Pages

Saturday, 19 April 2025

Kita punya rencana, Takdir Alllah yang menentukan

Hari ini adalah hari terakhir tantangan penulisan blog, sesuatu yang sedang saya seriusi untuk mengasah ketinggalkan terampilan menulis yang sudah saya  beberapa tahun ke belakang. 

Ternyata memulai menulis lagi itu sangat berat, apalagi dituntut konsistensinya. Bayangkan saja dalam 3,5 bulan harus menyelesaikan 40 tulisan yang kalau kita hitung secara sederhana bisa diselesaikan hanya dalam waktu 40 hari kalau setiap hari konsisten menulis. Setidaknya nulis dulu saja sebelum upload tugasnya, karena sebenarnya untuk lulus tantangan ini hanya perlu menulis 10 tulisan saja per bulan. 

Dengan segala godaan yang datang untuk konsisten menulis, awalnya sudah pasrah saja karena deadline waktu yang sudah menghampiri sedangkan tantangan menulis blog menyisakan dua tulisan saja. Ya hanya tinggal dua. Qodarullah panitia memberikan tambahan waktu 4 hari sebelum penutupan. Serasa dapat syafaat saja atau tambahan waktu penebus dosa kemalasan berhari - hari sebelumnya. 
Dasar manusia yang selalu digoda rasa malas, tulisan ke 39 saja baru saya selesaikan kemarin malam. Ya H-1 deadline penulisan. Entah masih terbawa gaya sewaktu jadi mahasiswa dulu yang doyan deadliner, tapi rasa - rasanya otak bekerja lebih optimal karena dipicu adrenalin yang tinggi kalau batas waktu pengumpulan tugas sudah menyeringai seperti iblis yang tertawa puas menggoda buruannya. 

Dan sungguh rencana hanya rencana, niat menyelesaikan tulisan malam hari setelah anak-anak tidur ditemani musik dan segelas kopi di malam minggu, harus berakhir karena serangan sakit kepala hebat khususnya di bagian belakang mata. Kata dokter sih itu sakit kepala tipe kluster yang menyerang sebagian bagian saja di kepala. Penyebabnya macam-macam dari alergi, debu, dipicu sakit organ lain, dan lain lain, pokoknya yang berhubungan syaraf. 

Awalnya cukup rebahan setelah minum obat pereda sakit juga mempan. Qodarullah hari ini sakit makin hebat dan tidak tertahankan. Rencana malming menulis ditemani segelas kopi pun pupus, diganti rebahan diruang IGD. Sesuatu yang tak pernah terbayangkan dan paling anti apalagi harus sampai dirawat. 
Dan tulisan ini pun adalah celotehan dengan suami di ranjang IGD dengan infus terpasang dan selang oksigen tersandar di hidung. Kita memang punya rencana, tapi takdir Allah untuk menyelsaikan tulisan ini di ruang IGD sudah tertulis di lauhul mahfudz. Sekian.

Update : Tulisan ini adalah celotehanku saat terbaring di bed IGD, suami menuliskannya di notes hp nya kemudian mengirimkannya ke WA ku, aku posting dari apk blogger di hp. Katanya, sayang kalau sampai ga lulus karena kurang satu tulisan. 

Friday, 18 April 2025

Jurnal Penggalian Diri (2)

Assalamualaikum.

Aku lanjutkan jurnal penggalian diriku ya.

