Wednesday, 30 August 2017
Friday, 25 August 2017
Vaksin...oh...vaksin...
Assalamualaikum.
Postingan kali ini mengandung curhat dan...ghibah. Sebaiknya tidak dibaca.
Hayati lelah, Bang. Sungguh.
Hayati lelah, Bang. Sungguh.
Iya saya lelah sebenarnya dengan perdebatan para provaksin dengan antivaksin. Lebih dari empat tahun lalu saya galau segalaunya gara-gara perdebatan ini. Bingung apa Sina harus saya vaksinasi atau tidak. Saya banyak baca, dari status-status sosial media, artikel di blog, resume jurnal sampai jurnal lengkap saya baca dan berusaha paham. Saya juga nanya-nanya sih ke banyak orang, ke teman-teman yang memutuskan tidak memvaksin anaknya, ke sodara-sodara yang tetap memvaksin anaknya, sampai ke orang kesehatan yang hanya saya kenal di media sosial. Saya sudah punya keputusan dan jarang mengikuti perdebatan mereka lagi.
Menjelang vaksinasi MR ini, heboh lagi deh tuh yang debat. Saya ga ikutan awalnya, ga pengen baca juga. Tapi ya gara-gara timeline FB saya rame sama hal ini, jadilah saya baca-baca lagi walaupun sebagian cuma sekilas. Dulu saya banyak nge-add friend orang-orang yang saya pikir paham tentang vaksin, baik dari kubu provaks maupun antivaks. Nah, sekarang pada muncul lagi masih dengan perdebatan yang sama. Otomatis timeline saya jadi terisi sama dua kubu itu ya, gerah euy, akhirnya memutuskan tidak membuka fb sementara. Aman dan damai.
Tapiii... Seorang sahabat cerita kalau ada seseteteh ITBMh yang lagi semangat menggebu-gebu ngeshare berbagai artikel dari sisi antivaksin dan jadi omongan yang lain karena dianggap jauh dari adab seorang 'scientist'. Nah saya penasaran karena orangnya saya kenal walau belum pernah bertemu langsung, pernah ada beberapa urusan muamalah dengannya. Buka lagi deh itu fb. Dan ternyata saya ketinggalan banyaaak.
Mulai lagi deh saya baca-baca timeline yang kebanyakan teman facebook saya dari ITBMh. Lumayan kaget juga baca yang debat lumayan sengit dan keukeuh sureukeuh padahal sudah dikasih data ini itu yang sumbernya bukan dari blog semata. Iya, dulu kami ga boleh ambil referensi dari wikipedia soooo ambil dari blog juga sama ga tepatnya. Udah dikasih referensi jurnal, grafik data, DSB, eh berlanjut minta dijelasin itu kurva normal diambil dimana kapan juga tentang populasi dan sampelnya he he.
Kemarin ini lebih kaget lagi karena Teteh ini mengambil sebagian tulisan dr.Apin di republika. Sayangnya, yang dikutip cuma sebagian sampai dr.Apin pun membuat status lengkap dengan screenshoot postingan si Teteh.
Saya cek ke group masih aman, Alhamdulillah, karena ini ramenya di status pribadi. Seorang Teteh R yang lain yang rupanya sama gemesnya dengan saya, membuat status tentang kekesalannya sama Teteh di atas yang jelas-jelas profile picture nya pake toga wisuda kampus. Saya juga pengen bilang hal yang sama tapi saya tidak seberani Teteh R. Please atuh lah itu profil picture nya ganti dulu biar ga terlalu bikin gerah teman-teman sesama alumni. Mana ada wacana group alumni mau minta maaf sama dr.Apin. Lah yang buat kan Teteh itu pribadi, kenapa yang minta maap harus group alumni. Sampai akhirnya Bu Ketua turun tangan. Nah, saya selalu merasa suatu hal udah cukup gawat kalau Teh P mulai turun tangan. Saya copy di sini ah..
Berat ancaman al Qur'an untuk para penyebar berita yang tidak benar. Termasuk di dalamnya pemutar balikan fakta, perilaku mencomot sebagian referensi untuk mendukung pendapat pribadi, tanpa memahami secara utuh sumber referensi tersebut."Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musiba kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
Jangankan tulisan manusia, ayat al Qur'an saja bisa diperlakukan seperti ini. Banyak orang mengambil bagian ayat, menyambungnya dengan ayat lain, untuk memberi kesan benar pada pendapatnya sendiri.Perilaku seperti ini termasuk cacat literatur, menjadi akibat atas lemahnya budaya membaca dan memahami literatur.
Bagi anda yang membutuhkan informasi, apapun, selalu bertabayun dengan merujuk langsung sumber aslinya sebagai referensi. Termasuk jika anda membutuhkan tulisan dr Arifianto ini, langsung saja menuju wall yang bersngkutan, JANGAN nyangkut di postingan yang tidak relevan.
Sedihnya, saya melihat Teteh ini tidak ada rasa bersalah ya, karena di postingan dia selanjutnya, bukannya meminta maaf kepada dr.Apin malah menyatakan dr.Apin adalah seorang bapak-bapak baperan. Tidak disebut sih itu ditujukan ke dr.Apin, tapi ya semua juga tau kali setelah baca postingannya. Sedihnya, dan maluu juga.
