Pages

Saturday, 19 April 2025

Kita punya rencana, Takdir Alllah yang menentukan

Hari ini adalah hari terakhir tantangan penulisan blog, sesuatu yang sedang saya seriusi untuk mengasah ketinggalkan terampilan menulis yang sudah saya  beberapa tahun ke belakang. 

Ternyata memulai menulis lagi itu sangat berat, apalagi dituntut konsistensinya. Bayangkan saja dalam 3,5 bulan harus menyelesaikan 40 tulisan yang kalau kita hitung secara sederhana bisa diselesaikan hanya dalam waktu 40 hari kalau setiap hari konsisten menulis. Setidaknya nulis dulu saja sebelum upload tugasnya, karena sebenarnya untuk lulus tantangan ini hanya perlu menulis 10 tulisan saja per bulan. 

Dengan segala godaan yang datang untuk konsisten menulis, awalnya sudah pasrah saja karena deadline waktu yang sudah menghampiri sedangkan tantangan menulis blog menyisakan dua tulisan saja. Ya hanya tinggal dua. Qodarullah panitia memberikan tambahan waktu 4 hari sebelum penutupan. Serasa dapat syafaat saja atau tambahan waktu penebus dosa kemalasan berhari - hari sebelumnya. 
Dasar manusia yang selalu digoda rasa malas, tulisan ke 39 saja baru saya selesaikan kemarin malam. Ya H-1 deadline penulisan. Entah masih terbawa gaya sewaktu jadi mahasiswa dulu yang doyan deadliner, tapi rasa - rasanya otak bekerja lebih optimal karena dipicu adrenalin yang tinggi kalau batas waktu pengumpulan tugas sudah menyeringai seperti iblis yang tertawa puas menggoda buruannya. 

Dan sungguh rencana hanya rencana, niat menyelesaikan tulisan malam hari setelah anak-anak tidur ditemani musik dan segelas kopi di malam minggu, harus berakhir karena serangan sakit kepala hebat khususnya di bagian belakang mata. Kata dokter sih itu sakit kepala tipe kluster yang menyerang sebagian bagian saja di kepala. Penyebabnya macam-macam dari alergi, debu, dipicu sakit organ lain, dan lain lain, pokoknya yang berhubungan syaraf. 

Awalnya cukup rebahan setelah minum obat pereda sakit juga mempan. Qodarullah hari ini sakit makin hebat dan tidak tertahankan. Rencana malming menulis ditemani segelas kopi pun pupus, diganti rebahan diruang IGD. Sesuatu yang tak pernah terbayangkan dan paling anti apalagi harus sampai dirawat. 
Dan tulisan ini pun adalah celotehan dengan suami di ranjang IGD dengan infus terpasang dan selang oksigen tersandar di hidung. Kita memang punya rencana, tapi takdir Allah untuk menyelsaikan tulisan ini di ruang IGD sudah tertulis di lauhul mahfudz. Sekian.

Update : Tulisan ini adalah celotehanku saat terbaring di bed IGD, suami menuliskannya di notes hp nya kemudian mengirimkannya ke WA ku, aku posting dari apk blogger di hp. Katanya, sayang kalau sampai ga lulus karena kurang satu tulisan. 

No comments:

Post a Comment