Pages

Wednesday, 12 September 2018

Game Level 1 : Komunikasi Produktif Hari #7


Sejak semalam saya bilang ke Kakang bahwa hari ini kami akan mengajaknya untuk menengok adek bayi, sepupunya. Saya janjikan pergi jam sembilan pagi. 
Bangun tidur seperti biasa, nyamperin Bana ngajak main sebentar, kemudian ingat mau pergi nengok adek bayi. Saya bilang abis semua mandi dan sarapan, jam 9 kita berangkat. Alhamdulillah Kakang minta mandi duluan, padahal biasanya banyak alasan kalau disuruh mandi pagi. 

👩🏻 : "Alhamdulillah, terimakasih ya Nak sudah mau mandi pagi sendiri tanpa disuruh". 

Ayah, Kakang, sama Bana sudah mandi. Tinggal saya yang masih 'caludih', masih mengerjakan urusan domestik seperti biasa. Kakang mulai ga sabar ingin segera berangkat. Saya mencoba berbicara dengan intonasi rendah.

👩🏻 : "Kan Bunda sudah bilang berangkat jam 9. Sekarang Bunda mau mandi dan siap-siap dulu. Tunggu ya."

Keadaan aman terkendali. 
Di rumah sepupu, Kakang hanya duduk diam sekitar 5 menit saja. Saat saya ngobrol-ngobrol, Kakang malah lari-lari dengan sepupu yang lain. Awalnya saya bilang untuk jangan lari-lari. Tapi kemudian ingat untuk mengatakan hal yang diinginkan, bukan yang tidak diinginkan.

👩🏻 : "Kang, Bunda mau Kakang duduk di sini sama Bunda. Adek bayinya nanti terganggu kalau Kakang lari-lari dan berisik aja."

Beberapa menit berhasil duduk manis, selanjutnya lari-lari lagii. Saya mengulangi lagi kalimat sebelumnya, berhasil sebentar kemudian lari-lari lagi. Sama Abang diajak ngasih makan ikan, berhasil pada diam. Menit selanjutnya mulai kejar-kejaran lagi. Si Bunda mulai bertanduk, tarik nafas. Daripada ngomel, akhirnya kami pamitan, lanjut ke rumah nenek. 
Di rumah nenek, Kakang bolak balik naik turun tangga sambil teriak-teriak. Saya mengibarkan bendera putih, nyerah, minta tolong ayahnya yang menemani. Selanjutnya anteng main perosotan di kaki ayahnya sampai energinya hampir habis dan tertidur di samping Bana. 
Maaf ya Nak, Bunda agak menjauh dulu tadi, soalnya udah gemes pengen ngomel. Semoga besok bisa lebih sabar lagi.

#hari7
#tantangan10hari
#gamelevel1
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Tuesday, 11 September 2018

Game Level 1 :Komunikasi Produktif Hari #6


Salah satu aturan di rumah kami adalah bermain maksimal dua jenis mainan dalam satu waktu. Jika ingin berganti mainan lain maka salahsatu harus dibereskan dan disimpan ke tempat semula. Salah dua nya adalah merapikan dan mengembalikan ke tempatnya jika sudah selesai bermain. 

.
Kakang sedang asyik bermain dengan dua temannya ketika ada rame-rame di luar. Mereka bertiga keluar dan beberapa menit kemudian Kakang kembali, sendirian. Melihat adiknya sedang 'baceo' Kakang mendekat. Mainan masih berserakan.

.
👦 : "Bun, boleh main sama dede? Boleh disayang?"

.
Saya memintanya untuk cuci tangan-kaki dulu karena baru saja dari luar, kakinya sedikit kotor. Tadinya mau sekalian minta beresin mainannya dulu tapi Alhamdulillah inget perintahnya harus satu-satu. Kakang ga mau, nanti saja katanya. Biasanya saya jawab lagi dengan rada 'mengancam' ga boleh pegang-pegang adeknya kalau belum cuci tangan. Kali ini, saya coba mengontrol nada bicara dan mengatakan apa yang saya inginkan.

.
👩🏻 : "Bunda maunya Kakang cuci tangan-kaki dulu, biar bersih :)"

.
Alhamdulillah langsung nurut. Main-main deh sama Bana, ngajak ngobrol, pegang tangannya, usap-usap, kiss :) Masyaallah bahagia sekali melihatnya, Alhamdulillah.

.
Beberapa menit kemudian Kakang minta ijin pinjam hp, mau main game cenah. Saya jawab boleh setelah bereskan mainan. Dia baru sadar domino-nya belum beresin dan beralasan cape kalau bereskan mainan dulu. Nego dia, main hp dulu sebentar baru nanti beresin cenah. Saya ga kasih, tetap minta bereskan dulu. Nego lagi, minta dibantuin. Saya ga bantu, akhirnya dia bereskan sendiri dengan wajah sedih. 

.
👩🏻 : "Kang, dulu waktu Bunda kecil juga Bunda suka disuruh beresin lagi kalau habis main. Kalau ga diberesin Nenek jadi kesel. "

.
Niatnya mau mengganti nasehat dengan refleksi pengalaman. Tapi Kakang masih kelihatan sedih. Diam ga menjawab. Ayah kemudian ngajak main. Ketawa-ketawa lagi deh. Beresin mainan selesai, minjem hp pun ga jadi karena keasyikan bercanda sama Ayah.