Keyakinan negatifku

  • Aku tidak bisa mengelola emosi dengan baik
  • Masakanku tidak enak
  • Aku tidak bisa melanjutkan homeschooling anak anak
  • Homeschooling itu melelahkan. Aku jadi tidak bisa mempunyai waktu untuk diriku sendiri. 
Kayakinan baruku
  • Kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosi dengan cara sehat adalah sesuatu yang bisa dipelajari dan bisa dilatih
  • Memasak merupakan basic skill yang harus dikuasai. Kemmapuan memasak bisa dilatih dengan terus praktik, bereksperimen, belajar dari berbagai sumber dan meminta umpan balik dari suami dan anak anak. Selama suami dan anak-anak tidak komplain, berarti aman.
  • Homeschooling bisa jadi menyenangkan jika kita bisa mengelolanya dengan baik dan tersedianya support system yang memadai. 
  • Tugas kita hanya berusaha sebaik-baiknya dan selalu meminta pertolongan Allah. Apapun hasilnya, Allah paling tahu apa yang terbaik untuk kita. 
Kebiasaan baik yang ingin kulakukan
  • Baca buku selain novel. Aku ingin memperluas pengetahuan, mengembangkan imajinasi dan kreatifitas, juga menambah sumber inspirasi.
  • Mandi sebelum subuh. Selain membuat tubuh lebih segar dan menghilangkan rasa kantuk, mandi subuh juga memiliki efek baik untuk kesehatan tubuh.
  • Workout empat kali seminggu. Tujuannya adalah agar tubuh lebih bugar dan mendukung program penurunan berat badan.
Kebiasaan buruk yang ingin dihilangkan
  • Scroll social media kelamaan. Niat awalnya rebahan sebentar setelah mengerjakan house core, eh kebablasan sampai pekerjaan lain tertunda. 
  • Baca novel sambil memasak. Sambil menunggu matang saat menggoreng atau sambil menunggu air mendidih, tapi sering lupa hingga masakan gosong. Haha. 
Kebiasaan baik yang ingin ditambah
  • Memulai kembali hafalan Al-Quran, barengan dengan Sina. 
Alhamdulillah. Selesai sudah jurnal penggalian diri. Meski aku tidak bisa mengisinya dengan maksimal, tapi lumayan lah ya ada beberapa prompt yang membuatku merefleksikan beberapa hal. Beberapa prompt kurasa agak mirip mirip dan tumpang tindih. Aku menjawabnya dengan hal yang sama sehingga aku tidak menuliskannya dua kali. Tapi mungkin sebenarnya aku saja yang kurang memahami prompt yang dimaksud. Akupun mengisinya tidak dengan kesadaran penuh karena dikejar deadline. Ya siapa suruh menunda nunda ya kan. 
Sekian dulu. Wassalamualaikum. 




Tuesday, 15 April 2025

Jurnal Penggalian Diri (1)

Assalamualaikum.

Sudah dua hari aku tidak menulis, bukan karena tak ada yang ingin ku tulis, tapi karena aku kesulitan menemukan waktu yang pas untuk menulis. Menulis saat anak-anak masih bengun itu ga bisa foks, tapi saat mereka sudah tidur akupun ngantuk dan tertidur. Subuh sebelum anak-anak bangun biasanya aku sudah sibuk di dapur. Akau perlu mengatur ulang prioritas kegiatan agar energi-ku cukup untuk melakukan semua hal yang aku ingin lakukan. 

Kali ini aku ingin menuliskan draft jurnal penggalian diri, sebgai salah satu tugas yang harus disetorkan besok di kelas Menjurnal Bersama Teman.

Mengenali Diri

Hal/value yang aku anggap penting dalam hidupku adalah tanggung jawab, kejujuran, empati dan ketenangan batin. 

Hal yang menjadi keunikan dan kekuatanku adalah analysing. Aku bisa dan senang dengan aktivitas seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu secra metodologis untuk dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu, kemudian di cari kaitannya dan ditafsirkan maknanya. Sederhananya aku seorang yang berpikiran logis dan analitis, aku cepat belajar, dan memiliki pertimbangan seksama. 

Hal yang membuatku semangat menjalani hidup adalah menata dan menghias ruangan, bermain dengan angka, kucing, berjalan-jalan (traveling), dan suara rintik hujan. 

Hal yang menjadi motivasi dan inspirasiku dalam hidup adalah suamiku. Suamiku memotivasi dan menginspirasiku bagaimana menjalani hidup yang tenang, tak peduli apa kata orang, family man, santai tapi ter-organize, dan sabar tak ada batas. 

Sukses buatku adalah melihat ibuku tersenyum bangga, mengetahui suamiku bangga padaku dan anak-anak bangga memiliki aku sebagai ibunya. Mandiri, tidak bergantung kepada orang lain. Bisa memeberi manfaat kepada orang lain. 

Sepuluh hal yang aku sukai tentang diriku adalah cerdas, cepat belajar sesuatu, teguh pendirian, bisa "menolak", bisa dipercaya, dan tidak gengsi meminta maaf jika salah.

Hidup yang berkualitas buatku adalah beribadah tepat waktu, sehat fisik dan mental,  tidur cukup, makan makanan yang enak (buat lidahku), melakukan hal-hal yang kusukai, bahagia bersama keluarga, menjalani keseharian dengan tenang. Hidup yang setiap harinya lebih baik dari hari kemarin. 

