Assalamualaikum.
Aku merasa bersalah sekali karena baru bisa menuliskan cerita ini hari ini, lebih dari tiga tahun sejak Hana lahir.
November 2019, kami mengetahui bahwa aku mengandung anak ke-3. Saat itu usia Bana masih 16 bulan. Perasaanku campur aduk, khawatir karena Bana masih minum ASI, bingung karena kami akan pindah ke Cianjur. Sampai kami pindah ke Cianjur awal Januari 2020, keluarga besar belum kami kabari.
Yang pertama kami lakukan adalah mencari dokter kandungan dan bidan yang "cocok" di Cianjur. Sejak masih di Bandung aku sudah mulai menelusuri sosial media. Hashtah #gentlebirth tentu saja masih menjadi fokusku saat itu. Sampai bulan Februari, aku belum cek kandungan sama sekali. Dan COVID menerjang!!!!!!
Kami memutuskan untuk kontrol kandungan di klinik dekat mess tempat tinggal kami. Alhamdulillah di sana dokter spesialis kandungan perempuan. dr, Wulan Nurmala Dewi, sp.OG. Kesan pertama melihat beliau dalah, takjub dengan pakaiannya. Gamis lebar dengan kerudung panjang di bawah bokong. Matanya cantik. Beliau mengenakan masker jadi hanya matanya yang terlihat. Karena saat itu covid, maka setiap kontrol aku hanya sendiri. Sebenarnya bisa ditemani 1 orang saja, tapi saat itu suami akan menunggu di mobil bersama Sina dan Bana. Karena tidak mungkin meninggalkan mereka berdua di mess. Saat itu kami juga belum ada teman atau tetangga yang bisa dititipi. Jadilah sampai menjelang kelahiran, aku selalu kontrol kandungan sendiri.
Dokter kandungan aman sudah dapat. Selanjutnya adalah mencari bidan pro gentle birth. Ternyata sulit ya. Kami membuat rencana andai tidak menemukn bidan sesuai harapan di Cianju, aku lahiran di Bandung saja lah. Bidan Okke di Bumi Ambu (lahiran Sina) atau Bidan Farida di Bumi Sehat Bahagia (lahiran Bana). Aku chat beliau berdua, menanyakan apakah memungkinkan lahiran di sana tapi kontrol tiap bulan di Cianjur. Alhamdulillah keduanya membolehkan, dengan sebagala pembatasan karena saat itu sedang COVID.
Aku menemukan satu bidan Cianjur yang dari postingannya sepertinya pro gentle birth ya, meskipun beliau tidak secara langsung menegaskan beliau pro gentle birth. Namanya bidan Putri. Aku coba hubungi, alhamdulillah nyambung. Sayangnya, ternyata saat itu beliau sedang tidak praktek karena sedang hamil dan sakit. Tapi beliau merekomendasikan teman beliau yang menurut beliau sama-sama pro gentle birth, bidan Ajeng. Aku mengirim pesan ke beliau, mminta alamat lokasi prakteknya dan datang kesana.
Kesan pertama bertemu, wah beliau masih muda, enakeun saat menjelaskan, bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaanku yang segambreng. Tentu saja langsung kuceritakan proses pencarianku mencari tempat lahiran pro-gentle birth. Ku ceritakan juga bagaimana proses lahiran Sina dan Bana, dan keinginanku untuk lahiran anak ketiga nanti. Dipertemuan pertama aku sudah menyodorkan birth plan padahal usia kandungan masih 5 bulanan. Beliau menjawab insyaallah bisa diusahakan. Lega.
Alhamdulillah pencarian bidan selesai, tapi masih ada sedikit yang mengganjal. Tempatnya. Ruang praktek yang agak berantakan dan sedikit berdebu. Barang-barang menumpuk di luar. Lampu yang kurang terang. Agak mengganggu ya menurutku, apalagi yang menjadi referensiku adalah tempat lahiranku sebelumnya. Tapi aku berusaha maklum. Beliau bilang bahwa saat itu mereka sedang dalam proses pindahan. Kemungkinan saat HPLku mereka suda di tempat yang baru. Baiklah, aku berusaha mengabaikannya, yang penting bidannya oke dan bersedia mewujudkan birth planku.
Sejujurnya aku masih ragu, maka kami memikirkan kembali opsi lahiran di Bandung saja. Rencananya, jika tanda-tanda lahiran mulai ada, kami akan segera meluncur ke Bandung. Alhamdulillah saat itu kami masih ada kendaraan pribadi, lebih leluasa jika bepergian kemana saja, jam berapa saja. Saat pulang ke Bandung, sekitar usia kandungan 7 bulanan, aku sempat periksa ke klinik bedan yang cukup dekat dari rumah. Jika dilihat dari postingannya, cerita proses lahiran pasiem-pasiennya, sepertinya beliau pro gentle birth juga. Bidan Deti, namanya. Dan setelah periksa, konsultasi, menceritakan birth plan, aku rasa Bidan Deti bisa menjadi salah satu opsi jika akan melahirkan di Bandung, mengingat jaraknya yang dekat jika dibandingkan ke Bumi Ambu atau ke Bumi Sehat Bahagia.
Selama kehamilan ini, aku periksa selang-seling antara ke dr. Wulan dan ke bidan Ajeng. Alhamdulillah kandunganku sehat. Aku juga tidak memiliki keluhan-keluhan yang berarti. Aku rajin olahraga. Saat itu karena tidak memungkinkan untuk berjalan cepat di luar ruangan, aku memilih untuk squat 150-200x sehari. Tentu aku kesulitan squat dengan perut besar dan badan yang gendut, berat. Maka aku mengaitkan samping (gendongan kain) ke pintu dan aku berpegangan setiap kali akan berdiri saat squat. Aku juga rajin duduk di gymbal sambi goyang-goyang pinggul. Main hp, nonton, baca buku kulakukan di atas gymball. Sesekali berlatih rebozo. Bagaimanapun, kuusahakan impianku untuk melahirkan dengan aman, nyaman, minim rasa sakit, dan bahagia. Aku juga mengontrol porsi makanku, kuusahakan hanya makanan bergizi yang masuk ke tubuhku dan janinku. Ku kencangkan ibadahku, ku langitkan doa-doa dan harapan akan pertolongan Allah dalam proses lahiranku.
Hingga tanda lahiran itu hadir....
(lanjut part 2 di sini)
No comments:
Post a Comment