Pages

Thursday, 10 April 2025

Aku Kecil, Dipeluknya

Assalamualaikum

Salah satu yang wajib aku syukuri dari suamiku adalah bagaimana caranya memeluk anak kecl di dalam diriku. Banyak hal-hal di masa lalu, yang aku inginkan tapi aku belum sempat memilikinya, yang aku sukai tapi aku tak bisa mempunyainya, yang aku benci tapi aku tak bisa menghindarinya, saat ini satu persatu tanpa sadar diwujudkan oleh suamiku. 

Aku waktu kecil tak pernah punya kamar sendiri, sekamar berdua dengan kakakku. Aku selalu iri melihat kamar-kamar anak di sinetron yang ku tonton. Punya kamar sendiri dengan kasur yang empuk, selimut tebal motif kartun, boneka kecil yang banyak dan boneka besar yang bisa dipeluk. Aku tak punya itu semua. Pernah suatu waktu, saat liburan Idul Fitri, saudara-saudara berkumpul di rumah nenek kami di kampung. Banyak orang, beratus orang kalau hadir semua. Sebagian besar mereka adalah the have yang datang menggunakan mobil pribadi dan membawa segala kebutuhannya di dalam mobilnya. Salah satu sepupuku, membawa boneka beruang besar berwarna coklat. Aku iri sekali, ssepupuku baik bersedia meminjamiku boneka itu, aku diperbolehkan memeluk dan menggendongnya. Sampai saat mereka akan pulang, boneka tersebut ada di salah satu kamar di atas tumpukan bantal-bantal. Aku tahu, tapi aku sengaja tak memberi tahu bahwa bonekanya masih di kamar. Mereka pergi, boneka sepupuku tertinggal. Aku bahagia sekali. Malam itu dan besoknya aku serasa memiliki boneka itu, ku bawa tidur, ku peluk-peluk. Dua hari kemudian boneka itu dibawa sepupu yang lain untuk diantarkan ke pemilik aslinya. Aku sedih tapi ga terlalu, aku sudah cukup bahagia bisa 'memiliki' bonka itu selama dua hari. Saat ini, saat aku sudah memiliki anak seusiaku waktu itu, aku punya boneka beruang besar warna coklat muda. Alhamdulillah.

Aku waktu kecil, aku senang sekali ke toko buku. Melihat-lihat alat tulis yang lucu-lucu, buku diary, kertas surat dan lain-lain. Aku selalu ingin memiliki penghapus wangi bentuk buah berwarna-warni, stabilo, tempat pensil unik, tapi saat itu keuangan keluarga kami terbatas, Ibu Bapak tetap membelikanku secukupnya. Aku pernah dibelikan buku diary, aku memilih diary hijau bergambar boneka dan kakakku memilih buku diary warna pink bergambar wanita berambut panjang. Aku sayang-sayang, aku jarang menulis di buku diary tersebut karena takut kertasnya cepat habis. Untuk menulis curhat-curhatan aku memilih di buku biasa. Dulu aku juga senang mengoleksi kertas surat. Ada satu dua yang sengaja dibelikan, sisanya ada yang ngasih. Saat ini, aku sering diajak suamiku ke toko alat tulis. Saat di Bandung, bahkan ke borma aja yang kutuju adalah bagian stationery. Di Cianjur ada toko buku AA yang stationery nya cukup lengkap. Suamiku hanya butuh membeli kertas A4 untuk printer, tapi beliau membiarkanku berkeliling dan memasukkan apapun yang kumu ke dalam keranjang. Aku mengambil pulpen, correction pen, kertas binder yang bergaris, kotak, polos dan titik. Aku juga mengambil pensil warna 48 warna yang pernah aku inginkan sewaktu kecil dulu. Bahkan saat Idul Fitri kemarin, aku mengusulkan untuk membagikan alat tulis lucu-lucu ke keponakan-keponakan sebagai pengganti angpau, dan suami setuju. Aku bahagia sekali memilih notes book mini, pulpen berwarna pastel, penggaris, penghapus berbentuk buah, pensil  bergambar karakter anak, rautan pensil dan pouch untuk kemasannya. Di lain waktu aku juga bebas belanja online, membeli stiker lucu-lucu, lem, washi tape, dan lain-lain. Sekarang aku punya sekotak alat-alat tulis khusus milikku, yang berbeda dari milik anak-anak.  Alhamdulillah. 


No comments:

Post a Comment