Saturday, 12 April 2025

Aki, Sang Penyayang Yang Telah Berpulang (1)

Assalamualaikum.

Tiba-tiba teringat sama almarhum aki, namanya Aki Kiman, lengkapnya Sukiman bin Daelami. Saat hari raya Idul Fitri kemarin kami ke makam aki dan makam aki tanahnya turun sehingga temboknya rata dengan tanah sekitarnya. Aku khawatir jika ada hujan deras tanahnya akan semakin turun. Tapi saat ini kami belum ada budget untuk memperbaiki makamnya. 

Aki ini sebenarnya aki sambung. Aki menikah dengan Emak (Ibunya Bapak) entah berapa tahun sejak Aki Wiria (Ayahnya Bapak) meninggal. Aku hanya tahu Aki Wiria dari foto, karena beliau sudah meninggal sebelum aku lahir. Maka Aki yang aku kenal hanya Aki Kiman. 

Aki Kiman dan Emak tidak memiliki anak. Tapi Aki sangat penyayang kepada anak kecil. Kata orang-orang, dulu aki sangat sayang kepada kakak perempuanku, juga kepadaku. Kami diperlakukan seperti cucu kandungnya sendiri, bahkan saat aku kecil aku merasa orang yang paling menyayangiku adalah Aki. Begitupun ketika kakakku punya anak, Aki memperlakukan cicit-cicitnya dengan penuh kasih. Aku sering mengasuh, mengajak bermain, menyuapi, membelikan jajan, membuatkan mainan dan lain-lain. Sayangnya, saat aku punya anak, aki sudah sakit-sakitan dan beliau meninggal saat anak pertamaku masih bayi. Anakku tidak sempat merasakan betapa penyayangnya Aki, tapi Alhamdulillah aku sangat merasakan kasih sayangnya, bahkan hingga aku dewasa. 

Aku ingat dulu aku lebih suka tidur di rumah Aki dan Emak daripada di rumah Ibu Bapak. Kadang dulu Ibu manyun, mungkin Ibu inginnya saya ga terus-terusan tidur di rumah Aki Emak. Hehe. 

Aki dulu seorang bandar buah. Aki mencari dan membeli buah dari pemilik pohon, kemudian Aki menjualnya kembali ke bandar besar atau langsung ke pasar. Aku paling senang kalau Aki sudah membawakan nangka dan alpukat. Kalau pulang dari kota menjual buah-buahnya, Aki selalu membawa sesuatu. Dulu pernah aku ingin Chitato, keripik kentang yang ada iklannya di tv dan belum ada yang jual di kampungku, Aki yang pertama membelikan itu. Begitu juga makanan-makanan "mewah" lainnya. JIka aku bilang "mau itu" sambil menunjuk iklan di tv, maka aki akan mencari dan membelikannya saat beliau ke kota. 

Nanti dilanjut ya...

Friday, 11 April 2025

Random : My Daily Activity

Assalamualaikum. 

Sudah lebih dari pukul 21.00 WIB, aku dan suami baru selesai print materi-materi workshop homeschooling , persiapan besok kelas online Sina sudah dimulai kembali. Ada kelas pengganti sebelum libur yang diselenggarkan besok, sehingga Sina masuk lebih awal, dijadwal sih seharusnya lusa hari Senin tanggal empat belas April 2025. Aku tak ada ide untuk bahan menulis di blog, maka aku coba menulis kegiatanku seharian ini.

Semalam aku kurang tidur, Hana batuk-batuk beberapa kali terbangun dan sempat muntah. Sekitar pukul tiga dini hari Hana terus-terusan minta dipijat perut atau kakinya. Setiap tanganku berhenti memijit atau mengusapnya, dia terbangun. Aku sudah terlanjur terbangun ya sudah sekalian ga tidur lagi. Menjelang subuh aku pindah ke kamar sebelah, gogoleran, tiba-tiba Bana menghampiri dan tiduran di sebelahku. SEkalian saja kusuruh untuk ke kamar mandi untuk pipis, cuci muka dan wudhu. Beberapa menit kemudian terdengar suara yang loncat ke kasur bawah, Sina sudah pasti, Sina terbangun juga. Saat adzan shubuh berkumandang mereka berdua sudah siap sholat. 