.
Alhamdulillah hari ini berlalu tanpa omelan. Semangat ya Nak, semoga besok kita bisa lebih baik lagi. 
.
#hari6
#tantangan10hari
#gamelevel1
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional


Game Level 1:Komunikasi Produktif Hari #5

Saya lagi main hp lihat-lihat IG ketika Kakang Sina mendekat dan bertanya Bunda lagi main apa. Saya tunjukin postingan lama saya di IG, foto Kakang Sina jaman dulu pas usia 3-4tahun.Melihat beberapa foto, Kakang kabita mau main lagi. 
.
Yang pertama ditunjuknya main kebun binatang - kebun binatangan. Tapi Kakang ga mau bikin sendiri, ga bisa katanya. Saya yakinkan kalau Kakang pasti bisa, coba dulu. Masih keukeuh ga mau. Setelah nego-nego yang membuat say terus narik nafas panjang akhirnya sepakat saya yang bikin ruangannya, Kakang yang "ngandangin" binatangnya. 
.
Ga sampe 15 menit, Kakang bosen, minta ganti main campur-campur air berwarna. Sama saya dibolehin tapi dengan beberapa syarat.
.
👩🏻 : Boleh, tapi lego-legoan sama binatangnya beresin dulu. Terus Sina nya tidur siang. Bangun tidur siang makan dulu. Kalau sudah tidur siang dan makan nanti kita main air yang dikasih warna ya. Bunda harus cari dulu gelas-gelas plastiknya.
.
Tetot. Si Bunda malah nyerocos lupa dengan poin 'keep short and simple'. 😬
Kakang keukeuh mau langsung main. Saya juga keukeuh mainnya nanti setelah tidur siang. Kakang pundung, saya baeud. Tetot lagi, si Bunda lupa ekspresi wajah ramah. Yang pundung masuk kamar, diam sampe akhirnya tertidur.
.
Saat Kakang tidur, barulah saya menyadari hari ini ga berhasil menerapkan beberapa poin komunikasi produktif. Nyeseel, kasian, saya minta maaf sambil usap-usap.
.
Kakang Sina bangun ketika saya sedang menyusui Bana. Nyamperin, ngusap-usap kepala adeknya lalu mencium keningnya. Masyaallah bahagia melihatnya. Kakang bilang boleh ga main air dikasih pewarna? Saya bilang boleh, kebetulan gelas-gelas plastik dan pewarnanya sudah saya siapkan. 
.
.
Mengendalikan emosi, menahan diri biar bicara ga nyerocos dan ngomel-ngomel, menjaga intonasi suara tetap rendah dan ramah ternyata ga mudah. Adakalanya berhasil, tak jarang pula lupa dan gagal. Semangat kita belajar terus ya, Nak. Semoga besok lebih baik lagi. Terimakasih telah hadir di hidup Bunda 😭😘❤️

#hari5
#tantangan10hari
#gamelevel1
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Game Level 1: Komunikas Produktif Hari #4


Saya baru saja selesai menyusui dan menidurkan Bana ketika melihat Kakang masih asyik main domino. Saya keluar kamar berniat membereskan meja yg berantakan kemudian menemani Kakang bermain. Kakang yang mau membantu beberes membawa 2 toples makanan dan 1 wadah mainan berisi kelereng dan kuwuk congklak, ditumpuk, dibawa sekaligus.

👩🏻: Bawanya satu-satu, Nak
👦: Bisa da.

Tiba-tiba braaak, wadah mainan jatuh, tutupnya terbuka, kelereng dan kuwuk berserakan kemana-mana, sebagian besar ke kolong kursi dan meja. Bana yang baru saja tidur kaget dan bangun lagi.. 

Bunda langsung bertanduk, heu, pengen ngomel nyerocos tuh kan kata Bund juga bawanya satu-satu bla bla bla. Tapi mencoba bertahan, ngomel sih di dalam hati. Kakang juga sudah menatap Bunda, sieun dicarekan hehe, dan tanpa diminta langsung meminta maaf.

Saya diam kemudian tersenyum. 

👩🏻: Gapapa, sok masukin lagi ke wadahnya. 
👦: Iyaa, tapi yang di kolong susah ambilnya.
👩🏻: Bisaa, coba dulu.

Tapi asa karunya masuk ke kolong ngambilin kuwuk satu-satu. Saya meminta tolong Kakang ambilkan sapu, langsung diambilkan ga pake tapi ga pake nanti. Saya sapu kuwuk2 dan dikumpulkan agar Kakang lebih mudah memasukkannya kembali ke wadah. Kelereng mah tetap diambil satu-satu soalnya pas di sapu malah menggelinding kesana kemari. Selesai. Wadah mainan sudah disimpan ke tempatnya.

Tiba-tiba Kakang bertanya, Bun ga marah?
Heu, Kakang heran da biasanya kalau kayak gitu pasti si Bunda marah, minimal ngomel. Alhamdulillah kali ini berhasil mengendalikan emosi dan menjaga intonasi suara tetap rendah. Semoga hari-hari berikutnya bisa terus berhasil. Semangat belajar bersama ya, Nak.

