copy di sini ah..
Berat ancaman al Qur'an untuk para penyebar berita yang tidak benar. Termasuk di dalamnya pemutar balikan fakta, perilaku mencomot sebagian referensi untuk mendukung pendapat pribadi, tanpa memahami secara utuh sumber referensi tersebut."Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musiba kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
Jangankan tulisan manusia, ayat al Qur'an saja bisa diperlakukan seperti ini. Banyak orang mengambil bagian ayat, menyambungnya dengan ayat lain, untuk memberi kesan benar pada pendapatnya sendiri.Perilaku seperti ini termasuk cacat literatur, menjadi akibat atas lemahnya budaya membaca dan memahami literatur.
Bagi anda yang membutuhkan informasi, apapun, selalu bertabayun dengan merujuk langsung sumber aslinya sebagai referensi. Termasuk jika anda membutuhkan tulisan dr Arifianto ini, langsung saja menuju wall yang bersngkutan, JANGAN nyangkut di postingan yang tidak relevan.
Sedihnya, saya melihat Teteh ini tidak ada rasa bersalah ya, karena di postingan dia selanjutnya, bukannya meminta maaf kepada dr.Apin malah menyatakan dr.Apin adalah seorang bapak-bapak baperan. Tidak disebut sih itu ditujukan ke dr.Apin, tapi ya semua juga tau kali setelah baca postingannya. Sedihnya, dan maluu juga.
Ya Allah, segitu nya ya gara-gara vaksin. Saya sebenarnya nulis ini karena temen di grup SMA yang bawa satu artikel ke grup, mau komen ga jadi jadi, jadi mau curhat di sini. Alhamdulillah grup SMA mah tetap adem da ga ada debat, bisa saling menahan diri dari komen vaksin ini. Yang heboh malah teman-teman kampus gara-gara satu Teteh itu. Saya juga malah jadi ngomongin ini kan di sini. Sedih aja sih, gegara masalah vaksin ini sampe segitunyaa. Sebenarnya saya pribadi ga ada masalah sih seseorang itu mau provaksin atau antivaksin. Masing-masing orangtua bebas mengambil keputusan untuk anak-anaknya. Keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan tentunya. Kampanye juga boleh, mangga, tapiiii, cara menyampaikan itu yang bermasalah menurut saya. Beneran ya kelihatan pentingnya ADAB sebelum ILMU.
Sudah ah, nanti malah ghibah terus. Astagfirullah.

Wassalamualaikum

Curug Sadim, Subang plus plus

Assalamualaikum.

Sina di Curug Sadim
Bulan lalu alhamdulillah ada Bibi dari kalimantan ke Bandung. Ada acara lamaran anaknya sekalian liburan. Saya diajak ikut jalan-jalan ke ciwidey dan subang.
Kali ini saya mau cerita perjalanan ke Curug Sadim, Subang. Lokasinya tidak terlalu jauh dari pemandian air panas Ciater. Tidak sampai 10menit menggunakan mobil.
Dari rumah Mamah berangkat pukul 7 pagi. Ini saya sambil mengingat ya karena sudah agak lama jadi sedikit lupa. Perjalanan sekitar 2jam. Semakin dekat ke curug, semakin dingin, semakin banyak kebun teh di kanan kiri jalan.
Sampai lokasi, ternyata sangat banyak mobil motor parkir padahal belum sampai parkiran. Wah penuh nih, padahal hari itu bukan weekend. Pos tiket depan tidak ada yang jaga. Jadi kami langsung masuk. Ada sekitar 50m dari pos tiket ke tempat parkir. Di tempat parkir barulah kami diberitahu bahwa sedang ada acara gabungan PMI dan apalah lupa jadi curug ditutup untuk umum sementara. Tapi jam 11 sudah dibuka lagi. Jadilah kami balik lagi sambil diskusi mau kemana dulu nunggu jam 11.
Alhamdulillah, Abang Bangun yang memang sudah pernah ke daerah sana, tahu lokasi enakeun buat duduk-duduk dan buka bekal makan. Lokasinya dekat dengan pemandian air panas Gracia.

