Pages

Friday, 18 April 2025

Jurnal Penggalian Diri (2)

Assalamualaikum.

Aku lanjutkan jurnal penggalian diriku ya.

Keyakinan negatifku

  • Aku tidak bisa mengelola emosi dengan baik
  • Masakanku tidak enak
  • Aku tidak bisa melanjutkan homeschooling anak anak
  • Homeschooling itu melelahkan. Aku jadi tidak bisa mempunyai waktu untuk diriku sendiri. 
Kayakinan baruku
  • Kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosi dengan cara sehat adalah sesuatu yang bisa dipelajari dan bisa dilatih
  • Memasak merupakan basic skill yang harus dikuasai. Kemmapuan memasak bisa dilatih dengan terus praktik, bereksperimen, belajar dari berbagai sumber dan meminta umpan balik dari suami dan anak anak. Selama suami dan anak-anak tidak komplain, berarti aman.
  • Homeschooling bisa jadi menyenangkan jika kita bisa mengelolanya dengan baik dan tersedianya support system yang memadai. 
  • Tugas kita hanya berusaha sebaik-baiknya dan selalu meminta pertolongan Allah. Apapun hasilnya, Allah paling tahu apa yang terbaik untuk kita. 
Kebiasaan baik yang ingin kulakukan
  • Baca buku selain novel. Aku ingin memperluas pengetahuan, mengembangkan imajinasi dan kreatifitas, juga menambah sumber inspirasi.
  • Mandi sebelum subuh. Selain membuat tubuh lebih segar dan menghilangkan rasa kantuk, mandi subuh juga memiliki efek baik untuk kesehatan tubuh.
  • Workout empat kali seminggu. Tujuannya adalah agar tubuh lebih bugar dan mendukung program penurunan berat badan.
Kebiasaan buruk yang ingin dihilangkan
  • Scroll social media kelamaan. Niat awalnya rebahan sebentar setelah mengerjakan house core, eh kebablasan sampai pekerjaan lain tertunda. 
  • Baca novel sambil memasak. Sambil menunggu matang saat menggoreng atau sambil menunggu air mendidih, tapi sering lupa hingga masakan gosong. Haha. 
Kebiasaan baik yang ingin ditambah
  • Memulai kembali hafalan Al-Quran, barengan dengan Sina. 
Alhamdulillah. Selesai sudah jurnal penggalian diri. Meski aku tidak bisa mengisinya dengan maksimal, tapi lumayan lah ya ada beberapa prompt yang membuatku merefleksikan beberapa hal. Beberapa prompt kurasa agak mirip mirip dan tumpang tindih. Aku menjawabnya dengan hal yang sama sehingga aku tidak menuliskannya dua kali. Tapi mungkin sebenarnya aku saja yang kurang memahami prompt yang dimaksud. Akupun mengisinya tidak dengan kesadaran penuh karena dikejar deadline. Ya siapa suruh menunda nunda ya kan. 
Sekian dulu. Wassalamualaikum. 




Tuesday, 15 April 2025

Jurnal Penggalian Diri (1)

Assalamualaikum.

Sudah dua hari aku tidak menulis, bukan karena tak ada yang ingin ku tulis, tapi karena aku kesulitan menemukan waktu yang pas untuk menulis. Menulis saat anak-anak masih bengun itu ga bisa foks, tapi saat mereka sudah tidur akupun ngantuk dan tertidur. Subuh sebelum anak-anak bangun biasanya aku sudah sibuk di dapur. Akau perlu mengatur ulang prioritas kegiatan agar energi-ku cukup untuk melakukan semua hal yang aku ingin lakukan. 

Kali ini aku ingin menuliskan draft jurnal penggalian diri, sebgai salah satu tugas yang harus disetorkan besok di kelas Menjurnal Bersama Teman.

Mengenali Diri

Hal/value yang aku anggap penting dalam hidupku adalah tanggung jawab, kejujuran, empati dan ketenangan batin. 

Hal yang menjadi keunikan dan kekuatanku adalah analysing. Aku bisa dan senang dengan aktivitas seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu secra metodologis untuk dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu, kemudian di cari kaitannya dan ditafsirkan maknanya. Sederhananya aku seorang yang berpikiran logis dan analitis, aku cepat belajar, dan memiliki pertimbangan seksama. 

Hal yang membuatku semangat menjalani hidup adalah menata dan menghias ruangan, bermain dengan angka, kucing, berjalan-jalan (traveling), dan suara rintik hujan. 