#hari4
#tantangan10hari
#gamelevel1
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional








Game Level 1
Komunikasi Produktif Hari #3


Dalam seminggu, ada 3 hari saya mengajar privat di rumah sore hari. Kakang Sina biasanya asyik bermain bersama teman-temannya selama sesi privat berlangsung. Saat sedang asyik berdiskusi, Kakang tiba-tiba masuk dengan terengah-engah dan wajah tegang, berkata : "Bun, ada kucing ketabrak sama mobil, matanya keluar, pupnya keluar, berdarah."
Diskusi kami terputus. Salahsatu siswa bertanya dimana lokasinya. Kakang bersama Arka, teman akrabnya, dengan semangat mengantar ke TKP yang jaraknya sekitar 40m dari rumah kami. Saya ga ikut.
Beberapa menit kemudian mereka kembali. Kakang lanjut cerita kalau yang tertabrak itu kucing temannya yang sedang di luar kandang. Saya bertanya apa Kakang lihat langsung saat kucingnya tertabrak, jawabnya nggak, tapi lihat sesudahnya. Kakang lanjut cerita kalau mayat kucingnya dimasukkan ke kantong kresek kemudian dikubur. 
Beberapa siswa yang ikut melihat mayat kucing itu bilang menyesal telah melihatnya karena jadi terbayang terus, creepy cenah. Waduh gimana sama Kakang yang tadi juga melihatnya.
Selesai sholat magrib, tiba-tiba Kakang mendekati ayahnya dan kembali bercerita tentang kucing tadi. Saya dan suami saling pandang sejenak menyadari ternyata Kakang masih kebayang-bayang. Kakang lalu bercerita dengan lebih detail apa yang dia lihat. Saya spontan bertanya : "Kakang kasihan ya sama kucingnya?" Lupa sama poin mengganti pertanyaan interogasi dengan observasi, heu. 
Selanjutnya ayahnya yang memberi pengertian, sedikit memberi nasihat tentang berhati-hati di jalan, juga sekilas tentang semua yang hidup pasti mati.
Terkait deskripsinya tentang mayat kucing, kami tak membahasnya lagi, kami mengalihkan fokusnya pada solusi, sudah benar langsung dikubur agar tidak bau atau terinjak atau terlindas kendaraan lain.

#hari3
#tantangan10hari
#gamelevel1
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Friday, 7 September 2018

Game Level 1: Komunikasi Produktif Hari#2

Sejak kemarin sepertinya Bana sedang growth spurt, nyusuu terus. Kakang agak merajuk gara-gara Bunda rada hese mau main sama Kakang. Kakang maunya main domino tapi si Bunda hoream karena bikinnya lama tapi ngagubragkeun na sekejap saja.
.
👩🏻: Kang, maen hp Bund aja mau? (Emak macam apa yang malah nawarin maen hp 😁)
👦 : Gak, mau maen domino (keukeuh)
👩🏻 : Boleh tapi bikin sendiri ya, Bunda ngasih susu Bana dulu.
👦 : Ngga, mau dibantuin bikinnya bla bla bla (panjang pokona mah dan masih keukeuh)
.
Tarik nafas, berusaha menjaga intonasi suara tetap rendah dan ramah.
.
👩🏻 : Main ular tangga aja yuk, biar Bunda sambil gendong Bana [menawarkan solusi]
👦 : Hayuu
.
Alhamdulillah kondisi aman terkendali. Setelah bosan, Kakang minta main hotwheel
.
👩🏻: Boleh, ular tangganya beresin dulu [kalimat pendek dan sederhana]

Alhamdulillah, ternyata dengan intonasi suara rendah & ramah, menggunakan kalimat yang pendek & sederhana, sambil senyum membuat Kakang lebih gampang nurut dan ga ngeyel. 
Kita belajar terus ya Nak, belajar biar Bunda ga ngomel2 dan Kakang ga banyak ngeyel. 
.
#hari2
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Game Level 1 : Komunikasi Produktif Hari #1

Pagi tadi Kakang Sina diomelin Ayah karena sesuatu hal yang berujung hari ini Kakang ga boleh main di luar rumah. Konsekuensi ini sudah disepakati jauh hari sebelumnya. Kakang nangis. Saya yang sedang menyusui Bana sebenarnya gatel pengen ikut ngomelin, tapi saya coba tahan, tarik nafas, istighfar, senyum.
Selesai menyusui Bana, Kakang masih nangis. Saya dekati kemudian memeluknya. Saya mencoba bicara dengan lembut dan ramah. 

👩🏻 : Kakang kenapa nangis? Sedih ya? [menunjukan empati]
👦 : Iyaa
👩🏻: Sedih kenapa?
👦: Sedih ga boleh main (masih nangis)


Sina pun cerita kenapa ga boleh main sambil terisak. Saya seringnya komentar "makanya nurut", kali ini saya coba kalimat berbeda


👩🏻: Lain kali bicaranya baik-baik ya. 

👦: (mengangguk)
👩🏻: Bunda maunya Sina jadi anak yang santun, sopan. [mengatakan apa yang diinginkan]
👦: Iya Bun, maaf.
👩🏻: Minta maaf sama Ayah ya.
Kakang minta maaf sama Ayah, minta dipeluk, langsung baikan lagi deh. Alhamdulillah mood Kakang juga langsung membaik, lanjut main ular tangga. Bismillah, sama-sama belajar ya, Nak. Perbaiki diri sama-sama.