Ya Allah, segitu nya ya gara-gara vaksin. Saya sebenarnya nulis ini karena temen di grup SMA yang bawa satu artikel ke grup, mau komen ga jadi jadi, jadi mau curhat di sini. Alhamdulillah grup SMA mah tetap adem da ga ada debat, bisa saling menahan diri dari komen vaksin ini. Yang heboh malah teman-teman kampus gara-gara satu Teteh itu. Saya juga malah jadi ngomongin ini kan di sini. Sedih aja sih, gegara masalah vaksin ini sampe segitunyaa. Sebenarnya saya pribadi ga ada masalah sih seseorang itu mau provaksin atau antivaksin. Masing-masing orangtua bebas mengambil keputusan untuk anak-anaknya. Keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan tentunya. Kampanye juga boleh, mangga, tapiiii, cara menyampaikan itu yang bermasalah menurut saya. Beneran ya kelihatan pentingnya ADAB sebelum ILMU.
Sudah ah, nanti malah ghibah terus. Astagfirullah.
Ya Allah, segitu nya ya gara-gara vaksin. Saya sebenarnya nulis ini karena temen di grup SMA yang bawa satu artikel ke grup, mau komen ga jadi jadi, jadi mau curhat di sini. Alhamdulillah grup SMA mah tetap adem da ga ada debat, bisa saling menahan diri dari komen vaksin ini. Yang heboh malah teman-teman kampus gara-gara satu Teteh itu. Saya juga malah jadi ngomongin ini kan di sini. Sedih aja sih, gegara masalah vaksin ini sampe segitunyaa. Sebenarnya saya pribadi ga ada masalah sih seseorang itu mau provaksin atau antivaksin. Masing-masing orangtua bebas mengambil keputusan untuk anak-anaknya. Keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan tentunya. Kampanye juga boleh, mangga, tapiiii, cara menyampaikan itu yang bermasalah menurut saya. Beneran ya kelihatan pentingnya ADAB sebelum ILMU.
Sudah ah, nanti malah ghibah terus. Astagfirullah.
Wassalamualaikum
Curug Sadim, Subang plus plus
Assalamualaikum.
Sina di Curug Sadim |
Bulan lalu alhamdulillah ada Bibi dari kalimantan ke Bandung. Ada acara lamaran anaknya sekalian liburan. Saya diajak ikut jalan-jalan ke ciwidey dan subang.
Kali ini saya mau cerita perjalanan ke Curug Sadim, Subang. Lokasinya tidak terlalu jauh dari pemandian air panas Ciater. Tidak sampai 10menit menggunakan mobil.
Dari rumah Mamah berangkat pukul 7 pagi. Ini saya sambil mengingat ya karena sudah agak lama jadi sedikit lupa. Perjalanan sekitar 2jam. Semakin dekat ke curug, semakin dingin, semakin banyak kebun teh di kanan kiri jalan.
Sampai lokasi, ternyata sangat banyak mobil motor parkir padahal belum sampai parkiran. Wah penuh nih, padahal hari itu bukan weekend. Pos tiket depan tidak ada yang jaga. Jadi kami langsung masuk. Ada sekitar 50m dari pos tiket ke tempat parkir. Di tempat parkir barulah kami diberitahu bahwa sedang ada acara gabungan PMI dan apalah lupa jadi curug ditutup untuk umum sementara. Tapi jam 11 sudah dibuka lagi. Jadilah kami balik lagi sambil diskusi mau kemana dulu nunggu jam 11.
Alhamdulillah, Abang Bangun yang memang sudah pernah ke daerah sana, tahu lokasi enakeun buat duduk-duduk dan buka bekal makan. Lokasinya dekat dengan pemandian air panas Gracia.
Tuesday, 22 August 2017
Kemeriahan Peringatan HUT RI ke 72 di Sekolah Sina
Assalamualaikum.
Tulisan ini sebenarnya sedikit terlambat. Saya sudah coba ngedraft ini sebelum tulisan vaksinasi di sekolah. Tapi ternyata baru sadar foto-fotonya ga ada di gallery hp saya. Sudah saya pindah ke laptop. Alhamdulillah ada kesempatan untuk nulis dari laptop jadi bisa meneruskan yang ini.
Acara peringatan HUT RI ke 72 di sekolah Sina dilaksanakan tanggal 16 Augustus, jadi besoknya pas 17 Augustus sekolah libur. Anak-anak dipersilakan mengikuti acara di lingkungan rumah masing-masing.
Foto bersama sebelum mulai |
Foto bersama sebelum mulai |
Vaksinasi MR di Sekolah Sina
Assalamualaikum wrwb.
Pohon rambutan di halaman sekolah Sina sedang berbuah. Tidak lebat tapi warna merah buahnya cukup menarik perhatian. Menurut ibu-ibu, buahnya tipe yg ga nempel ke biji dan rasanya manis. Saya belum nyoba sih. Cuaca hangat, enak buat berjemur.
Saya duduk di sudut teras mesjid, sedikit menjauh dari tempat biasanya. Sayup terdengar suara anak-anak kelas sedang bermain tebak-tebakan nama ayah, ibu, kakak dan adik.
Kemarin di sekolah ada pelaksanaan vaksinasi MR. Kami para orangtua sudah mendapat pemberitahuan jauh-jauh hari. Sina sudah saya sounding sejak lama bahwa akan disuntik vaksin nanti tanggal 21. Saya ceritakan apa itu vaksin dan kenapa perlu di vaksin. Alhamdulillah, pas pelaksanaannya kemarin lancar ga pake drama.
Sebetulnya saya yang dag dig dug karena ini pengalaman pertama Sina vaksin tanpa didampingi saya atau ayahnya. Takut nangis atau rewel atau bahkan menolak. Tapi bu guru sudah menjelaskan teknis pelaksanaannya hari sebelumnya. Kami boleh tetap berada di sekolah tapi tidak terlihat oleh anak, jika ternyata anak perlu pendampingan orangtua maka orangtua akan dipanggil.