Selesai sholat aku langsung ke dapur. Merendam beras ketan untuk dijadikan ketan susu keju nanti siang, mencuci beras dan memasak nasi, juga membuat bubur untuk Hana yang sedang sakit. Aku sebenarnya kurang suka memasak bubur manual di panci. Dulu saat masih punya magic com digital yang ada menu membuat bubur, rasanya simple sekali. Tinggal masukin beras yang sudah dicuci, tambahkan air, garam dan bumbu aromatik. Atur menu dan mulai memasak. Tingg menunggu matang. Sementara memasak dengan panci aku harus sering-sering mengaduk juga sesekali menambahkna air. Aku juga memasak sayur kacang merah permintaan suami dua hari lalu namun baru sempat ku masak hari ini. 

Kami sarapan, ada yang makan nasi plus sayur kacang marah, ada yang memilih bubur plus abon ayam dan bawang goreng. Aku sendiri memilih sarapan bubur plus bawang goreng dan kecap. Selesai sarapan, aku mencuci baju di mesin cuci sambil sesekali menemani Hana yang sedikt-sedikit memanggil. Membereskan bekas sarapan, mencuci piring dan membuang sampah dilakukan oleh suamiku. Sina dan Bana juga mencuci piring mereka sendiri. Aku kemudian memandikan Hana, dan menonton Preman Pensiun di Youtube. Saat suami dan anak-anak sholat Jum'at, aku memasak untuk makan siang, hanya menggoreng tahu dan ikan asin sepat. Nasi putih dan sayur kacang merah yang tadi pagi masih ada. 

Sore hari ba'da Ashar, aku keluar sekejap bersama suami, ke supermarket membeli Kiranti karena tamu bulananku datang hari ini. Juga melengkapi beberapa bahan makanan yang sudah habis. Pulangnya, kami mampir jajan ubi Cilembu panggang. Pas sampai rumah, pas hujan. Alhamdulillah ga kehujanan di jalan. 

Aku baru teringat ada beras ketan yang kurendam sejak subuh, lupa belum ku masak. Aku juga baru teringat tadi lupa mengambil daun pandan di nursery, juga lupa membeli keju saat di supermarket. Sepertinya aku oleng karena tak tidur siang. Abis Maghrib, aku naik motor sebentar ke minimarket sebelah bersama Bana. Pulangnya langsung memasak beras ketan di magic com. 

Setelah shalat isya kami sibuk. Aku memilih beberapa file materi workshop homeschooling dan suami menge-print-nya. Aku juga sambil ngoprek Canva mencoba membuat cover journal. Hana yang masih batuk-batuk tiduran di sofa sambil menonton tv, sementara Sina Bana main gasing. Sekitar pukul 20.30  kami memulai rapat keluarga. Biasanya dilakukan setelah sholat Isa, namun karena kami ada kesibukan jadi kami mundurkan tepat sebelum tidur. Saat aku ke dapur, aku melirik magic com dan tenyata dari tadi posisi tombolnya di 'warm' dong. Beras ketan yang sudah kucbayangkan akan ku nikmati setelah analk-anak tidur ternyata masih berbentuk beras. Hehe. 


Thursday, 10 April 2025

Aku Kecil, Dipeluknya

Assalamualaikum

Salah satu yang wajib aku syukuri dari suamiku adalah bagaimana caranya memeluk anak kecl di dalam diriku. Banyak hal-hal di masa lalu, yang aku inginkan tapi aku belum sempat memilikinya, yang aku sukai tapi aku tak bisa mempunyainya, yang aku benci tapi aku tak bisa menghindarinya, saat ini satu persatu tanpa sadar diwujudkan oleh suamiku. 

Aku waktu kecil tak pernah punya kamar sendiri, sekamar berdua dengan kakakku. Aku selalu iri melihat kamar-kamar anak di sinetron yang ku tonton. Punya kamar sendiri dengan kasur yang empuk, selimut tebal motif kartun, boneka kecil yang banyak dan boneka besar yang bisa dipeluk. Aku tak punya itu semua. Pernah suatu waktu, saat liburan Idul Fitri, saudara-saudara berkumpul di rumah nenek kami di kampung. Banyak orang, beratus orang kalau hadir semua. Sebagian besar mereka adalah the have yang datang menggunakan mobil pribadi dan membawa segala kebutuhannya di dalam mobilnya. Salah satu sepupuku, membawa boneka beruang besar berwarna coklat. Aku iri sekali, ssepupuku baik bersedia meminjamiku boneka itu, aku diperbolehkan memeluk dan menggendongnya. Sampai saat mereka akan pulang, boneka tersebut ada di salah satu kamar di atas tumpukan bantal-bantal. Aku tahu, tapi aku sengaja tak memberi tahu bahwa bonekanya masih di kamar. Mereka pergi, boneka sepupuku tertinggal. Aku bahagia sekali. Malam itu dan besoknya aku serasa memiliki boneka itu, ku bawa tidur, ku peluk-peluk. Dua hari kemudian boneka itu dibawa sepupu yang lain untuk diantarkan ke pemilik aslinya. Aku sedih tapi ga terlalu, aku sudah cukup bahagia bisa 'memiliki' bonka itu selama dua hari. Saat ini, saat aku sudah memiliki anak seusiaku waktu itu, aku punya boneka beruang besar warna coklat muda. Alhamdulillah.