Tuesday 22 August 2017

Kemeriahan Peringatan HUT RI ke 72 di Sekolah Sina

Assalamualaikum.

Tulisan ini sebenarnya sedikit terlambat. Saya sudah coba ngedraft ini sebelum tulisan vaksinasi di sekolah. Tapi ternyata baru sadar foto-fotonya ga ada di gallery hp saya. Sudah saya pindah ke laptop. Alhamdulillah ada kesempatan untuk nulis dari laptop jadi bisa meneruskan yang ini.
Acara peringatan HUT RI ke 72 di sekolah Sina dilaksanakan tanggal 16 Augustus, jadi besoknya pas 17 Augustus sekolah libur. Anak-anak dipersilakan mengikuti acara di lingkungan rumah masing-masing.
Jam 8 pagi anak-anak mulai berbaris seperti biasa. Tapi kali ini tidak masuk kelas. Tetap di halaman tempat di selenggarakannya aneka perlombaan. Sebelum mulai, anak-anak, orangtua, dan guru foto bersama dulu.
Foto bersama sebelum mulai
Foto bersama sebelum mulai
Lomba pertama yang dilaksanakan adalah balap kelereng. Kalau biasanya balap kelereng itu kelereng disimpan di sendok dan sendoknya digigit kemudian berjalan tanpa menjatuhkan kelereng, kalau di sini sendoknya dipegang saja. Anak-anak kecil sih yang lomba ya. Tapi ga sesimple itu, karena anak harus bolak-balik bawa kelerengnya di sendok, simpen di mangkok, lari, kemudian ambil lagi kelerengnya dan bawa lagi pake sendok. Yang menang, yang jumlah kelerengnya paling banyak.

Vaksinasi MR di Sekolah Sina

Assalamualaikum wrwb.

Pohon rambutan di halaman sekolah Sina sedang berbuah. Tidak lebat tapi warna merah buahnya cukup menarik perhatian. Menurut ibu-ibu, buahnya tipe yg ga nempel ke biji dan rasanya manis. Saya belum nyoba sih. Cuaca hangat, enak buat berjemur. 
Saya duduk di sudut teras mesjid, sedikit menjauh dari tempat biasanya. Sayup terdengar suara anak-anak kelas sedang bermain tebak-tebakan nama ayah, ibu, kakak dan adik.
Kemarin di sekolah ada pelaksanaan vaksinasi MR. Kami para orangtua sudah mendapat pemberitahuan jauh-jauh hari. Sina sudah saya sounding sejak lama bahwa akan disuntik vaksin nanti tanggal 21. Saya ceritakan apa itu vaksin dan kenapa perlu di vaksin. Alhamdulillah, pas pelaksanaannya kemarin lancar ga pake drama.
Sebetulnya saya yang dag dig dug karena ini pengalaman pertama Sina vaksin tanpa didampingi saya atau ayahnya. Takut nangis atau rewel atau bahkan menolak. Tapi bu guru sudah menjelaskan teknis pelaksanaannya hari sebelumnya. Kami boleh tetap berada di sekolah tapi tidak terlihat oleh anak, jika ternyata anak perlu pendampingan orangtua maka orangtua akan dipanggil.
Ibu-ibu yang khawatir anaknya nangis pas disuntik
Anak-anak kelas A dan B digabung di ruang yang besar. Main games seru yang cukup berisik menurut saya. Sepertinya sengaja agar jika ada yang menangis tidak terdengar dan mempengaruhi anak lain. Anak satu persatu dipanggil ke ruangan lain ditemani salah satu guru. Saya nguping. Petugasnya ramah, anak diajak ngobrol ditanya nama dan lain-lain. Lalu 'JUSS' aja di suntik. Selesai. Anak diberi permen susu milkita yang dibungkus kertas karakter lucu-lucu.

Friday 18 August 2017

Amanah Sosial

Assalamualaikum.