Ibu-ibu yang khawatir anaknya nangis pas disuntik |
Anak-anak kelas A dan B digabung di ruang yang besar. Main games seru yang cukup berisik menurut saya. Sepertinya sengaja agar jika ada yang menangis tidak terdengar dan mempengaruhi anak lain. Anak satu persatu dipanggil ke ruangan lain ditemani salah satu guru. Saya nguping. Petugasnya ramah, anak diajak ngobrol ditanya nama dan lain-lain. Lalu 'JUSS' aja di suntik. Selesai. Anak diberi permen susu milkita yang dibungkus kertas karakter lucu-lucu.
Friday, 18 August 2017
Amanah Sosial
Assalamualaikum.
Matahari pagi ini ga seterik kemarin, tapi cukup hangat untuk membuat seekor kucing berjemur. Angin pun semilir saja, ga "ngagelebug" seperti beberapa hari yang lalu. Hiasan bendera plastik bekas agustusan kemarin sudah mulai copot di halaman mesjid sekolah Sina.
Hari jumat merupakan salah satu hari seru di sekolah. Ibu-ibu yang biasanya cuma mengantar lalu pulang lagi, hari ini berkumpul dulu, tujuannya apalagi kalau bukan ngocok arisan.
Arisan ini salah satu ajang kumpul ibu-ibu. Yang jarang ke sekolah, jarang ketemu, hari jumat biasanya datang. Kadang ada yang sengaja bawa makanan until dimakna bersama sambil ngariung buka arisan. Lanjut ngobrol-ngobrol seputar kegiatan sekolah anak-anak kami. Kadang, berlanjut ngegosip. Biasanya gosip seputar lingkungan. Saya yang ga paham seputar lingkungan sini cuma jadi pendengar aja. Ga ngerti juga yang diomongin itu siapa dan dimana.
Saya ada beberapa 'PR' sebenarnya dari Bapak kepala yayasan. Beberapa waktu lalu sempat banyak ngobrol dengan beliau tentang kondisi lingkungan di sini, kondisi para siswa dan keluarganya terutama.
Tuesday, 15 August 2017
Tentang Marah (2)
Assalamualaikum.
Saya duduk di depan salah satu saung di sekolah Sina. Sebelah kanan ada kumpulan pot bunga kecil. Saya ga paham jenis bunga, tapi bagus-bagus. Bunganya berwarna pink, ungu, dan jingga. Angin cukup besar, daun pohon rambutan di playground bergoyang. Matahari cerah, tapi udara dingin. Sina pun enggan melepas jaketnya.
Sina sudah aman di kelas, kedengarannya sih sedang rame-rame mbaca surat An-Naas. Saya mau lanjutkan cerita tentang marah.
Nah, di buku Bunda Wening itu ada satu bab yang membahas ' Teknik Pengendalian Marah'. Saya coba tuliskan ya
- Teknik relaksasi nafas.
Saat akan/sedang marah, tarik nafas dalam-dalam dan tahan 3-4 hitungan, keluarkan perlahan. Rasakan betapa nyaman. Bernafas normal dan ulangi lagi beberapa kali. Biarkan telapak kaki rileks. Kalau tubuh sudah rileks, langkah pengendalian marah selanjutnya akan lebih mudah.
PR kita adalah bagaimana membuat relaksasi ini menjadi perilaku otomatis. Kita harus melakukan install ke dalam pikiran bawah sadar kita. Caranya? Setiap menjelang tidur, setelah membaca DOA, niatkan cara ini sebagai usaha perbaikan pengendalian emosi diri. Ucapkan kalimat sugestif," Mulai malam ini dan seterusnya, setiap saya melihat, mendengar, dan merasakan segala sesuatu yang membuat saya tidak nyaman, saya akan melakukan relaksasi seperti ini." Lakukan relaksasi nafas sebanyak 15-20kali. Ketika menghembuskan nafas,ucapkan,"Saya ikhlas,ya Allah" atau istigfar.
Tentang Marah
Assalamualaikum.
Cibiru dingin sekali pagi ini. Enaknya main ponsel sambil selimutan lagi. Tapi ajaib, pagi ini saya sudah selesai beberes, masak, dan nyuci piring. Saya bilang ajaib ya karena ini kejadian yang jarang sekali. Biasanya jam segini saya lagi riweuh nyiapin sarapan dan bekal sekolah Sina. Beberes dan lain-lain saya tangguhkan sampai nanti siang sepulang sekolah. Tapi merugi kan ya kalau hari ini sama aja kayak hari kemarin-kemarin, bismillah, semoga konsisten.
Saya agak kepikiran celetukan seorang anak -teman Sina- di sekolah kemarin. Ibu-ibu kan suka ngumpul ya menjelang anak bubaran sekolah, duduk-duduk di teras mesjid sambil ngobrol dan ngemil. Anak-anak yang keluar kelas biasanya langsung mendekati ibu-ibu (atau nenek)nya masing-masing sambil cerita ini ITU. Kebanyakan cerita tentang kegiatan sekolah hari itu.
Nah, kemarin saya mendengar seorang anak nyeletuk ' Mamah mah ambek-ambekan wae ih. Teu siga Bunda Sina tuh bageur, tara ngambek'. Artinya kurang lebih ' Mamah nih marah-marah aja. Ga kayak Bunda Sina, baik hati dan ga pernah marah.' Ibunya menjawab 'ya wajar we ngambek da kamu na siga kieu, coba mun bageur siga Sina pasti moal diambekan was.'.
