Pages

Tuesday, 2 September 2025

Ikutan Akar Ibu 2 di Ibu Profesional, yuk!

Assalamulaikum. 

Sudah lama aku berhenti mengikuti kelas belajar atau perkuliahan di Ibu Profesional. Aku bergabung di Ibu Profesional pada tahun 2017 di regional Bandung. Saat itu aku sedang hamil Bana. Aku ingat saat wisuda matrikulasi aku naik ke podium dengan perut yang sedang hamil besar. Lulus matrikulasi aku melanjutkan ke kelas bunda sayang. Lulus kelas bunda sayang aku langsung melanjutkan ke kelas bunda cekatan.

Saat perkuliahan di kelas bunda cekatan sedang berlangsung, kami pindah ke Cianjur. Saat itu aku mengajukan mutasi dari Ibu Profesional Bandung ke Ibu Profesional Cianjur. Aku lupa detail prosesnya, yang aku ingat saat bergabung di kelas bunda cekatan di Ibu Profesional Cianjur, aku kaget  karena peserta kelas hanya delapan orang, sementara saat itu di Bandung teman sekelasku seratusan orang. Aku sempat kecewa karena sungguh tidak ada dalam bayanganku kelasnya sesepi itu. Belakangan aku juga tahu kalau memang member Ibu Profesioanal Cianjur hanya sedikit, tidak sampai tiga puluh orang (saat itu).

Lulus kelas bunda cekatan, aku melanjutkan ke kelas bunda produktif. Saat itu Ibu Profesional memasuki new-chapter. Banyak perubahan dan perkembangan di segala unit, termasuk proses pembelajaran di kelas bunda produktif yang sama sekali berbeda dengan kelas-kelas sebelumnya. Gamifikasi alias ala-ala game. Aku yang pada dasarnya memang tidak terlalu suka game, jadi malas dan banyak melewatkan tugas-tugas di kelas. Aku tidak lulus kelas bunda produktif batch 1 saat itu. 

Meski off di perkuliahan, aku tetap aktif di regional Cianjur. Aku bergabung dengan kepengurusan, berkegiatan ini itu dan aku mulai merasa nyaman dan betah di Ibu Profesional Cianjur. Jumlah member yang sedikit membuat kami bisa mengenal satu sama lain dan lebih dekat. Saat ini justru aku merasa Ibu Profesional Cianjur ini adalah keluarga keduaku, satu-satunya circle-ku di Cianjur yang satu frekuensi.

Entah sudah berapa batch kelas bunda produktif terlewat namun aku masih enggan mengikuti kelasnya. Aku berencana bergabung ke Kampung Komunitas agar bisa mengikuti rumah belajar lain. Namun untuk bisa menjadi warga kampung komunitas aku harus terlebih dahulu mengikuti orientasi yang qadarullah beberapa kali aku melewatkan jadwal pendaftarannya. Kini ada Akar Ibu, sebuah program penguatan akar para ibu profesional, sinergi antara Institut Ibu Profesional dan Kampung Komunitas. Sebenarnya program baru ini diperuntukkan untuk member baru (yang baru saja lulus dari program Foundation) yang bertujuan untuk memberikan fondasi yang kuat dan esensial bagi anggota baru ibu profesional, juga untuk memastikan anggota baru memiliki semua bekal yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang dalam komunitas Ibu Profesional. Namun, member lama yang ingin menguatkan kembali akarnya, dipersilakan juga mengikuti program ini. Program Akar Ibu inilah yang menjadi pintu masuk jika ingin bergabung di Institut Ibu Profesional maupun Kampung Komunitas. Tentu saja aku tak ingin melewatkan kesempatan ini. Aku sudah mendaftar program Akar Ibu sejak hari pertama form dibuka. Setelah masuk grup dan menunggu, akhirnya hari ini ada asesmen awal dan kemudian masuk ke LMS Akar Ibu. 

Saat mengisi asesmen tadi ada pertanyaan tentang nilai-nilai utama Ibu Profesional. Aku serasa dibawa kembali ke pembelajaran dulu, dan karena core value ini sering kali diulang-ulang maka Alhamdulillah aku masih bisa mengingatnya dengan baik. Core value Ibu Profesional itu adalah belajar, berkembang, berkarya, berbagi dan berdampak. Belajar berarti menggali informasi dan memiliki ilmu. Berkembang artinya terus menerus bergerak ke arah yang lebih baik. Ilmu yang sudah diperoleh kemudian diamalkan, jika ada perubahan yang lebih baik, maka itu artinya kita telah berkembang. Ketika hal itu terjadi, maka akan muncul dorongan untuk berkarya dengan sesuatu yang kita bisa dan paling kita sukai. Berkarya artinya memberikan sumbangan karya yang produktif dan bermanfaat bagi masyarakat. Selanjutnya kita akan merasakan arti berbagi. Berbagi artinya membaktikan hidupnya agar bermanfaat bagi orang banyak, bisa berupa barang, jasa atau ilmu yang harus sudah dikuasai dan jalani terlebih dahulu. Dan dari perjalanan tersebut maka akan menimbulkan dampak bagi orang lain. Oleh karena itu berdampak artinya meluaskan semua proses yang telah disebutkan diatas secara berurutan kepada banyak orang.