Aku waktu kecil, aku senang sekali ke toko buku. Melihat-lihat alat tulis yang lucu-lucu, buku diary, kertas surat dan lain-lain. Aku selalu ingin memiliki penghapus wangi bentuk buah berwarna-warni, stabilo, tempat pensil unik, tapi saat itu keuangan keluarga kami terbatas, Ibu Bapak tetap membelikanku secukupnya. Aku pernah dibelikan buku diary, aku memilih diary hijau bergambar boneka dan kakakku memilih buku diary warna pink bergambar wanita berambut panjang. Aku sayang-sayang, aku jarang menulis di buku diary tersebut karena takut kertasnya cepat habis. Untuk menulis curhat-curhatan aku memilih di buku biasa. Dulu aku juga senang mengoleksi kertas surat. Ada satu dua yang sengaja dibelikan, sisanya ada yang ngasih. Saat ini, aku sering diajak suamiku ke toko alat tulis. Saat di Bandung, bahkan ke borma aja yang kutuju adalah bagian stationery. Di Cianjur ada toko buku AA yang stationery nya cukup lengkap. Suamiku hanya butuh membeli kertas A4 untuk printer, tapi beliau membiarkanku berkeliling dan memasukkan apapun yang kumu ke dalam keranjang. Aku mengambil pulpen, correction pen, kertas binder yang bergaris, kotak, polos dan titik. Aku juga mengambil pensil warna 48 warna yang pernah aku inginkan sewaktu kecil dulu. Bahkan saat Idul Fitri kemarin, aku mengusulkan untuk membagikan alat tulis lucu-lucu ke keponakan-keponakan sebagai pengganti angpau, dan suami setuju. Aku bahagia sekali memilih notes book mini, pulpen berwarna pastel, penggaris, penghapus berbentuk buah, pensil  bergambar karakter anak, rautan pensil dan pouch untuk kemasannya. Di lain waktu aku juga bebas belanja online, membeli stiker lucu-lucu, lem, washi tape, dan lain-lain. Sekarang aku punya sekotak alat-alat tulis khusus milikku, yang berbeda dari milik anak-anak.  Alhamdulillah. 


Wednesday, 9 April 2025

Sebuah Puisi

Assalamualaikum. 

 Halaman Jurnal, Selembar Kertas Tak Ternilai



Di antara baris-baris tak terisi

Aku mencoba menemukan ruang untuk bermimpi

Merencanakan langkah-langkah kecil

Menuju tujuan yang besar, yang dimulai di bulan April


Setiap hari aku akan mencatat

Keseharian yang penuh warna akan terlihat

Senyum, tangis, suka dan duka

Juga dokumentasi kegiatan mereka


Menjurnal, mengikat kenangan

Merefleksi diri, bukan sekedar cerita karangan

Bukti perjalanan waktu

Bagaimana aku di rumah sebagai seorang guru


Jika saatnya evaluasi membuat gundah

Aku bisa melihat kembali jejak jejak langkah

Apa yang telah kulakukan dengan baik

Apa yang perlu diperbaiki tanp harus putar balik


Semoga dengan rutin menjurnal

Aku bisa menjadi ibu yang handal

Sekaligus seorang pendidik yang profesional

Dengan lebih bijak, tanpa harus keteteran jadwal

 

Cianjur, 9 April 2025

Puisi ini dibuat dalam rangka setoran tugas pertama kelas Menjurnal Bersama Teman. Kelas ini diselenggarakan oleh seorang mama homeschooler bernama Mbak Nely. Beliau memang sering sharing tentang jurnal homeschooling dan kesehariannya. Aku yang kadang merasa masih susah mengatur waktu dan menyusun prioritas, tertarik bergabung dengan kelasnya. Sebelumnya aku pernah beberapakali mencoba menjurnal, namun masih kurang konsisten. Semangat di awal namun lama-lama makin jarang dan kemudian berhenti. Di kelas ini banyak sesama praktisi homeshooler yang juga belajar menjurnal. Insyaallah kami akan bisa saling menginspirasi dan memotivasi. 