Saya senyum-senyum pahit mendengarnya. Ah, pencitraan saya berhasil. He he. . mereka ga tau aja kalau sebenarnya saya juga termasuk ibu yang sering marahin anaknya beberapa waktu lalu. Sampai saat ini masih sih, tapi insyaallah saya sedikit bisa mengontrol rasa marah saya.
Saya membaca ulang bukunya Bunda Wening tentang 'Marah yang bijak'. Boleh koq kita marah, tapi bagaimana cara kita marah itu yang harus diperhatikan.
Marah itu kan sebenarnya emosi dasar manusia ya, sama halnya seperti gembira, takut, sedih, jijik dan terkejut.* Kita biasanya marah sebagai respon atas perilaku anak yang tidak kita sukai atau kita anggap tidak baik. Sayangnya bagaimana kita menyampaikan rasa marah itu akan memberikan dampak secara psikologis kepada anak. Dampak baik atau buruk, bergantung bagaimana cara marah kita. Dampak buruknya anak menjadi kurang empatik, mudah depresi, dan sulit beradaptasi dengan dunia luar. Dampak lainnya, anak meniru perilaku marah, pemurung/tidak ceria, cenderung menutup diri dari lingkungan dan memberontak.
Marah yang tidak terkendali sebenarnya tidak ada gunanya. Apakah setelah marah-marah dapat mengubah perilaku anak menjadi seperti yang kita harapkan? Yang terjadi malah kita mempermalukan diri sendiri dan anak, dan tanpa kita sadari kita sedang 'menularkan' kemampuan marah kita kepada anak.
Marah selama ini dipahami sebagai suara yang keras, membentak, kalimat yang kasar, mata melotot, kedua tangan di pinggang, cubitan, pukulan dan lain-lain. Padahal ada cara lain bagaimana menyampaikan 'marah' kepada anak. Ini terkait dengan apa sebenarnya tujuan kita marah. Biasanya sih tujuannya supaya anak nurut, tidal mengulangi perbuatannya dan yang semacamnya. Kalau kita cross chek, apa tujuan kita berhasil? Biasanya tidak..
Bersambung ya, mau siap-siap ke sekolah Sina dulu...
Wassalamualaikum
Monday, 14 August 2017
Sina (lanjut) Sekolah
Assalamualaikum.
Matahari cukup terik siang ini, tapi angin sudah tidak sebesar tadi pagi. Anak-anak sedang istirahat. Sebagian besar main di playground, sebagian lagi lari-lari di halaman mesjid. Sina? Ada di ayunan bersama teman-temannya dan ibu guru.
Tidak terasa 2 hari lagi tanggal 16, artinya sudah sebulan sejak hari pertama Sina sekolah di PAUD ABC Al-Muhyidin. Saya rasa waktu sebulan sudah cukup untukbmemutuskan apakah Sina akan lanjut sekolah atau kembali sekolah di rumah dengan Bunda alias homeschooling ala-ala.
Saya coba cerita lagi ya tentang sekolah ini. Nama sekolahnya PAUD Alam Terpadu Bintang Cendikia Al-Muhyidin. Ada di bawah yayasan Al-Muhyidin. Berdiri sejak tahun 2011. Selain PAUD, yayasan ini juga ada rumah tahfidz, TPA, dan entah apa lagi, he he.
Mesjid Al-Muhyidin |
Lokasinya ada di dalam gang, tapi tidak sampai 50m dari jalan yang bisa dilewati mobil. Ada tempat parkir juga kalau kita bawa kendaraan. Bukan punya sekolah sih, tapi boleh. Sebelah kanan kebun yang dibenteng, kiri lapangan dan kolam, depan dan belakang rumah warga. Walaupun di sekitar rumah warga, tapi cukup terpisah koq. Tidak terganggu oleh warga yang lewat atau berkegiatan di sekitar.
Bicara yang Baik atau Diam
Assalamualaikum.
Alhamdulillah. Setelah memantapkan hati untuk menyibukkan diri dalam rangka menghilangkan perasaan tidak berharga, akhirnya saya yakin bahwa ada hal-hal bermanfaat yang bisa saya lakukan, bisa saya bagikan ke sekitar saya. Saya memberanikan diri menerima beberapa amanah sekaligus dengan harapan agar tak ada lagi waktu yang terbuang percuma, tak ada detik-detik yang saya pakai untuk menyesali diri yang ga bisa memasak ini. Ketika saya sampai pada tahap 'jijik' pada segala hal yang berhubungan dengan masak, saya sadar ada yang salah dalam diri dan harus segera diakhiri. Saya sudah tau pencetus alias penyebabnya maka saya harus fokus pada solusi. Sampai saat ini masih belum ketemu sih solusi yang pas, tapi pengalihan dengan menyibukkan diri lumayan berhasil mengikis sedikit rasa hina dalam diri. Iya, merasa hina karena ga bisa masak. Ga bisa masak enak tepatnya. Dan merembet kemana-mana sampai pada suatu titik saya merasa benar-benar tidak bisa apa-apa. Tidak bisa apa-apa di sini bukan artinya tidak berdaya, tapi apapun yang saya lakukan ya pasti ga benar ga selesai ga bagus, ga bisa apa-apa.
Duhai, betapa ya, sekalimat menyakitkan yang pernah diucapkan, menghujam ke dalam dada, terbawa ke alam bawah sadar dan berhasil mengubah seorang Fitri yang lagi semangat belajar apapun dalam rumah tangga (memasak salahsatunya), menjadi ciut, merasa hina dan merasa hidupnya ga berguna.