Hal yang menjadi motivasi dan inspirasiku dalam hidup adalah suamiku. Suamiku memotivasi dan menginspirasiku bagaimana menjalani hidup yang tenang, tak peduli apa kata orang, family man, santai tapi ter-organize, dan sabar tak ada batas. 

Sukses buatku adalah melihat ibuku tersenyum bangga, mengetahui suamiku bangga padaku dan anak-anak bangga memiliki aku sebagai ibunya. Mandiri, tidak bergantung kepada orang lain. Bisa memeberi manfaat kepada orang lain. 

Sepuluh hal yang aku sukai tentang diriku adalah cerdas, cepat belajar sesuatu, teguh pendirian, bisa "menolak", bisa dipercaya, dan tidak gengsi meminta maaf jika salah.

Hidup yang berkualitas buatku adalah beribadah tepat waktu, sehat fisik dan mental,  tidur cukup, makan makanan yang enak (buat lidahku), melakukan hal-hal yang kusukai, bahagia bersama keluarga, menjalani keseharian dengan tenang. Hidup yang setiap harinya lebih baik dari hari kemarin. 

Saturday, 12 April 2025

Aki, Sang Penyayang Yang Telah Berpulang (1)

Assalamualaikum.

Tiba-tiba teringat sama almarhum aki, namanya Aki Kiman, lengkapnya Sukiman bin Daelami. Saat hari raya Idul Fitri kemarin kami ke makam aki dan makam aki tanahnya turun sehingga temboknya rata dengan tanah sekitarnya. Aku khawatir jika ada hujan deras tanahnya akan semakin turun. Tapi saat ini kami belum ada budget untuk memperbaiki makamnya. 

Aki ini sebenarnya aki sambung. Aki menikah dengan Emak (Ibunya Bapak) entah berapa tahun sejak Aki Wiria (Ayahnya Bapak) meninggal. Aku hanya tahu Aki Wiria dari foto, karena beliau sudah meninggal sebelum aku lahir. Maka Aki yang aku kenal hanya Aki Kiman. 

Aki Kiman dan Emak tidak memiliki anak. Tapi Aki sangat penyayang kepada anak kecil. Kata orang-orang, dulu aki sangat sayang kepada kakak perempuanku, juga kepadaku. Kami diperlakukan seperti cucu kandungnya sendiri, bahkan saat aku kecil aku merasa orang yang paling menyayangiku adalah Aki. Begitupun ketika kakakku punya anak, Aki memperlakukan cicit-cicitnya dengan penuh kasih. Aku sering mengasuh, mengajak bermain, menyuapi, membelikan jajan, membuatkan mainan dan lain-lain. Sayangnya, saat aku punya anak, aki sudah sakit-sakitan dan beliau meninggal saat anak pertamaku masih bayi. Anakku tidak sempat merasakan betapa penyayangnya Aki, tapi Alhamdulillah aku sangat merasakan kasih sayangnya, bahkan hingga aku dewasa. 

Aku ingat dulu aku lebih suka tidur di rumah Aki dan Emak daripada di rumah Ibu Bapak. Kadang dulu Ibu manyun, mungkin Ibu inginnya saya ga terus-terusan tidur di rumah Aki Emak. Hehe. 

Aki dulu seorang bandar buah. Aki mencari dan membeli buah dari pemilik pohon, kemudian Aki menjualnya kembali ke bandar besar atau langsung ke pasar. Aku paling senang kalau Aki sudah membawakan nangka dan alpukat. Kalau pulang dari kota menjual buah-buahnya, Aki selalu membawa sesuatu. Dulu pernah aku ingin Chitato, keripik kentang yang ada iklannya di tv dan belum ada yang jual di kampungku, Aki yang pertama membelikan itu. Begitu juga makanan-makanan "mewah" lainnya. JIka aku bilang "mau itu" sambil menunjuk iklan di tv, maka aki akan mencari dan membelikannya saat beliau ke kota. 

Nanti dilanjut ya...

Friday, 11 April 2025

Random : My Daily Activity

Assalamualaikum. 

Sudah lebih dari pukul 21.00 WIB, aku dan suami baru selesai print materi-materi workshop homeschooling , persiapan besok kelas online Sina sudah dimulai kembali. Ada kelas pengganti sebelum libur yang diselenggarkan besok, sehingga Sina masuk lebih awal, dijadwal sih seharusnya lusa hari Senin tanggal empat belas April 2025. Aku tak ada ide untuk bahan menulis di blog, maka aku coba menulis kegiatanku seharian ini.