#hari1
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

#backup

Wednesday, 5 September 2018

BIRTH STORY : BaNa Punya Cerita (3)


Pagi hari sekitar pukul 8 Bidan Aisyah masuk, nanya tali pusatnya mau dibakar sekarang ga. Kami jawab iya. Alhamdulillah tercapai juga keinginan untuk memutus tali pusat Bana dengan cara dibakar, sama seperti Kakang Sina dulu. Bedanya, jika dulu talipusat Kakang Sina dibakar oleh Bidan Puri sama Bidan Fahrima, tali pusat Bana dibakar langsung sama Ayah-Bundanya.
Mulai dibakar

Itu ada makan untuk sarapan di belakang, hihi, tapi nunggu selesai dulu
Proses ini berlangsung selama kurang lebih 15 menit. Selama prosesnya Bana anteng aja, ga nangis atau menunjukkan rasa tidak nyaman, Alhamdulillah.
before

after
Selanjutnya baru deh Bana dimandikan untuk pertama kalinya.
mandiiii
Selesai mandi, barulah diberikan suntikan Vit K. Kenapa ga langsung pas baru lahir? Karena kami ingin yang pertama kali masuk ke dalam tubuh Bana adalah ASI. Saya langsung belajar menyusui segera karena saat IMD Bana belum berhasil ngenyot. Alhamdulillah Bana mendapat kolostrum. Saya coba susukan terus meski ASI masih sangat sedikit. Jadi setelah yakin ada ASI yang masuk, barulah disuntik Vit K. 
Siangnya Alhamdulillah ada Kakang Sina datang, mau lihat dede bayi cenah. Dan ga mau pulang lagi ikut nenek, mau sama Bunda> Setelah dibujuk rayu Alhamdulillah mengerti dan mau pulang duluan.
Kakang Sina bersama Bana
Besoknya, Selasa, 17 Juli kami berencana pulang pagi. Tapi sebelum pulang, foto-foto dulu.

(bersambung)



Monday, 6 August 2018

BIRTH STORY : BaNa Punya Cerita (2)