Ya elah Fit, masa gara-gara gitu doang? Kapan-kapan saya ceritakan lebih detail.Yang pasti, ini jadi pengingat buat diri saya pribadi untuk selalu berhati-hati saat memberikan komentar ke orang lain, walaupun sedang bercanda. Apalagi komentar sukarela dalam artian orang tersebut ga minta pendapat kita terus kita tiba-tiba komentar. Hati-hati jangan sampai komentar kita membuat seseorang tersakiti. Komentar yang baik-baik saja atau diam.
Saya inget jaman saya masih ngajar dulu. Ada salah satu siswa yang ga naik kelas. Saya bukan wali kelasnya tapi saya ngajar di kelas dia. Saat sedang kegiatan belajar-mengajar dalam sesi tanya jawab atau coba selesaikan dia hampir selalu bilang "aku ga bisa bu, aku mah ga bisa" padahal dia belum mencobanya. Dan wajahnya selalu sedih setiap kali bilang "aku ga bisa". Singkat cerita di akhir tahun pelajaran, ketika sidang kenaikan kelas saya baru tahu kenapa dia begitu. Bukan hanya di kelas saya saja ternyata, di kelas lain pun begitu. Pejyebab awalnya adalah ada salah satu guru yang komen "kamu mah moal bisa". Gitu. Saya dulu mikirnya masa sih cuma gara-gara itu. Ternyata setelah dijelasin sama guru BP/BK nya yang memang lulusan psikologi pendidikan, barulah saya paham betapa fatalnya sebuah komentar ketika sudah menyakiti seseorang. Siswa tersebut jelas merasa direndahkan, lah koq aku dibilang ga bisa. Awalnya kepikiran kemudian lama-lama alam bawah sadarnya menerima bahwa itulah kenyataannya. Padahal, mungkin guru yang bersangkutan ga ada niat sama sekali unyuk merendahkan siswanya, hanya saja yang diterima sama siswa tersebut berbeda. Kata guru BP/BK waktu itu, ini juga salah satu alasan kenapa kita hatus bisa melihat seseorang itu tipe yang seperti apa ketika kita akan menyampaikan motivasi. Untuk siswa lain dengan tipe berbeda, kalimat 'kamu ga bisa' ini munhkin justru akan menjadi pemicu semangat agar dia bisa membuktikan bahwa dirinya pasti bisa. Tapi untuk siswa di atas, kalimat itu justru menjadi 'pembunuh'.
Sekarang saya semakin mengerti apa yang dirasa siswa tersebut setelah saya mengalaminya sendiri. Kalimat 'kamu mah sagala teu bisa' berhasil membuat saya minder, ciut, merasa hina, merasa ga berharga dan bertanya-tanya sebenarnya kenapa saya hidup sampe sekarang jika ternyata saya mah ga bisa apa-apa alias sagala teu bisa. Untungnya saya sudah sadar apa yang terjadi, dan saat ini saya betul-betul berusaha memgembalikan kepercayaan diri saya. Dan sungguh tidak mudah.
Saya inget jaman saya masih ngajar dulu. Ada salah satu siswa yang ga naik kelas. Saya bukan wali kelasnya tapi saya ngajar di kelas dia. Saat sedang kegiatan belajar-mengajar dalam sesi tanya jawab atau coba selesaikan dia hampir selalu bilang "aku ga bisa bu, aku mah ga bisa" padahal dia belum mencobanya. Dan wajahnya selalu sedih setiap kali bilang "aku ga bisa". Singkat cerita di akhir tahun pelajaran, ketika sidang kenaikan kelas saya baru tahu kenapa dia begitu. Bukan hanya di kelas saya saja ternyata, di kelas lain pun begitu. Pejyebab awalnya adalah ada salah satu guru yang komen "kamu mah moal bisa". Gitu. Saya dulu mikirnya masa sih cuma gara-gara itu. Ternyata setelah dijelasin sama guru BP/BK nya yang memang lulusan psikologi pendidikan, barulah saya paham betapa fatalnya sebuah komentar ketika sudah menyakiti seseorang. Siswa tersebut jelas merasa direndahkan, lah koq aku dibilang ga bisa. Awalnya kepikiran kemudian lama-lama alam bawah sadarnya menerima bahwa itulah kenyataannya. Padahal, mungkin guru yang bersangkutan ga ada niat sama sekali unyuk merendahkan siswanya, hanya saja yang diterima sama siswa tersebut berbeda. Kata guru BP/BK waktu itu, ini juga salah satu alasan kenapa kita hatus bisa melihat seseorang itu tipe yang seperti apa ketika kita akan menyampaikan motivasi. Untuk siswa lain dengan tipe berbeda, kalimat 'kamu ga bisa' ini munhkin justru akan menjadi pemicu semangat agar dia bisa membuktikan bahwa dirinya pasti bisa. Tapi untuk siswa di atas, kalimat itu justru menjadi 'pembunuh'.
Sekarang saya semakin mengerti apa yang dirasa siswa tersebut setelah saya mengalaminya sendiri. Kalimat 'kamu mah sagala teu bisa' berhasil membuat saya minder, ciut, merasa hina, merasa ga berharga dan bertanya-tanya sebenarnya kenapa saya hidup sampe sekarang jika ternyata saya mah ga bisa apa-apa alias sagala teu bisa. Untungnya saya sudah sadar apa yang terjadi, dan saat ini saya betul-betul berusaha memgembalikan kepercayaan diri saya. Dan sungguh tidak mudah.
Wassalamualaikum.
Tuesday, 1 August 2017
'Berbagi' Separuh
Assalamualaikum.