Matahari pagi ini ga seterik kemarin, tapi cukup hangat untuk membuat seekor kucing berjemur. Angin pun semilir saja, ga "ngagelebug" seperti beberapa hari yang lalu. Hiasan bendera plastik bekas agustusan kemarin sudah mulai copot di halaman mesjid sekolah Sina.
Hari jumat merupakan salah satu hari seru di sekolah. Ibu-ibu yang biasanya cuma mengantar lalu pulang lagi, hari ini berkumpul dulu, tujuannya apalagi kalau bukan ngocok arisan. 
Arisan ini salah satu ajang kumpul ibu-ibu. Yang jarang ke sekolah, jarang ketemu, hari jumat biasanya datang. Kadang ada yang sengaja bawa makanan until dimakna bersama sambil ngariung buka arisan. Lanjut ngobrol-ngobrol seputar kegiatan sekolah anak-anak kami. Kadang, berlanjut ngegosip. Biasanya gosip seputar lingkungan. Saya yang ga paham seputar lingkungan sini cuma jadi pendengar aja. Ga ngerti juga yang diomongin itu siapa dan dimana. 
Saya ada beberapa 'PR' sebenarnya dari Bapak kepala yayasan. Beberapa waktu lalu sempat banyak ngobrol dengan beliau tentang kondisi lingkungan di sini, kondisi para siswa dan keluarganya terutama. 

Tuesday 15 August 2017

Tentang Marah (2)

Assalamualaikum.
Marah Yang Bijak karya Bunda Wening
Saya duduk di depan salah satu saung di sekolah Sina. Sebelah kanan ada kumpulan pot bunga kecil. Saya ga paham jenis bunga, tapi bagus-bagus. Bunganya berwarna pink, ungu, dan jingga. Angin cukup besar, daun pohon rambutan di playground bergoyang. Matahari cerah, tapi udara dingin. Sina pun enggan melepas jaketnya. 
Sina sudah aman di kelas, kedengarannya sih sedang rame-rame mbaca surat An-Naas. Saya mau lanjutkan cerita tentang marah.
Nah, di buku Bunda Wening itu ada satu bab yang membahas ' Teknik Pengendalian Marah'. Saya coba tuliskan ya

- Teknik relaksasi nafas.
Saat akan/sedang marah, tarik nafas dalam-dalam dan tahan 3-4 hitungan, keluarkan perlahan. Rasakan betapa nyaman. Bernafas normal dan ulangi lagi beberapa kali. Biarkan telapak kaki rileks. Kalau tubuh sudah rileks, langkah pengendalian marah selanjutnya akan lebih mudah.
PR kita adalah bagaimana membuat relaksasi ini menjadi perilaku otomatis. Kita harus melakukan install ke dalam pikiran bawah sadar kita. Caranya? Setiap menjelang tidur, setelah membaca DOA, niatkan cara ini sebagai usaha perbaikan pengendalian emosi diri. Ucapkan kalimat sugestif," Mulai malam ini dan seterusnya, setiap saya melihat, mendengar, dan merasakan segala sesuatu yang membuat saya tidak nyaman, saya akan melakukan relaksasi seperti ini." Lakukan relaksasi nafas sebanyak 15-20kali. Ketika menghembuskan nafas,ucapkan,"Saya ikhlas,ya Allah" atau istigfar.