Tugas pertama kemarin sebenarnya adalah menuliskan niat dan tujuan mengikuti kelas Menjurnal Bersama Teman. Tapi aku iseng-iseng membuatnya dalam bentuk puisi. Aku tidak mengerjakannya sendiri, aku dibantu suami dan anak-anak. Beberapa kali aku bertanya apa kata-kata yang tepat di akhir kalimat agar puisiku berima. Setelah selesai, aku meminta suamiku membaca dan mengoreksinya. Beliau menyarankan kata 'ratu' di bait ke tiga diganti dengan 'guru', karena bagaimanapun aku memang seorang guru untuk anak-anakku. 

Aku bukan seorang yang suka membuat puisi, tapi entah mengapa kemarin tiba-tiba ingin menuliskannya dalam bentuk puisi. Justru suamiku yang dulu sering membuat puisi, bahkan sejak SMP beliau memiliki satu buku tulis khusus untuk menulis karya puisinya. Aku masih menyimpannya hingga kini, sesekali ku buka. Entah kapan beliau terakhir menulis puisi. Mungkin saat ini fokusnya adalah bagamana kami sekeluarga bisa hidup nyaman tanpa kekurangan sesuatu apapun. 




Monday, 7 April 2025

Just Wondering ... (2)

Assalamualaikum.

Aku mau lanjut cerita tentang teteh X dan aa Y ya...

Selain masalah makan yang dibeda-bedakan, ternyata anak-anak teteh X juga mengalami KDRT, terutama anaknya yang paling kecil. Suatu waktu, teteh X meminta tolong adiknya yang tinggal beda kota untuk mengirimkan obat. Teteh X mengirimkan foto anak bungsunya dengan mata bengkak memar keunguan. Saat itu teteh X bilang kalau anaknya jatuh kejedug sudut meja. Berbulan kemudian saat si an bunsu bertemu dangan tantenya (adiknya teteh x), si anak tersebut cerita bahwa waktu itu dia tidak jatuh kejedot meja, tapi dipukuli sama ayah tirinya alias teteh X. Ketika ditanya alasannya, katanya aa Y hanya bilang "ga suka aja lihat muka kamu, bibir kamu jelek." Jika teteh X sedang bekerja ( saat itu teteh x menjadi buruh cuci gosok di komplek perumahan dekat tempat tinggal mereka), maka si anak bungsu selalu disiksa. Kadang dipukul punggungnya tiba-tiba. Pernah juga ditendang ketika sedang tidur. Bahkan kaki dan tangannya ditusuk-tusuk jarum. Sang anak menceritakan ini sambil menangis kepada tantenya, dan menurut tantenya terlihat jelas si anak memiliki trauma.

Lama kelamaan teteh X mengetahui apa yang terjadi pada anak-anaknya dan memutuskan untuk ngontrak, tapiii meminta bantuan anak sulungnya menemani di kontrakan, karena teteh X akan tetap tinggal bersama suaminya. Katanya, ingin menyelamatkan anak-anaknya tapi juga ingin menyelmatkan rumah tangganya. Saat kekerasan terparah terjadi kepada anak bungsu, semua orang di sekitar teteh X sudah meminta teteh X untuk pergi menjauh dan lapor polisi. Adiknya teteh X sudah meminta bantuan rekannya yang satu kota dengan teteh X untuk membantu melaporkan ke komnas perlindungan perempuan dan anak juga laporan ke polisi. namun teteh X meminta menghentikan semuanya dengan alasan kasihan anak-anak kandung aa Y kalau sampai aa Y di tangkap polisi atau apalah.