Aih perasaan saya ga karuan, lihat Sina nangis-nangis mau ke Bunda. Ini pertama kalinya Sina nangis tapi ga saya peluk. Malah saya yang ikutan nangis di luar kelas. Satu sisi, ya salah satu prosedur di sekolah ini ya gini. Kalau anak nangis wayahna ibu bapaknya tetap nunggu di luar. Gurunya ga diam jg koq pas anak nangis, dibujuk-bujuk , dipeluk, digendong. Kegiatan tetap berjalan walaupun sambil gendong anak. Cara ini jg mengajarkan anak bahwa ga semua yang diinginkan bisa didapat.
Di sisi lain, saya rada khawatir bakal bikin anak trauma. Saya melihat ada sedikit "paksaan" walaupun sangat-sangat lembut. Selama ini saya penganut bahwa segala sesuatu itu harus dengan kerelaan anak. Seperti halnya menyapih dulu. Sekarang sih Sina sudah berhenti nangis, sudah duduk kembali di kursinya. Saya intip sedikit, wajahnya masih sedih. Ah, saya yang melow ini mah. Saya nulis ini sambil nguping dan intip-intip dikit. Sina masih terlihat sedih tapi barusan mau maju ke depan bikin garis-garis. Mau ngegunting juga. Alhamdulillah.
Sepertinya saya nya yang memang harus ikhlas ya kalau ada kondisi seperti ini. Toh Sina juga udah biasa lagi, eh saya nya yang masih kepikiran. Saat di sekolah, saya memang harus percaya 'menyerahkan' Sina sama guru-gurunya. Yaa, ternyata berbagi separuh hak dan tanggungjawab juga ga mudah ternyata. Harus ikhlas juga.
Sebenarnya anak-anak lain udah ga ada lagi yg ditungguin. Semua cuma diantar jemput. Saya aja yang masih suka nungguin. Alasannya banyak. Pertama, karena lumayan jauh juga kalo pulang dulu. Kecuali kalau pas saya ada kegiatan lain seperti posyandu atau senam seperti kemarin. Kedua, sambil nunggu Sina, saya jadi punya waktu khusus buat blogging, atau dengerin kajian online, atau baca buku. Beneran waktu khusus so ga kepikiran cucian yang belum dijemur atau sayuran yang belum dipotong-potong. Jadi ada slot waktu khusus lah. Ketiga, saya sambil nguping, ngapain aja di sekolah. Ada beberapa latihan motorik halus yang Sina belum lancar dan saya bisa mengulangnya di rumah. Saya juga bisa dapat ide-ide lain buat main-main di rumah, meniru kemudian memodifikasi. Keempat, saya memastikan bahwa tidak ada nilai-nilai yang melenceng dari visi misi keluarga kami. Kalaupun ada, saya jadi tau dan ada kesempatan buat bahas sama Sina.
Saya intip lagi, Sina lagi main balok dan wajahnya sudah ceria kembali.
Kelima, ya itu tadi, saya masih belum ikhlas sepenuhnya berbagi separuh hak dan tanggungjawab 'mendidik' Sina. Mungkin saya masih akan tetap setia nungguin, ngintip dan nguping kegiatan sekolah Sina sampai saya betul-betul yakin bahwa keputusan memasukkan Sina ke sekolah itu sudah tepat.
Wassalamualaikum
Friday, 28 July 2017
Random Talk
Assalamualaikum.
Saya duduk di pojok teras mesjid sekolah Sina. Sambil mendengar Sina dan teman-temannya belajar sholat (plus bacaannya), saya scroll timeline fb, instagram, baca-baca diskusi di beberapa grup, ngikutin update-an grup ibu-ibu komplek yang sedang mencari sosok Bu Iis, heu.
Kalau mengingat kegiatan sekolah Sina seminggu ini, saya masih belum yakin juga melanjutkan sekolah Sina atau sekolah di rumah lagi aja. Kalau lihat Sina nya sih, pagi-pagi kadang semangat, kadang ogah-ogahan juga. Pulang sekolah selalu ceria, senang, cerita ini itu dan selalu bilang besok Sina mau sekolah lagi. Hari ini ada sedikit drama, ga mau ngaji iqra dulu. Jadi di sini kan belajar baca hijaiyah dan abjad masuknya ekskul. Jamnya sebelum jam 8, ga wajib, yang mau silakan, yg belum mau tidak apa-apa. Sina sebelumnya ikutan aja, hari ini ga mau, bahkan ga mau salam sama bu guru yg ngajar baca iqra. Pas baris juga mau ditemenin bunda. Seperti hari kedua minggu lalu. Setelah agak dibujuk-bujuk, akhirnya mau baris sendiri, Bun boleh duduk. Mau wudlu, masuk ke mesjid ikut latihan solat. Tapi sebelum masuk mesjid ngedeketin dulu, bilang 'Bun, duduk di sana ya'. Bun bilang 'OK'. Setelah latihan solat, mau masuk kelas, nyamperin lagi. 'Bunda jangan pulang ya, tungguin Sina'.
Sepertinya sih gara-gara kemarin. Kamis kemarin saya bertugas di Posyandu. Jadi setelah Sina masuk kelas, saya langsung ke Posyandu. Jam setengah 11 saya ijin buat jemput Sina dulu. Sampe sekolah, anak-anak lagi main di playground. Sina berdiri aja dekat bu guru. Pas lihat saya, langsung senyum, dan mau main. Sepertinya sedih karena pas keluar kelas ga lihat Bundanya. Saya menyimpulkan Sina memang belun bisa ditinggal full gitu, setiap keluar kelas masih lihat sana sini memastikan bundanya ada.