Tentang Marah

Assalamualaikum.
Cibiru dingin sekali pagi ini. Enaknya main ponsel sambil selimutan lagi. Tapi ajaib, pagi ini saya sudah selesai beberes, masak, dan nyuci piring. Saya bilang ajaib ya karena ini kejadian yang jarang sekali. Biasanya jam segini saya lagi riweuh nyiapin sarapan dan bekal sekolah Sina. Beberes dan lain-lain saya tangguhkan sampai nanti siang sepulang sekolah. Tapi merugi kan ya kalau hari ini sama aja kayak hari kemarin-kemarin, bismillah, semoga konsisten. 
Saya agak kepikiran celetukan seorang anak -teman Sina- di sekolah kemarin. Ibu-ibu kan suka ngumpul ya menjelang anak bubaran sekolah, duduk-duduk di teras mesjid sambil ngobrol dan ngemil. Anak-anak yang keluar kelas biasanya langsung mendekati ibu-ibu (atau nenek)nya masing-masing sambil cerita ini ITU. Kebanyakan cerita tentang kegiatan sekolah hari itu. 
Nah, kemarin saya mendengar seorang anak nyeletuk ' Mamah mah ambek-ambekan wae ih. Teu siga Bunda Sina tuh bageur, tara ngambek'. Artinya kurang lebih ' Mamah nih marah-marah aja. Ga kayak Bunda Sina, baik hati dan ga pernah marah.' Ibunya menjawab 'ya wajar we ngambek da kamu na siga kieu, coba mun bageur siga Sina pasti moal diambekan was.'.
Saya senyum-senyum pahit mendengarnya. Ah, pencitraan saya berhasil. He he. . mereka ga tau aja kalau sebenarnya saya juga termasuk ibu yang sering marahin anaknya beberapa waktu lalu. Sampai saat ini masih sih, tapi insyaallah saya sedikit bisa mengontrol rasa marah saya. 
Saya membaca ulang bukunya Bunda Wening tentang 'Marah yang bijak'. Boleh koq kita marah, tapi bagaimana cara kita marah itu yang harus diperhatikan.
Marah itu kan sebenarnya emosi dasar manusia ya, sama halnya seperti gembira, takut, sedih, jijik dan terkejut.* Kita biasanya marah sebagai respon atas perilaku anak yang tidak kita sukai atau kita anggap tidak baik. Sayangnya bagaimana kita menyampaikan rasa marah itu akan memberikan dampak secara psikologis kepada anak. Dampak baik atau buruk, bergantung bagaimana cara marah kita. Dampak buruknya anak menjadi kurang empatik, mudah depresi, dan sulit beradaptasi dengan dunia luar. Dampak lainnya, anak meniru perilaku marah, pemurung/tidak ceria, cenderung menutup diri dari lingkungan dan memberontak.
Marah yang tidak terkendali sebenarnya tidak ada gunanya. Apakah setelah marah-marah dapat mengubah perilaku anak menjadi seperti yang kita harapkan? Yang terjadi malah kita mempermalukan diri sendiri dan anak, dan tanpa kita sadari kita sedang 'menularkan' kemampuan marah kita kepada anak.
Marah selama ini dipahami sebagai suara yang keras, membentak, kalimat yang kasar, mata melotot, kedua tangan di pinggang, cubitan, pukulan dan lain-lain. Padahal ada cara lain bagaimana menyampaikan 'marah' kepada anak. Ini terkait dengan apa sebenarnya tujuan kita marah. Biasanya sih tujuannya supaya anak nurut, tidal mengulangi perbuatannya dan yang semacamnya. Kalau kita cross chek, apa tujuan kita berhasil? Biasanya tidak..
Bersambung ya, mau siap-siap ke sekolah Sina dulu...
Wassalamualaikum

Monday 14 August 2017

Sina (lanjut) Sekolah

Assalamualaikum.

Matahari cukup terik siang ini, tapi angin sudah tidak sebesar tadi pagi. Anak-anak sedang istirahat. Sebagian besar main di playground, sebagian lagi lari-lari di halaman mesjid. Sina? Ada di ayunan bersama teman-temannya dan ibu guru.
Tidak terasa 2 hari lagi tanggal 16, artinya sudah sebulan sejak hari pertama Sina sekolah di PAUD ABC Al-Muhyidin. Saya rasa waktu sebulan sudah cukup untukbmemutuskan apakah Sina akan lanjut sekolah atau kembali sekolah di rumah dengan Bunda alias homeschooling ala-ala.
Saya coba cerita lagi ya tentang sekolah ini. Nama sekolahnya PAUD Alam Terpadu Bintang Cendikia Al-Muhyidin. Ada di bawah yayasan Al-Muhyidin. Berdiri sejak tahun 2011. Selain PAUD, yayasan ini juga ada rumah tahfidz, TPA, dan entah apa lagi, he he.
Mesjid Al-Muhyidin
Lokasinya ada di dalam gang, tapi tidak sampai 50m dari jalan yang bisa dilewati mobil. Ada tempat parkir juga kalau kita bawa kendaraan. Bukan punya sekolah sih, tapi boleh. Sebelah kanan kebun yang dibenteng, kiri lapangan dan kolam, depan dan belakang rumah warga. Walaupun di sekitar rumah warga, tapi cukup terpisah koq. Tidak terganggu oleh warga yang lewat atau berkegiatan di sekitar.