Di ruang periksa, saya di cek tekanan darah dan detak jantung bayi. Alhamdulillah normal. Bidan Tika minta ijin untuk cek bukaan, bilang bahwa dua jarinya akan masuk dan rasanya akan kurang nyaman. Saya meng-iya-kan. Setelah saya siap, di cek lah, ternyata baru bukaan satu dan memang betul ketuban sudah pecah. Masih di ruang periksa, saya mulai merasakan perut kencang dan ada mules-mules sedikit dan sebentar. Terus diobservasi dan ya kontraksi interval lima menit dengan durasi 10-12detik. Alhamdulillah masih kuat masih cengengesan. Karena kontraksi belum kuat, saya minta izin untuk jalan-jalan sambil beli makan tapi tidak diizinkan karena ketuban sudah pecah. Jalan-jalannya di klinik aja cenah. Baiklah kami langsung masuk ruangan. Alhamdulillah ruang kelas 1B yang memang saya mau sedang kosong. Alhamdlillah lagi ruangan kiri kanan juga sedang kosong jadi berasa privat pisan lah.
Ruangan kelas 1B
Di kamar, saya duduk di bola sambil goyang-goyang. Istirahat sebentar pas makan malam, video call dulu sama Kakang Sina. Sediih pas Kakang nanya "Bun, pulangnya kapan?" Hiks.
Sekitar jam sembilan malam ada Bidan Aisyah ke kamar, bilang kalau saya akan "dipegang" oleh beliau. Ngobrol-ngobrol sambil Bidan Aisyah ngisi data, kemudian nanya birth plan. Alhamdulillah sudah disiapkan. Beliau keluar kemudian tak lama kembali membawa difuser untuk aromaterapi, audio box untik menyalakan murotal & musik klasik sesuai keinginan saya yang tertulis di birth plan. Juga membawa kurma dan kiwi untuk saya makan sebagai ikhtiar induksi alami. Oh ya bawa parutan bawang merah juga, untuk dibalur ke perut dan pinggang saya, juga merupakan ikhtiar induksi alami. Kandungan -apalah saya lupa- yang ada di bawang merah bisa merangsang kontraksi. 
Menikmati kurma dan kiwi
Datanglah Bidan Melati, ngobrol-ngobrol sambil ngecek tekanan darah dan detak jantung bayi, juga minta izin cek bukaan. Alhamdulillah ada kemajuan, bukaan dua hampir tiga. Bidan Melati juga membicarakan ikhtiar apa aja yang akan kita coba untuk memperlancar dan mempercepat proses lahiran. Biasanya di rumah sakit - rumah sakit dikasih batas waktu sekitar 6-8jam sejak pecah ketuban sampai lahiran, kalau dalam 6-8jam belum lahir seringnya diarahkan ke caesar. Bidan Melati dan Bidan Aisyah cerita, di BSB rekor waktu terlama dari pecah ketuban sampai lahiran 44jam. Selama kondisi ibu dan janin baik-baik saja, insyaallah bisa ditunggu sambil terus ikhtiar. 
Lihat bathtub pengen berendam sebenarnya hehe
Saat itu hampir jam 10malam, Bidan Melati ngajak bersepakat, kita coba ikhtiar dengan pijat oksitosin -apa pijat endorphin ya, saya lupa- selama 50 menit oleh Bidan Aisyah sampai jam 11 kurang 10menit. Setelah itu jam 11 tidur dulu, istirahat, sampai jam 1. Kalau jam 1 kontraksi masih belum intens, kita coba ikhtiar cara lain. Bidan Melati meninggalkan kamar.
Saya dipijat oleh Bidan Aisyah sambil goyang-goyang di gymball. Sambil ngobrol, cerita-cerita. Ah ramah sekali Bidan Aisyah ini. Saat itu kontraksi sudah ada, tapi masih jarang dan belum kuat. Masih bisa ketawa-ketawa bercanda. Bidan Aisyah bilang, setiap kontraksi datang jangan lupa tersenyum dan ucapkan Alhamdulillah. Karena itu artinya semakin dekat waktunya lahiran. Bidan Aisyah juga usap-usap perut sambil ajak ngobrol bayi: " De, dede pinter lagi menuju jalan lahir ya. Kami tahu dede alan lahir di waktu terbaik. Kalau boleh, dede minta sama Allah ya biar waktu terbaiknya dipercepat." Ah, damai sekali.
Selesai dipijat, Bidan Aisyah pamit dan akan kembali jam 1 dini hari nanti. Saya disuruh tidur, Bidan juga mau tidur dulu cenah.  Saya tahu para bidan yang baru saja pulang seminar itu pasti sangat lelah, tapi keren ih mereka tetap baik, ramah, dan menjalankan tugas-tugasnya dengan sangat profesional. Bidan Aisyah berpesan kalau ada apa-apa atau ada rasa ingin mengejan langsung panggil aja walaupun belum jam 1. 
Saya berbaring, mematikan lampu, hanya ada cahaya redup remang-remang dari difuser aromaterapi. Nyaman sekali. Saya mencoba memejamkan mata. Belum sampai lima belas menit kontraksi datang, kali ini mulai lima menit sekali dengan durasi satu menit dan semakin lama semakin kuat. Akang -suami tersayang- mengingatkan untuk tersenyum dan ucap Alhamdulillah kalau muka saya mulai meringis saat kontraksi. 
Jam 00.40 kontraksi semakin kuat dan seakan tanpa jeda, badan saya berkeringat tapi Alhamdulillah saya masih sadar, masih waras meski mulai mengeluarkan suara-suara geje entah apa lah. Heu. Saya minta tolong Akang untuk panggilkan Bidan. Bidan Aisyah datang dengan mata merah, nampak sekali beliau masih lelah dan mengantuk, tapi langsung cek kondisi saya dan kemudian memijat bagian pinggang ke bawah. Saat itu posisi saya di atas kasur, nungging dengan dada dan tangan memeluk gymball. Bidan Aisyah bertanya : "Begini nyaman ga Teh?" Sambil terus pijat-pijat pinggang ke bawah. Saya minta berbaring. Bidan Aisyah menelpon Bidan Melati dan Bidan Melati langsung datang. Bidan Melati izin cek bukaan. Katanya : "Sabar ya teh, sedikit lagi, sudah bukaan 8." Saya minta duduk nyender, tapi maunya nyender ke Akang aja. Awalnya rencananya Akang mau di depan bersiap menangkap bayi pas lahir. Jadilah posisinya saya duduk sambil nyender ke Akang, Akang di belakang saya nyender ke senderan kasur sambil tetap memeluk dan memegang tangan saya. 
Tak lama ada rasa ingin pup dan saya pun mengutarakannya. Bidan Melati bilang, kita coba untuk terus atur nafas ya teh, tapi kalau teteh ga tahan ingin mengejan, sok aja jangan ragu. Bidan Melati dan Bidan Aisyah terus membimbing tarik nafas-buang nafas. Bodornya adegan tarik nafas-buang nafas itu diselingi percakapan berikut:
Saya : Teh pingin pup 
Bidan : Sok aja teh, gapapa pup dulu.
Saya: Maluuu, masa pup di sini.
Bidan : Gapapa teh, kita mah udah biasa koq. Kalau mau pup dulu juga bagus, jadi dedenya ga ada halangan ganjalan pas lahir.
Saya : Gapapa nih teh kalau pup?
Bidan : Iya sok gapapa teh biar lega.
Saya nahan-nahan karena duh bakal malu kalau pup beneran, jadi saya tetap fokus atur nafas.
Tiba-tiba saya merasa ada yang keluar di bawah sana dan kemudian Bidan Melati menempelkan sesuatu ke dada saya, bayiiii, bayii yang menangis. Alhamdulillah. Jam 01.05. Saya kaget spontan bertanya : "Lah dede udah lahir?" :)
Sambil lap-lap badan bayi Bidan-bidan tersenyum dan bilang : "Tuh kan bisa ga usah pake ngeden. Alhamdulillah."
Alhamdulillah lahir
Dari sana saya udah ga fokus lagi dengan apa yang dilakukan para bidan, udah fokus sama bayi yang menggeleng-gelengkan kepalanya di dada saya. Alhamdulillah. Tak lama alhamdulillah plasentanya pun lahir. Dan yes tanpa suntikan oksitosin.
Bidan Melati bilang: "Teh, ini mau dijahit ga? Ini lecet aja sih ga dijahit juga gapapa atau kalau mau dijahit juga jahit 1 luar aja." Saya bilang terserah, saya udah fokus sama bayi di dada. Eh beliau bilang lagi: "Jahit aja ya biar indah, hehe, dijahit sama Bidan Aisyah ya."
Proses jahit selesai, kami masih IMD sampai sekitar satu jam. Baru dede bayi diambil untuk dipakaikan baju. Jam 2 lebih sepuluh diajak foto bareng dong, hehe. 
Satu jam setelah bayi lahir, diajak foto, katanya untuk laporan ke Bidan Farida.
Oh ya tali pusat bayi belum dipotong, bayi juga belum diukur dan ditimbang berat badannya. 
Alhamdulillah proses lahiran kali ini tak kalah indah dengan proses lahiran Kakangnya dulu. Sama-sama nyaman, menyenangkan, tanpa trauma. Alhamdulillah.

