Assalamualaikum wrwb.
Pohon rambutan di halaman sekolah Sina sedang berbuah. Tidak lebat tapi warna merah buahnya cukup menarik perhatian. Menurut ibu-ibu, buahnya tipe yg ga nempel ke biji dan rasanya manis. Saya belum nyoba sih. Cuaca hangat, enak buat berjemur.
Saya duduk di sudut teras mesjid, sedikit menjauh dari tempat biasanya. Sayup terdengar suara anak-anak kelas sedang bermain tebak-tebakan nama ayah, ibu, kakak dan adik.
Kemarin di sekolah ada pelaksanaan vaksinasi MR. Kami para orangtua sudah mendapat pemberitahuan jauh-jauh hari. Sina sudah saya sounding sejak lama bahwa akan disuntik vaksin nanti tanggal 21. Saya ceritakan apa itu vaksin dan kenapa perlu di vaksin. Alhamdulillah, pas pelaksanaannya kemarin lancar ga pake drama.
Sebetulnya saya yang dag dig dug karena ini pengalaman pertama Sina vaksin tanpa didampingi saya atau ayahnya. Takut nangis atau rewel atau bahkan menolak. Tapi bu guru sudah menjelaskan teknis pelaksanaannya hari sebelumnya. Kami boleh tetap berada di sekolah tapi tidak terlihat oleh anak, jika ternyata anak perlu pendampingan orangtua maka orangtua akan dipanggil.
Ibu-ibu yang khawatir anaknya nangis pas disuntik |
Anak-anak kelas A dan B digabung di ruang yang besar. Main games seru yang cukup berisik menurut saya. Sepertinya sengaja agar jika ada yang menangis tidak terdengar dan mempengaruhi anak lain. Anak satu persatu dipanggil ke ruangan lain ditemani salah satu guru. Saya nguping. Petugasnya ramah, anak diajak ngobrol ditanya nama dan lain-lain. Lalu 'JUSS' aja di suntik. Selesai. Anak diberi permen susu milkita yang dibungkus kertas karakter lucu-lucu.
Setiap yang sudah divaksin, boleh main ke playground. Kami orangtua menyambut anak-anak yang sudah selesai vaksin. Anak pertama yang divaksin Adrina, paling muda diantara semuanya. Saya pikir sepertinya diurutkan berdasar usia. Kalau begitu, selanjutnya pasti Sina. Ternyata bukan. Saya ga tau deh urutannya berdasarkan apa.
Adrina, entah mengapa saya suka sekali sama Adrina :) |
Alhamdulillah anak-anak balageur. Ga ada yang ngamuk. Rata-rata ga nangis malah. Hanya ada satu atau dua orang yang nangis, itu pun sebentar saja.
Tiba giliran Sina, saya makin dag dig dug. Alhamdulillah Sina keluar ruangan tanpa nangis. Tapi langsung mendekat dan minta dipangku. Diam. Mungkin kaget. Saya tanya sakit ga, jawabnya tidak. Saya tawari makan permennya, menolak. Iya sih pasti karena Sina memang belum mengenal 'enak'nya permen. Sekitar lima menit kemudian Sina sudah mau main lagi.
Sina dan teman-teman pasca vaksinasi |
Pasca vaksinasi |
Saya cukup puas dengan pelaksanaan vaksinasi di sekolah Sina kali ini. Dari jauh hari kami sudah diberitahu dan dipersilakan jika memang tidak bisa mengikuti vaksinasi. Iya, ada beberapa orangtua antivaksin juga di sini. Tapi sekolah cukup bagus koq, dengan tidak memaksakan dan menyerahkan keputusan sepenuhnya pada orangtua.
Beberapa anak juga ada yang tidak di suntik vaksin karena setelah diperiksa kesehatan sedang demam, batuk pilek berat atau diare. Petugas mempersilakan untuk divaksin nanti di posyandu. Jadi petugas kesehatannya juga ga langsung suntik aja. Alhamdulillah.
Semoga Sina dan teman-temannya juga seluruh anak Indonesia selalu sehat. Semoga ikhtiar kami untuk memperkecil kemungkinan terkena rubella dan menularkan kepada ibu hamil ini bisa tercapai. Semoga Allah ridla. Sebagai seorang ibu mantan galauers antara provaksin atau antivaksin, saya selalu berdoa semoga Allah ridla dengan ikhtiar kami. Kami yang kurang ilmu dan iman insyaallah percaya pada ahlinya. Pada para peneliti vaksin, para dokter, dan mayoritas ulama yang sudah memfatwakan kebolehan vaksinasi. Amiin.
Wassalamualaikum.
No comments:
Post a Comment