Kalau dipikir-pikir, ini beberapa hal baik pas Sina sekolah:
- kegiatan pagi lebih teratur. Bangun, solat, sarapan, mandi, siap-siap, berangkat.
- Sina di sekolah, sambil nunggu bunda ada waktu buat blogging, atau dengerin kajian online, baca buku, atau sekedar main medsos.
- Pulang sekolah biasanya Sina ngantuk, dan beberapa hari terakhir bisa langsung tidur siang sendiri ga pake acara diusap punggung, dibacain buku, atau sekedar ditemenin. Saya bahkan baru sadar Sina tidur karena ga kedengar suaranya.
- Acara main sama Sina jadi lebih banyak ide. Mengadaptasi dari kegiatan Sina di sekolah, atau mengulang kegiatan yang Sina belum visa. Misalnya main mindahin potongan kertas pake sedotan.
- Malamnya, jam 8an Sina sudah tidur. Lagi, bisa tidur sendiri.
- Screentime Sina jauuuh berkurang, baik main hp ataupun nonton di laptop. Malah ada yang seharian penuh Sina ga nyentuh hp dan laptop.
Sina sudah hampir keluar kelas. Saya lanjut lagi nanti.
Wassalamualaikum.
Thursday, 27 July 2017
Sekolah Minggu Pertama
Assalamualaikum.
Senin 17 juli kemarin hari pertama Sina sekolah. Orang lain sepertinya persiapannya sungguh-sungguh ya buat hari pertama anak sekolah. Lah ini malemnya masih mikir "ini beneran ya Sina besok sekolah? Ah kayaknya ga jadi aja ah mending di rumah aja tapi dimantapin lagi konsep, kurikulum, dll" hehe.. Ada perasaan masih belum rela membagi separuh hak dan tanggungjawab pendidikan Sina ke sekolah. Ada perasaan bersalah yang yaaa, gimana ya nulisnya, pokoknya koq saya semudah itu ya masukin Sina sekolah usia dini. Terus galau malah ga bisa tidur..dan besoknya kesiangaaan. Jiah hari pertama anak sekolah malah bangun kesiangan. Ga kesiangan banget sih, jam 5 masih ok lah ya walaupun niatnya mau bangun sebelum adzan shubuh. Baju, kaos kaki, sepatu, bekal makanan udah siap.
Yang saya concern di hari pertama sekolah adalah menjaga mood Sina biar nyaman dan senang mau sekolah. Kan biasanya hari pertama menentukan selanjutnya ya. Kalau hari pertama ga bikin dia happy, ada kemungkinan hari-hari selanjutnya lebih sulit lagi. Jadi saya benar-benar menjaga biar bayangan Sina tentang sekolah itu yang asyik-asyik aja. Sina menolak pakai kemeja pun saya senyum aja, gapapa, saya udah nyiapin kaos juga sih jaga-jaga kalau Sina ga mau pake kemeja. Daripada dipaksa-paksa terus jadi rewel ya kan?
Thursday, 20 July 2017
Memilih Sekolah (2)
Assalamualaikum.
Setelah menyadari bahwa sekolah-sekolah kecengan ternyata budget-nya ga masuk dan lokasinya rata-rata terlalu jauh, maka akhirnya kami memutuskan untuk survey sekolah-sekolah sekitar rumah saja. Di sini saya sudah jauuuh menurunkan standar sekolah impian. Jadilah kami survey ke beberapa sekolah sekitaran rumah.
1. PG-TK Al-Kautsar
Sina di Al-Kautsa |
Lokasinya ada di komplek Vijaya Kusumah. Yang ini sekolah yang lokasinya paling dekat dengan rumah. 5 menit jalan kaki nyampe. Main lah kami ke sana. Langsung datang ke office nya, ketemu Bu Kepsek. Bagus sambutannya, ramah dan hangat. Dikasih brosur dan rincian biaya dll. Yang asik lagi, selama bu Kepsek menjelaskan banyak hal, Sina dikasih pinjem mainan. Sina pilih lego-legoan yang memang kesenangannya. Konsepnya standard pg tk islam pada umumnya. Gedung dan fasilitas lumayan sih untuk biaya yang ga terlalu mahal. Sebenarnya ini rumah tinggal yang diubah suai jadi sekolah. Jadi beberapa ruangan memang sempit tapi memang diperuntukkan untuk kelas kecil yang 5-6 orang. Toilet bersih. Playgroundnya lumayan bagus dan banyak macamnya. Sina diperbolehkan ikut trial di kelas PG. Sayangnya pas di kelas sempat dengar gurunya menegur salah satu siswa yang 'ga mau diem' begini : Hayo, bunga, kalau ga mau diem nanti ga boleh main perosotan. Aih koq asa ngancam ya. Hehe. Itu aja sih yang kurang sreg, yang lainnya OK sih kayaknya. Biaya masuk sekitar 2,2jt dan biaya bulanan 125rb. Masih ada biaya lain-lain tapi lupa detailnya. Karena ini rada deket rumah, jadi sering lihat atau dengar kalo lagi ada kegiatan. Market day dll. Asa sering dan asa too much gitu. Tapi lihat orangtuanya kayaknya kompak seru gitu, botram, maen, dll. Antara mau tapi ragu masukin Sina ke sini...
2. RA Manunggal
Sina di RA Manunggal |
Ini masih di komplek Vijaya KUsUmAh tapi rada jauh dari rumah.
Monday, 17 July 2017
Memilih Sekolah (1)
Assalamualaikum.