(Bersambung)
cerita selanjutnya

Tuesday, 31 July 2018

Birth Story : BaNa Punya Cerita

Assalamualaikum.
Disclaimer dulu ya, karena postingan kali ini akan sangat panjang dan banyak foto bertebaran, maka saya bagi menjadi dua -eh tiga ketang - bagian. Bisi bosen, mangga di-skip yaa, nuhun :)
Saya mau cerita tentang kelahiran anak kedua yang kami panggil BaNa. Saya ga nyangka kalau BaNa akan lahir hari itu, usia kehamilan baru masuk 38minggu. Saya sangat santai dan persiapan pun belum 100%. Kakang Sina dulu lahir di 41minggu, saya pikir adiknya pun mungkin akan lewat HPL. Hari perkiraan lahir BaNa 30 Juli 2018, maka setiap ada yang bertanya kapan perkiraan lahir saya selalu jawab sekitar akhir juli-awal agustus. Alhamdulillah ternyata BaNa memilih lahir lebih cepat dari perkiraan.
Sabtu 14 Juli saya mulai mencuci sebagian perlengkapan bayi, handuk, selimut, dan sebagian pakaian. Siangnya saya masih menjahit clodi. Sore hari biasanya saya yoga sendiri di rumah ditemani  video youtube, tapi hari itu tumben saya malah bersih-bersih rumah, sapu-sapu, ngpel dan ngelap kaca jendela. Minggu (15 Juli) saya melanjutkan mencuci pakaian bayi, bedong dan clodi-clodi. Lanjut jalan kaki ke Pasar Minggu 46 beli sayuran seperti biasanya, belum ada tanda-tanda apapun. 
Sekitar pukul 10wib, setelah buang air kecil  saya menemukan ada sedikit darah campur lendir di celana dalam. Mulai curiga sebentar lahiran karena dulu pas Kakang Sina pun ada flek darah dulu baru ada kontraksi dan besoknya lahiran.
Dengan santai bilang ke suami ada flek, suami agak kaget dan bilang :"Wah, dede sudah mau lahir, Bun? Mules ga Bun?" Saya jawab mungkin tapi entahlah karena belum ada mules. Saya lanjut berkegiatan seperti biasa tapi kepikiran terus takutnya memang sudah waktunya lahiran. Saya memutuskan untuk bersiap-siap. Iya kami bahkan belum packing barang-barang yang akan di bawa saat lahiran. Boro-boro packing lah itu pakaian bayi juga baru pada dicuci. Langsung deh angkat jemuran, nyetrika dulu dan packing. Setelah dzuhur perut mulai kenceng, iya kenceng aja belum mules. Mau tidur siang gak jadi karena saat itu baru nyadar, belum ngeprint birth-plan. Bodor ya. Kami bahkan belum mendiskusikan birth-plan sama Bidan Farida. Rencananya kontrol minggu ini baru membahas birth-plan. Jadilah saya bikin birth-plan dadakan, tulis tangan. KOnsepnya sudah ada hanya saja belum saya rapikan. Cek lagi, diskusi lagi takutnya ada hal-hal yang terlewat. Packing sudah, birth-plan aman, tapi saya ragu ini berangkat hari ini ga ya? Ini udah mau lahiran atau belum ya?
Karena galau saya nge-WA bidan Farida, cerita ada flek tapi belum ada kontraksi. Agak lama baru dibalas. Saya maklum saat itu Bidan Farida dan tim sedang ada acara seminar Islamic Natural Birth Concept. Saya pun ngikutin live seminarnya di IG dan ada Teh Elma  juga yang live report di grup wa Sahabat Bumil. Bidan Farida menjawab "Boleh cek dulu aja Teh, ada Bidan Tika yang standby di klinik."
Akhirnya kami memutuskan untuk berangkat ke Bumi Sehat Bahagia, tujuannya cek aja dulu, kalau ternyata mau lahiran ya hayuu, kalau belum waktunya ya kita pulang lagi. Karena jarak cukup jauh, kami memutuskan tetap membawa persiapan yang sudah di-packing tadi.
Ba'da Ashar kami berangkat, mampir dulu ke rumah Mamah, mau nitipin Kakang. Negosiasi rada lumayan lama, sebelumnya pas di rumah Kakang sudah setuju untuk menunggu di rumah nenek, pas sudah di rumah neneknya malah jadi pengen ikut. Alhamdulillah akhirnya Kakang mau menunggu di rumah nenek dengan janji nanti video call-an. Bismillah, kami berangkat menuju Bumi Sehat Bahagia, naik motor. Di jalan biasa aja, sampai pas di jalan peta saya minta berhenti sebentar, mau jajan baso tahu dulu sekalian Akang juga mau ke ATM. Tapiii baru juga belok ke tukang baso tahuu, tiba-tiba byaaar ada yang mengalir tak tertahan di bawah sana, saya yakin itu bukan pipis, karena terus-terusan tanpa bisa saya kendalikan. Iya, ketuban pecah. Pakaian saya bagian bawah basah kuyup, bahkan sampai ke jok motor. Akang mulai panik dan memutuskan lanjut perjalanan, batal deh jajan baso tahu. Alhamdulillah sudah dekat Bumi Sehat Bahagia, mungkin sekitar 200meter-an lagi. 
Sampai di BSB (Bumi Sehat Bahagia) Alhamdulillah kosong, cuma ada satu ibu hamil sedang antri mau kontrol. Padahal biasanya setiap ke sana pasti penuh sesak. Akang turun duluan, masuk dan bilang sudah pecah ketuban. Saya disuruh istirahat dulu, dikasih minum air hangat sama ibu dapur -yang saya ga tau namanya tapi baik banget-. Karena pakaian saya basah, saya minta ijin untuk ke kamar mandi dulu, bersih-bersih dan ganti baju. Untung udah bawa perlengkapan kan, Alhamdulillah. Tak lama kemudian bidan Tika ngajak masuk ke ruang periksa. 

