Assalamualaikum.
Hai, aku kembali. Setelah lebih dari tiga bulan aku tak menyentuh blog ini, malam ini aku mencoba lagi. Aku yang berkali-kali menulis :"I'am back" lalu menghilang dan kemudian kembali lagi. Aku mencoba menyelami diriku, pikiranku penuh namun aku kesulitan mengurainya menjadi kata-kata. Isi hatiku meluap tapi aku kesulitan menyadari perasaanku sendiri. Aku kebingungan dengan banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini juga merasa asing dengan diriku sendiri. Aku seperti tertarik ke belakang dan mengulang hal-hal yang sejak dulu ingin aku hindari. Aku merasa stress dan cemas karena masalah yang sebenarnya bukan masalahku. Aku marah dan kecewa tapi aku tak bisa mengungkapkannya karena khawatir merusak persaudaraan.
Maka aku nekad mendaftar kelas menulis lagi, mencoba lagi apakah kali ini aku bisa konsisten atau menghilang kembali di separuh perjalanan seperti yang sudah-sudah. Katanya menulis bisa jadi terapi tapi aku masih saja tak melakukannya. Ah, sebenarnya aku menulis setiap hari, menulis dengan tulisan tangan di buku jurnalku. Tapi yang rutin ku tulis adalah nominal pengeluaran harian lengkap dengan deskrispi dan lembaran struk yang ku tempel di sebelahnya. Haha.
Anak gadisku sekarang mempunyai kebiasaan yang sama, menyimpan struk belanja atau struk tarik tunai dari ATM, menempelnya di buku tulis dan menuliskan sejumlah nominal angka juga sebaris kalimat. Melihatku setiap hari melakukannya, dia pun mengikuti. Children see, children do. Tapi ternyata ini membuat kemampuan belajar membaca dan menulisnya meningkat pesat. Maka saat ini kubiarkan dia men-jurnal setiap hari. Aku malah sengaja membelikannya pensil dan pulpen warna-warni juga beberapa lembar sticker lucu untuk ditempel di jurnalnya.
Aku jadi teringat kelas menjurnal untuk homeshooler yang kuikuti beberapa bulan lalu. Lagi lagi aku berhenti di separuh perjalanan. Aku berhenti praktik, bahkan tidak membuka grup whatsapp nya hingga saat ini. Aku berniat membukanya suatu hari nanti dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Bukan untuk disetorkan, tapi untuk keperluan belajarku sendiri. Dan tahukah kalian apa yang membuatku tidak lagi mood melanjutkan kelas tersebut? Karena pengampunya selalu menulis "challange" alih-alih "challenge" untuk menggambarkan tantangan. Aku pernah punya pengalaman yang mirip tentang "challenge" ini.
Dulu aku pernah bergabung menjadi.... apa ya namanya, mitra, seller, atau apalah istilahnya. Pokoknya di sana kami menjual buku-buku premium den gan berbagai skema pembayaran. Tunai, kredit, atau arisan. Setiap minggu atau bulan setiap tim ada tantangan seru-seruan dan leader di atasku selalu menulis "challange" bukan "challenge". Mungkin sepele ya tapi entah mengapa ini cukup menggangguku dan membuatku kehilangan minat untuk ikut mengerjakan tantangannya. Sampai akhirnya aku tidak aktif lagi dan sepertinya saat ini tim ini sudah bubar.
Sebenarnya ada satu lagi temanku yang beberapa kali menuliskan "challange" untuk "challenge". Tentu aku masih merasa "getek" tapi karena temanku yang ini menuliskannya di updates story-nya sendiri which is tak ada hubungannya sama aku, ya sudah suka-suka dia lah.
Aku mulai ngantuk. Dadaaah.
Assalamualaikum.
No comments:
Post a Comment