Bicara yang Baik atau Diam

Assalamualaikum.

Alhamdulillah. Setelah memantapkan hati untuk menyibukkan diri dalam rangka menghilangkan perasaan tidak berharga, akhirnya saya yakin bahwa ada hal-hal bermanfaat yang bisa saya lakukan, bisa saya bagikan ke sekitar saya. Saya memberanikan diri menerima beberapa amanah sekaligus dengan harapan agar tak ada lagi waktu yang terbuang percuma, tak ada detik-detik yang saya pakai untuk menyesali diri yang ga bisa memasak ini. Ketika saya sampai pada tahap 'jijik' pada segala hal yang berhubungan dengan masak, saya sadar ada yang salah dalam diri dan harus segera diakhiri. Saya sudah tau pencetus alias penyebabnya maka saya harus fokus pada solusi. Sampai saat ini masih belum ketemu sih solusi yang pas, tapi pengalihan dengan menyibukkan diri lumayan berhasil mengikis sedikit rasa hina dalam diri. Iya, merasa hina karena ga bisa masak. Ga bisa masak enak tepatnya. Dan merembet kemana-mana sampai pada suatu titik saya merasa benar-benar tidak bisa apa-apa. Tidak bisa apa-apa di sini bukan artinya tidak berdaya, tapi apapun yang saya lakukan ya pasti ga benar ga selesai ga bagus, ga bisa apa-apa. 
Duhai, betapa ya, sekalimat menyakitkan yang pernah diucapkan, menghujam ke dalam dada, terbawa ke alam bawah sadar dan berhasil mengubah seorang Fitri yang lagi semangat belajar apapun dalam rumah tangga (memasak salahsatunya), menjadi ciut, merasa hina dan merasa hidupnya ga berguna.
Ya elah Fit, masa gara-gara gitu doang? Kapan-kapan saya ceritakan lebih detail.Yang pasti, ini jadi pengingat buat diri saya pribadi untuk selalu berhati-hati saat memberikan komentar ke orang lain, walaupun sedang bercanda. Apalagi komentar sukarela dalam artian orang tersebut ga minta pendapat kita terus kita tiba-tiba komentar. Hati-hati jangan sampai komentar kita membuat seseorang tersakiti. Komentar yang baik-baik saja atau diam. 
Saya inget jaman saya masih ngajar dulu. Ada salah satu siswa yang ga naik kelas. Saya bukan wali kelasnya tapi saya ngajar di kelas dia. Saat sedang kegiatan belajar-mengajar dalam sesi tanya jawab atau coba selesaikan dia hampir selalu bilang "aku ga bisa bu, aku mah ga bisa" padahal dia belum mencobanya. Dan wajahnya selalu sedih setiap kali bilang "aku ga bisa". Singkat cerita di akhir tahun pelajaran, ketika sidang kenaikan kelas saya baru tahu kenapa dia begitu. Bukan hanya di kelas saya saja ternyata, di kelas lain pun begitu. Pejyebab awalnya adalah ada salah satu guru yang komen "kamu mah moal bisa". Gitu. Saya dulu mikirnya masa sih cuma gara-gara itu. Ternyata setelah dijelasin sama guru BP/BK nya yang memang lulusan psikologi pendidikan, barulah saya paham betapa fatalnya sebuah komentar ketika sudah menyakiti seseorang. Siswa tersebut jelas merasa direndahkan, lah koq aku dibilang ga bisa. Awalnya kepikiran kemudian lama-lama alam bawah sadarnya menerima bahwa itulah kenyataannya. Padahal, mungkin guru yang bersangkutan ga ada niat sama sekali unyuk merendahkan siswanya, hanya saja yang diterima sama siswa tersebut berbeda. Kata guru BP/BK waktu itu, ini juga salah satu alasan kenapa kita hatus bisa melihat seseorang itu tipe yang seperti apa ketika kita akan menyampaikan motivasi. Untuk siswa lain dengan tipe berbeda, kalimat 'kamu ga bisa' ini munhkin justru akan menjadi pemicu semangat agar dia bisa membuktikan bahwa dirinya pasti bisa. Tapi untuk siswa di atas, kalimat itu justru menjadi 'pembunuh'. 
Sekarang saya semakin mengerti apa yang dirasa siswa tersebut setelah saya mengalaminya sendiri. Kalimat 'kamu mah sagala teu bisa' berhasil membuat saya minder, ciut, merasa hina, merasa ga berharga dan bertanya-tanya sebenarnya kenapa saya hidup sampe sekarang jika ternyata saya mah ga bisa apa-apa alias sagala teu bisa. Untungnya saya sudah sadar apa yang terjadi, dan saat ini saya betul-betul berusaha memgembalikan kepercayaan diri saya. Dan sungguh tidak mudah.