Singkat cerita teteh X mengontrak rumah untuk anak-anaknya, bersama anak sulung yang sengaja didatangkan dari kampung halaman. Untuk biaya transport anak sulung dari kampung halaman ke kota itu dan untuk bayar kontrakan, teteh X meminjam dari adiknya dengan kesepakatan dicicil selama 4 bulan (yang ternyata sampai dua tahun). Pernah adiknya mengirimkan makanan via ojeg online karena teteh X dan anak-anak sudah dua hari tidak makan. Beberapa bulan kemudian anak-anak teteh X kembali ke rumah aa Y karena sudah tidak bisa lanjut bayar kontrakan. Si anak sulung kembali ke kampung halaman.

Teteh X berusaha tidak meninggalkan anak-anaknya bersama aa Y, tapi tetap saja KDRT itu kembali terjadi. Entah apa yang ada di pikiran teteh X hingga tetap bertahan bersama aa Y setelah semua hal yang terjadi. 

Hingga anak kedua teteh X mendapat beasiswa di sebuah boarding school ternama di kota tempat tinggal adiknya teteh X. Teteh X dan kedua anaknya yang selama ini ikut bersamanya pindah ke kota itu, tinggal dekat adiknya. Kepada adiknya teteh X menceritakan sudah lepas dari aa Y, adiknya menganggap mereka bercerai. Teteh x masih tetap pergi ke kota sebelumnya setiap weekend karena ada kerjaan menjahit, dan itu menjadi satu-satunya penghasilan teteh X karena di kota baru belum mendapat pekerjaan. 

Namun, suatu waktu teteh X pergi ke kota lama untuk menjahit, bos nya mengubungi adik teteh X dan menceritakan bahwa selama ini teteh X masih menemui aa Y, sering terlambat datang bekerja dan tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Bahkan sudah kembali tidur bersama. Sang adik menghubungi teteh X dan menanyakan hal itu, ternyata benar. Tentu sang adik kecewa sedalam-dalamnya, menegurnya dan mengingatkan apa yang telah teteh X dan anak-anaknya lalui selama ini. Namun teteh X tidak terima, merasa adiknya menggurui dan terlalu ikut campur. Mereka bertengkar hingga tak saling berhubungan beberapa minggu. Yang membuat adiknya memutuskan untuk berhenti menghubungi teteh X adalah karena sebuah pesan yang dikirim aa Y. Sang adik dimaki-maki, dibilang jangan ikut campur, disumpah serapahi dengan kata-kata terkasar yang pernah sang adik dengar, bahasa-bahasa kebun binatang bahkan kata terkasar yang sangat menyakitkan hati.  Anak-anak teteh X yang kalau weekend biasanya dititipkan di rumah sang adik selama teteh X ke kota lama, saat itu tidak lagi. Mereka di tinggal berdua di rumah kontrakan, sampai suatu hari suami sang adik mendapatkan foto bahwa kedua anak teteh X ang dikontrakan sedang makan di rumah tetangga. Meski sangat benci dengan keputusan teteh X begitu, sang adik tidak tega kepada anak-anaknya. Sang adik rutin mengirimkan makanan setiap teteh X pergi. 

Beberapa bulan berselang, teteh X dan sang adik mulai berkomunikasi kembali meski agak canggung. Namun sang adik sudah memutuskan untuk tak bertanya apapun, tak ikut campur apapun, tidak berkomentar apapun mengenai status teteh X dengan aa Y. Sang adik sudah tidak peduli. Sang adik tetap rutin mengirimkan makanan, sesekali membayarkan tagihan listrik atau mengisi kuota. Tak jarang pula meminjami sejumlah uang tunai. Mesin jahit teteh X satu persatu dijual, untuk mencukupi bayar kontrakan. Tak ada nafkah dari aa Y atau apalah istilahnya. Teteh x pusing sendiri. Sampai kemudian teteh X pindah kontrakan dengan masih menyisakan sisa hutang ke pemilik kontrakan, salah satu mesin jahitnya menjadi jaminan.

Bersambung lagi ya.


Sunday, 6 April 2025

Just Wondering....