Sejak bergabung dengan WAgrup HEbAT (Home Education based Akhlaq Talent) sekitar satu setengah atau dua tahun lalu (waktu itu namanya masih HEbPA 'Home Education berbasis Potensi dan Akhlak), sebenarnya saya dan Akang mulai berfikir untuk tidak memasukkan Sina ke sekolah formal. Semakin ke sini, semakin banyak baca, ikut kulwap dsb semakin mantap mau homeschooling dulu lah buat Sina paling tidak sampai usia Sina 7 tahun. Yaaa, homeschooling ala-ala kami. Nanti akan kami pertimbangkan lagi mau masuk SD atau lanjut homeschooling. Setelah cari info sana-sini, save kurikulum PAUD buat diadaptasi di rumah, nyontek tambahan kurikulum dari para homeschooler, saya mulai rutin melakukan kegiatan terencana buat Sina, meskipun kadang hanya ada satu kegiatan dalam satu hari, misalnya. Tapi semuanya sesuai dengan kurikulum rancangan kami. Nyaris sempurna dan saya sangat senang menjalaninya. Saya juga kadang posting kegiatan homeschooling Sina di instagram dengan hashtag #sekolahsina.
Beberapa bulan terakhir, yaa banyak hal yang terjadi sehingga homeschooling Sina kacau bahkan sempat berhenti selama hampir sebulanan lah. Ga ada kegiatan terencana sama sekali. Saya sama sekali ga bisa nyiapin. Jadi Sina mainnya ya suka-suka dia lah maunya apa. Sampai pada suatu titik dimana saya rasanya ga siap melanjutkan homeschooling Sina. Akhirnya setelah diskusi panjang lebar kami memutuskan tahun ini memasukkan Sina ke sekolah yang memang sesuai kriteria kami, atau paling tidak mendekati lah ya. Sambil mencari-cari sekolah yang cocok, homeschooling Sina Alhamdulillah jalan kembali meski tidak se'rapi' sebelumnya.
Dan inilah beberapa sekolah yang sempat kami datangi
PG-TK-Assalaam Bandung
Sunday, 16 July 2017
Random : Saya Kembali
Assalamualaikum.
Alhamdulillah, sudah lama sekali sejak terakhir kali saya posting,lebih dari sembilan bulan. Kalo yang hamil mungkin sudah lahiran ya. Tepatnya 14bulan karena sebenarnya dua postingan sebelum ini sudah ngedraft sejak 5 bulan sebelumnya. Mengumpulkan kembali niat, mood, keberanian dan lainnya ternyata tidak mudah.Lebih dari setahun pula saya berhenti posting di semua sosial media saya. Baru semingguan terakhir saya berani posting lagi foto di instagram. Saya mencoba juga nengok ke blog,dan saya kangen ternyata.
Saya sudah hapus beberapa postingan yang kemungkinan bisa menyakiti orang lain. Sekarang saya mau nulis lagi, curhat-curhat lagi. Biar bisa mengeluarkan paling tidak 20000 kata dalam sehari, biar saya ga uring-uringan aja kalo kata akang. Saya udah ga peduli kata orang lah sekarang, ga peduli jumlah viewer, seo dan segala tektek-bengeknya. Saya cuma mau saya bahagia. Hanya saja saya ga akan share-share kalo saya abis ada postingan baru. Ada yang baca atau ga, ga peduli juga.
Jadi apa yang terjadi dalam empat belas bulan tersebut?
Banyak. Banyak duka-lara, tapi alhamdulillah begitu banyak hikmah. Ada banyak sukaa cita juga. Alhamdulillah saya, Akang, Sina sehat wal'afiat.
- Akang resign dari tempat kerjanya. Meninggalkan semua mimpi buruk setahun terakhir di perusahaan itu. Terlalu banyak madharatnya. Terlalu banyak yang dikorbankan. Jangan tanya kerugian materi, buanyaaaaak pisan. Waktu yang terbuang, persahabatan yang rusak, kepercayaan yang hampir hilang, menyisakan rasa bersalah yang begitu mendalam. Alhamdulillah bisa meninggalkan semua madharat, meski kini kami masih merasakan pedih, Alhamdulillah Allah beri ketenangan. Kini memilih kembali ke habitatnya semula. Maksudnya ke dunia yang memang diminati dan sesuai sama ilmu yang dimilikinya. Alhamdulillah. Sering LDR lagi, tapi gapapa. Alhamdulillah jaman sekarang alat komunikasi udah canggih. Bisa tatap muka dengar suara setiap hari. Yang paling penting,semoga barokah. Amin.
- Melepas beberapa aset. Kembali ke titik nol, tidak, ke minus bahkan. Sedih sih, tapi insyaallah sekarang sudah ikhlas. Sekarang sedang benar-benar berharap semoga cincin kesayangan yang penuh kenangan dapat segera kembali. amiin.
- Sina udah mulai di 'abur'. Maksudnya sekarang mainnya ga hanya dengan keluarga saja. Sudah mulai main sama teman-teman di sekitar rumah. Seringnya teman-temannya yang main di rumah Sina, kalaupun Sina yang main di luar, bunda nya masih setia jadi bodyguard.
- Sina ikutan trial beberapa sekolah. Ada yang beneran trial, ada yg cuma nanya-nanya aja, ada yg sebatas main di playgroundnya, ada juga yang cuma sampe depan gerbang liat plang kemudian balik kanan bubar. Emaknya semakin galau antara sekolah dan tidak. Keputusannya? Ada di post selanjutnya ya, insyaallah.
Subscribe to:
Posts (Atom)