(bersambung)
cerita selanjutnya

Pemanasan Lagi Lah ...

Assalamualaikum
Senja memerah di penghujung bulan Juli.  Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah. Setelah lebih dari dua bulan ga menyentuh laptop, hari ini tiba-tiba ada mood nengokin blog yang hampir lumutan. Suasana rumah sunyi sepi. Kakang Sina dibawa ayahnya jalan-jalan, bayi mungil sedang tertidur lelap.
Saya kemana aja selama ini? Alhamdulillah bulan Ramadlan kemarin super sibuk, sayangnya bukan sibuk mengumpulkan pahala dengan beribadah sebanyak-banyaknya, tapi sibuk ngerjain order jahitan menjelang lebaran. Alhamdulillah juga sih, meski jatah waktu tilawah banyak terpotong, tapi semua order bisa selesai tepat waktu. Setelah lebaran sudah mulai ada waktu luang, tapi fokus ke persiapan lahiran anak ke dua. Ikut kelas hamil dan persiapan persalinan, yoga, senam hamil, jalan, baca buku, dan main sama Kakang Sina tentunya. Masih jahit juga, tapi sudah stop menerima orderan. Jadinya jahit bedong instan, bikin clodi, bikin baju dan celana bayi, dan semacamnya.
Saya sedang menunggu dimulainya kelas Bunda Sayang sebenarnya. Di kelas BunSay nanti kalau tak salah kami harus mengerjakan tantangan membuat tulisan setiap hari selama minimal sepuluh hari dalam sebulan. Saya yang nulisnya on-off dan banyakan off-nya merasa harus melatih diri, membiasakan menulis kembali. Yaa, anggap tulisan pendek kali ini sebagai pemanasan ya ya.. 
Biar ga polos-polos amat, saya mau majang hasil karya terakhir sebelum cuti lahiran kemarin. Ini orderan seseTeteh di Rancaekek yang jauh-jauh ke Cipadung buat jahit bajunya. Hatur nuhun atas kepercayaannya ya Teh. Maafkan kualitas foto yang seadanya.
Jadi ini sebenarnya 2 baju. Dalaman warna merah gamis biasa dengan bagian bawah model payung, luaran warna gold kain brokat ditambah tulle sedikit di bagian dada.
Hasil akhir
Dalaman, bisa dipakai sebagai gamis biasa tanpa luaran.
Luaran
Detil bagian dada
Sekian pemanasan kali ini.
Wassalamualaikum.

Monday, 30 April 2018

Melahirkan Tanpa Rasa Sakit?

Sumber Gambar
Assalamualaikum Wrwb.
Saat hamil Kakang, salah satu buku yang khatam saya baca adalah buku "Melahirkan Tanpa Rasa Sakit" -nya Mbak Evariny Andriana. Hamil kali ini buku itu belum saya sentuh sama sekali. Sebenarnya alasannya karena memang belum sempat aja buat membaca ulang buku itu, tapi setelah ikutan kelas AMANI kemarin, saya sedikit mengubah mind set saya tentang rasa sakit saat melahirkan. 
Saya ingat betul cerita Dokter Dea tentang rasa sakit saat melahirkan. Ada tiga hal istimewa yang Allah berikan kepada ibu yang sedang merasakan sakit saat melahirkan
- sakit adalah karunia Allah, menggugurkan dosa-dosa
- diberi pahala
- disamakan dengan jihad, jaminan surga
Rasa sakit tak perlu dihilangkan, tapi justru pasrah, ikhlas menerima rasa sakit, bersyukur karena digugurkan dosa-dosa...
Yakin kita mampu melewati sakit tersebut karena Allah tidak pernah memberikan cobaan diluar kemampuan hambanya.
Lagipula saat tubuh merasakan rasa sakit, tubuh mengeluarkan endhorpin alaminya yang berfungsi sebagai pain killer. Jadi yaa sesakit apapun sebenarnya jika sakit itu sakit yang alami yang bukan karena ditambah-tambahkan sesuatu ke dalam tubuh maka tubuh kita pasti bisa melewatinya, pasti kuat.
(bersambung)

Kelas AMANI Hari #5






Kelas AMANI Hari #4


Kelas AMANI Hari #3

Assalamualaikum.
Sebenarnya saya ingin cerita banyak, tapi kami harus menghargai hak cipta yang ada pada Bu Aisha Al-Hajjar sehingga sangatlah tidak baik jika saya menceritakan dengan detail apa yang saya pelajari di kelas AMANI kemarin. Kami belajar tentang gambaran persalinan dan kelahiran, bagaimana bekerja sama dengan tubuh, menjaga lingkungan dan meminimalisasi intervensi medis.
Ada satu yang sangat nempel di ingatan saya tentang salah satu yang saya pelajari di hari ketiga ini, tentang perlu atau tidaknya tes atau prosedur medis.
Jika kita ditawarkan untuk melakukan satu atau serangkaian prosedur medis maka kita harus mengecek dulu "BRAIN" sebelum memutuskan untuk menyetujui atau menolak. Ini tidak hanya untuk tes atau prosedur medis sih, ini bisa berlaku untuk semua hal.
Jadi, saat kita akan memutuskan sesuatu, maka cek 
B : Benefits alias manfaatnya 
R : Risks alias resikony 
A : Alternative alias adakah alternatif lain selain hal tersebut 
I :  Istikharah, ini jelas ya. Sebagai muslim, istikharah memang salah satu jalan meminta petunjuk ketika kita akan memutuskan sesuatu. 
N : Now/ Never/ Nothing
Hanya itu yang bisa saya share.
Wassalamualaikum, 




Kelas AMANI Hari #2



Kelas AMANI Hari ke#1

.