Assalamualaikum.
Cerita yang kutulis kali ini mengandung ghibah, silakan di skip. 
Tadi pagi sambil menunggu mesin cuci menggiling pakaian, aku pegang hp, baca-baca threads dan tanpa sengaja aku membaca tentang bagaimana suami memuliakan istri dan istri memuliakan suami, tentang bagaimana hak dan tanggung jawab keduanya, bagaimana seharusnya suami dan istri saling membantu dan memudahkan urusan satu sama lain.
Aku tiba-tiba teringat seseorang yang ku kenal, seorang perempuan berusia menjelang empat puluh tahun (sudah empat puluh tahun pada tahun ini) yang menjalani pernikahan teraneh menurutku. Mereka berkenalan lewat sosial media, aku kurang tahu entah berapa lama mereka saling mengenal sampai akhirnya memutuskan menikah. Si perempuan janda dengan empat orang anak, sebut saja Teteh X. Si laki-laki duda dengan dua anak, sebut saja Aa Y. Sebelum pernikahan, teteh X mengetahui bahwa aa Y mempunyai pekerjaan tetap, sudah memiliki rumah meski rumah yang sederhana. Menurutnya aa Y ini juga sangat sholeh, aktif di suatu jamaah, relawan janaiz, tipe-tipe lelaki berjenggot dan bercelana ngatung. 
Singkat cerita mereka menikah dengan wali hakim. Ayah si Teteh X sudah meninggal, ada uwa nya beda kota yang baru dihubungi (untuk meminta izin dan minta tolong jadi wali) di H-3. Uwa nya yang sudah sepuh tentu saja tidak bisa hadir mendadak keluar kota. Jadi beliau menyerahkan hak wali nya ke wali hakim. Mereka menikah di tempat si laki-laki tanpa ada satupun keluarga si Teteh x hadir. Ibu si Teteh x sebetulnya belum ridho si Teteh x menikah karena calonnya belum terlalu kenal dan menimbang riwayat pernikahan si Teteh x. Namun ibunya hanya bilang terserah saja karena menghindari konflik dengan teteh X. Tak ada pertemuan keluarga, tak ada lamaran, mereka menikah. Acara sangat sederhana di rumah si laki-laki dengan memanggil petugas KuA. Nikah agama saja dengan bukti pernikahan foto-foto dan selembar kertas. Tak ada buku nikah. 
Beberapa hari setelah menikah mereka kembali ke tempat ibu si Teteh x. Ibunya sengaja mengadakan syukuran kecil-kecilan, mengabarkan ke para tetangga bahwa teteh X telah menikah aa Y agar tak ada fitnah, tentu dengan seluruh biaya ditanggung oleh sang Ibu.
Teteh X kemudian membawa kedua anaknya pindah ke rumah aa Y, yang dua lagi tetap tinggal bersama Ibu si Teteh. Tentu saja mereka harus pindah sekolah. Pindahan sekolah semua diurus si aa Y. Namun belakangan baru tahu sekolahnya sangat jauh, alasannya karena itulah sekolah termurah di wilayah sana.
Dari sini penderitaan anak-anak si Teteh X dimulai....
Mereka tinggal di rumah ayah tiri mereka yang hanya memiliki satu kamar. Tak ada kamar lain. Ada ruangan depan yang dijadikan ruang tamu, ruang duduk, ruang jahit (teteh X adalah seorang penjahit, dia membawa mesin-mesin jahitnya dan semua peralatan menjahit saat pindah ke sana). Dua anak teteh X usia sebelas dan sembilan tahun, keduanya perempuan. Tak ada tempat tidur yang layak, mereka tidur di kolong meja potong kain. Di rumah itu juga tak ada kamar mandi. Jadi keperluan mandi cuci kakus ikut ke rumah mertua teteh X. Belakangan anak teteh X cerita kalau mereka sering ditegur agar tidak lama-lama menggunakan kamar mandi dan boros air, padahal baru masuk kamar mandi. 
Jarak tempuh yang jauh dari rumah ke sekolah, membuat anak-anak teteh X harus berangkat pukul lima pagi. Menempuh perjalanan sekitar 7km dengan BERJALAN KAKI. Di awal-awal sang ayah tiri sempat mengantar beberapa kali, pulangnya naik angkutan umum. Sesekali dipesankan ojeg online. Tak sampai sebulan anak-anak teteh X harus berjalan kaki, karena tak diantar dan tak ada uang juga untuk naik angkutan umum atau ojeg online. Mereka tak pernah punya uang jajan. Ayah tiri mereka bekerja serabutan, kalaupun ada uang hanya anak-anak kandungnya yang dikasih uang jajan, mereka tidak. Begitupun dengan makan, jika anak kandung si ayah tiri bisa makan dengan telur dadar atau goreng tahu, anak-anak teteh X hanya makan nasi sisa dengan garam. Teteh X berusaha mencari pekerjaan agar dia dan anak-anaknya bisa makan, karena ternyata suaminya tidak menafkahi dengan layak.

Bersambung