Wassalamualaikum.

Tuesday 1 August 2017

'Berbagi' Separuh

Assalamualaikum.

Aih perasaan saya ga karuan, lihat Sina nangis-nangis mau ke Bunda. Ini pertama kalinya Sina nangis tapi ga saya peluk. Malah saya yang ikutan nangis di luar kelas. Satu sisi, ya salah satu prosedur di sekolah ini ya gini. Kalau anak nangis wayahna ibu bapaknya tetap nunggu di luar. Gurunya ga diam jg koq pas anak nangis, dibujuk-bujuk , dipeluk, digendong. Kegiatan tetap berjalan walaupun sambil gendong anak. Cara ini jg mengajarkan anak bahwa ga semua yang diinginkan bisa didapat.

Di sisi lain, saya rada khawatir bakal bikin anak trauma. Saya melihat ada sedikit "paksaan" walaupun sangat-sangat lembut. Selama ini saya penganut bahwa segala sesuatu itu harus dengan kerelaan anak. Seperti halnya menyapih dulu. Sekarang sih Sina sudah berhenti nangis, sudah duduk kembali di kursinya. Saya intip sedikit, wajahnya masih sedih. Ah, saya yang melow ini mah. Saya nulis ini sambil nguping dan intip-intip dikit. Sina masih terlihat sedih tapi barusan mau maju ke depan bikin garis-garis. Mau ngegunting juga.  Alhamdulillah. 
Sepertinya saya nya yang memang harus ikhlas ya  kalau ada kondisi seperti ini. Toh Sina juga udah biasa lagi, eh saya nya yang masih kepikiran. Saat di sekolah, saya memang harus percaya 'menyerahkan' Sina sama guru-gurunya. Yaa, ternyata berbagi separuh hak dan tanggungjawab juga ga mudah ternyata. Harus ikhlas juga. 
Sebenarnya anak-anak lain udah ga ada lagi yg ditungguin. Semua cuma diantar jemput. Saya aja yang masih suka nungguin. Alasannya banyak. Pertama, karena lumayan jauh juga kalo pulang dulu. Kecuali kalau pas saya ada kegiatan lain seperti posyandu atau senam seperti kemarin. Kedua, sambil nunggu Sina, saya jadi punya waktu khusus buat blogging, atau dengerin kajian online, atau baca buku. Beneran waktu khusus so ga kepikiran cucian yang belum dijemur atau sayuran yang belum dipotong-potong. Jadi ada slot waktu khusus lah. Ketiga, saya sambil nguping, ngapain aja di sekolah. Ada beberapa latihan motorik halus yang Sina belum lancar dan saya bisa mengulangnya di rumah. Saya juga bisa dapat ide-ide lain buat main-main di rumah, meniru kemudian memodifikasi. Keempat, saya memastikan bahwa tidak ada nilai-nilai yang melenceng dari visi misi keluarga kami. Kalaupun ada, saya jadi tau dan ada kesempatan buat bahas sama Sina. 
Saya intip lagi, Sina lagi main balok dan wajahnya sudah ceria kembali. 
Kelima, ya itu tadi, saya masih belum ikhlas sepenuhnya berbagi separuh hak dan tanggungjawab 'mendidik' Sina. Mungkin saya masih akan tetap setia nungguin, ngintip dan nguping kegiatan sekolah Sina sampai saya betul-betul yakin bahwa keputusan memasukkan Sina ke sekolah itu sudah tepat. 
Wassalamualaikum