Sunday, 29 April 2018

AMANI Child Birth Education Class
Rumah Omah Bandung

Assalamualaikum Wrwb.
Alhamdulillah, lagi-lagi Allah memberikan rezeki tak terduga. Kali ini rezeki dalam bentuk kesempatan untuk menuntut ilmu seputar kehamilan dan persalinan. Alhamdulillah  tanggal 16-20 April 2018 kemarin bisa mengikuti kelas AMANI CBE di Rumah Omah Bandung. Sejak hamil anak kedua ini, saya memang sudah kabita ingin ikut belajar AMANI tapi terkendala dengan biaya. Iyes, belajar kelas AMANI ini ga murah, tapi setelah selesai ikut kelas ini, saya yakin harga yang harus dibayar itu sesuai, terhitung murah malah jika dibandingkan dengan ilmu dan segala fasilitas yang didapat.
Btw, ada yang belum ngeh apa itu AMANI?
AMANI Birth sendiri merupakan akronim dari Assisting Mother for Active, Natural, Instinctive Birth. AMANI Birth berpedoman untuk membantu ibu hamil untuk melahirkan secara aktif, alami, dan mengikuti insting. AMANI ini bukan sebuah metode melahirkan, tetapi merupakan sebuah filosofi untuk mempercayai desain Allah yang Maha Sempurna dalam tubuh perempuan juga sebuah wadah untuk memberikan edukasi tentang bagaimana tubuh wanita bekerja di masa yang Allah berkahi selama kehamilan, persalinan, melahirkan dan masa awal menjadi ibu. 
Jadi belajar apa aja dong?
Banyak, mulai dari kebutuhan ibu hamil, fisiologi kehamilan, nutrisi kehamilan, senam  kehamilan, tahapan persalinan, membuat rencana kelahiran, perawatan pasca kelahiran dan banyak lagi dengan total 21 modul. 
Selama lima hari itu ga ada rasa bosennya loh, selain pemaparan materi dan tanya jawab, ada simulasi dan praktik langsung juga. Ada banyak cerita hikmah yang saya dapat, baik dari pengalaman para pengajar sendiri maupun pengalaman beliau-beliau mendampingi ibu bersalin.

Alhamdulillah bisa bertemu orang-orang hebat yang sebelumnya cuma bisa saya lihat di instagram atau youtube saja. Saat ketemu langsung, auranya itu aja udah bikin nyaman dan tenang. 
Kenapa sih harus belajar?
Nah ini nih, bahkan komentar kakek-neneknya Kakang Sina pun berkomentar :"Ah lahiran mah gitu-gitu aja, lagipula ini kan anak kedua, sudah pernah pengalaman. Kalaupun lupa bisa lah nanya-nanya sama orang tua."
Ini pilihan sih ya, saya ga bisa bilang semua ibu hamil wajib mengedukasi diri tentang kehamilan, persalinan, juga masa menyusui. Tapi kalau buat saya sendiri, saya ingin memiliki kenangan indah tentang masa kehamilan dan persalinan kali ini sama seperti waktu hamil dan lahiran Kakang. Dan saya pikir semua itu ga bisa berjalan begitu saja, ada hal-hal yang harus saya persiapan, ada ikhtiar  yang harus saya lakukan, ada banyak yang harus saya perjuangkan. Bukan artinya saya tidak bertawakkal kepada Allah, tapi bukankah tawakkal itu harus disertai dengan ikhtiar?
Selama di kelas AMANI kemarin, saya selalu diingatkan satu hadits :Ikatlah untamu.
Seseorang berkata kepada Nabi ShollAllahu ‘alaihi wa sallam“Aku lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakkal ?” Nabi bersabda, “Ikatlah kemudian bertawakkallah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi dan dihasankan Al Albani dalam Shohih Jami’ush Shoghir). Dalam riwayat Imam Al-Qudha’i disebutkan bahwa Amr bin Umayah RadhiyAllahu ‘anhu berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rosululloh!! Apakah aku ikat dahulu unta tungganganku lalu aku berTawakkal kepada Allah, ataukah aku lepaskan begitu saja lalu aku bertawakkal?’, Beliau menjawab, ‘Ikatlah untamu lalu bertawakkallah kepada Allah.” (Musnad Asy-SyihabQayyidha wa Tawakkal, no. 633, 1/368).
Terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan untuk bisa menggali ilmu seputar AMANI dan berguru langsung kepada orang-orang hebat, para bidan, dokter, doula, pengajar yoga.. Ah kapan lagi coba bisa bertemu dan belanja ilmu dengan beliau-beliau ini. Terimakasih untuk Teh Echa, Teh Pujiastuti Shindu, Teh Shinta Wafi, juga dr Dea yang jauh-jauh datang dari Bogor. Terimakasih juga untuk Teh Agustina dan Teh Ema.
Senang juga bisa bertemu teman-teman baru, saudara seperjuangan para ibu hamil tersayang.
Insyaallah saya akan cerita apa aja yang paling seru dari kelas AMANI di postingan selanjutnya ya. 
Wassalamualaikum.