Ada pertanyaan lain tentang karakter moral member ibu profesional dan juga tentang piramida ibu profesional. Aku pernah belajar ini tapi aku tak ingat secara lengkap dan detail. Aku menjawabnya seingatku saja.Tentang karakter moral, yang paling aku ingat adalah always ontime. Juga dont teach me, i love to learn, juga i know i can be better. Sisanya, lupa. Tentang piramida pun aku hanya ingat bahwa yang menjadi titik fokus atau tujuan utama kita adalah akhlak mulia. Piramida atas menunjukan sisi internal diri kita sendiri, harus terus belajar dan mau berkembang. Piramida bawah merupakan sisi eksternal yang berhubungan dengan orang lain. Sungguh aku rindu sekali belajar hal-hal seperti ini. Ga sabar untuk segera belajar di Akar Ibu. See ya next time.

Wassalamualaikum

Monday, 1 September 2025

Aku Pergi, Menghilang, Lalu Kembali Lagi.....
Repeat 98826635466x

Assalamualaikum.

Hai, aku kembali. Setelah lebih dari tiga bulan aku tak menyentuh blog ini, malam ini aku mencoba lagi. Aku yang berkali-kali menulis :"I'am back" lalu menghilang dan kemudian kembali lagi. Aku mencoba menyelami diriku, pikiranku penuh namun aku kesulitan mengurainya menjadi kata-kata. Isi hatiku meluap tapi aku kesulitan menyadari perasaanku sendiri. Aku kebingungan dengan banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini juga merasa asing dengan diriku sendiri. Aku seperti tertarik ke belakang dan mengulang hal-hal yang sejak dulu ingin aku hindari. Aku merasa stress dan cemas karena masalah yang sebenarnya bukan masalahku. Aku marah dan kecewa tapi aku tak bisa mengungkapkannya karena khawatir merusak persaudaraan. 

Maka aku nekad mendaftar kelas menulis lagi, mencoba lagi apakah kali ini aku bisa konsisten atau menghilang kembali di separuh perjalanan seperti yang sudah-sudah. Katanya menulis bisa jadi terapi tapi aku masih saja tak melakukannya. Ah, sebenarnya aku menulis setiap hari, menulis dengan tulisan tangan di buku jurnalku. Tapi yang rutin ku tulis adalah nominal pengeluaran harian lengkap dengan deskrispi dan lembaran struk yang ku tempel di sebelahnya. Haha.

Anak gadisku sekarang mempunyai kebiasaan yang sama, menyimpan struk belanja atau struk tarik tunai dari ATM, menempelnya di buku tulis dan menuliskan sejumlah nominal angka juga sebaris kalimat. Melihatku setiap hari melakukannya, dia pun mengikuti. Children see, children do. Tapi ternyata ini membuat kemampuan belajar membaca dan menulisnya meningkat pesat. Maka saat ini kubiarkan dia men-jurnal setiap hari. Aku malah sengaja membelikannya pensil dan pulpen warna-warni juga beberapa lembar sticker lucu untuk ditempel di jurnalnya.

Aku jadi teringat kelas menjurnal untuk homeshooler yang kuikuti beberapa bulan lalu. Lagi lagi aku berhenti di separuh perjalanan. Aku berhenti praktik, bahkan tidak membuka grup whatsapp nya hingga saat ini. Aku berniat membukanya suatu hari nanti dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Bukan untuk disetorkan, tapi untuk keperluan belajarku sendiri. Dan tahukah kalian apa yang membuatku tidak lagi mood melanjutkan kelas tersebut? Karena pengampunya selalu menulis "challange" alih-alih "challenge" untuk menggambarkan tantangan. Aku pernah punya pengalaman yang mirip tentang "challenge" ini. 

Dulu aku pernah bergabung menjadi.... apa ya namanya, mitra, seller, atau apalah istilahnya. Pokoknya di sana kami menjual buku-buku premium den gan berbagai skema pembayaran. Tunai, kredit, atau arisan. Setiap minggu atau bulan setiap tim ada tantangan seru-seruan dan leader di atasku selalu menulis "challange" bukan "challenge". Mungkin sepele ya tapi entah mengapa ini cukup menggangguku dan membuatku kehilangan minat untuk ikut mengerjakan tantangannya. Sampai akhirnya aku tidak aktif lagi dan sepertinya saat ini tim ini sudah bubar. 

Sebenarnya ada satu lagi temanku yang beberapa kali menuliskan "challange" untuk "challenge". Tentu aku masih merasa "getek" tapi karena temanku yang ini menuliskannya di updates story-nya sendiri which is tak ada hubungannya sama aku, ya sudah suka-suka dia lah.

Aku mulai ngantuk. Dadaaah.

Assalamualaikum.

#setoranhari1

#kelasliterasiibuprofesional