Semalam aku kurang tidur, Hana batuk-batuk beberapa kali terbangun dan sempat muntah. Sekitar pukul tiga dini hari Hana terus-terusan minta dipijat perut atau kakinya. Setiap tanganku berhenti memijit atau mengusapnya, dia terbangun. Aku sudah terlanjur terbangun ya sudah sekalian ga tidur lagi. Menjelang subuh aku pindah ke kamar sebelah, gogoleran, tiba-tiba Bana menghampiri dan tiduran di sebelahku. SEkalian saja kusuruh untuk ke kamar mandi untuk pipis, cuci muka dan wudhu. Beberapa menit kemudian terdengar suara yang loncat ke kasur bawah, Sina sudah pasti, Sina terbangun juga. Saat adzan shubuh berkumandang mereka berdua sudah siap sholat. 

Selesai sholat aku langsung ke dapur. Merendam beras ketan untuk dijadikan ketan susu keju nanti siang, mencuci beras dan memasak nasi, juga membuat bubur untuk Hana yang sedang sakit. Aku sebenarnya kurang suka memasak bubur manual di panci. Dulu saat masih punya magic com digital yang ada menu membuat bubur, rasanya simple sekali. Tinggal masukin beras yang sudah dicuci, tambahkan air, garam dan bumbu aromatik. Atur menu dan mulai memasak. Tingg menunggu matang. Sementara memasak dengan panci aku harus sering-sering mengaduk juga sesekali menambahkna air. Aku juga memasak sayur kacang merah permintaan suami dua hari lalu namun baru sempat ku masak hari ini. 

Kami sarapan, ada yang makan nasi plus sayur kacang marah, ada yang memilih bubur plus abon ayam dan bawang goreng. Aku sendiri memilih sarapan bubur plus bawang goreng dan kecap. Selesai sarapan, aku mencuci baju di mesin cuci sambil sesekali menemani Hana yang sedikt-sedikit memanggil. Membereskan bekas sarapan, mencuci piring dan membuang sampah dilakukan oleh suamiku. Sina dan Bana juga mencuci piring mereka sendiri. Aku kemudian memandikan Hana, dan menonton Preman Pensiun di Youtube. Saat suami dan anak-anak sholat Jum'at, aku memasak untuk makan siang, hanya menggoreng tahu dan ikan asin sepat. Nasi putih dan sayur kacang merah yang tadi pagi masih ada. 

Sore hari ba'da Ashar, aku keluar sekejap bersama suami, ke supermarket membeli Kiranti karena tamu bulananku datang hari ini. Juga melengkapi beberapa bahan makanan yang sudah habis. Pulangnya, kami mampir jajan ubi Cilembu panggang. Pas sampai rumah, pas hujan. Alhamdulillah ga kehujanan di jalan. 

Aku baru teringat ada beras ketan yang kurendam sejak subuh, lupa belum ku masak. Aku juga baru teringat tadi lupa mengambil daun pandan di nursery, juga lupa membeli keju saat di supermarket. Sepertinya aku oleng karena tak tidur siang. Abis Maghrib, aku naik motor sebentar ke minimarket sebelah bersama Bana. Pulangnya langsung memasak beras ketan di magic com. 

Setelah shalat isya kami sibuk. Aku memilih beberapa file materi workshop homeschooling dan suami menge-print-nya. Aku juga sambil ngoprek Canva mencoba membuat cover journal. Hana yang masih batuk-batuk tiduran di sofa sambil menonton tv, sementara Sina Bana main gasing. Sekitar pukul 20.30  kami memulai rapat keluarga. Biasanya dilakukan setelah sholat Isa, namun karena kami ada kesibukan jadi kami mundurkan tepat sebelum tidur. Saat aku ke dapur, aku melirik magic com dan tenyata dari tadi posisi tombolnya di 'warm' dong. Beras ketan yang sudah kucbayangkan akan ku nikmati setelah analk-anak tidur ternyata masih berbentuk beras. Hehe. 


Thursday, 10 April 2025

Aku Kecil, Dipeluknya

Assalamualaikum

Salah satu yang wajib aku syukuri dari suamiku adalah bagaimana caranya memeluk anak kecl di dalam diriku. Banyak hal-hal di masa lalu, yang aku inginkan tapi aku belum sempat memilikinya, yang aku sukai tapi aku tak bisa mempunyainya, yang aku benci tapi aku tak bisa menghindarinya, saat ini satu persatu tanpa sadar diwujudkan oleh suamiku. 

Aku waktu kecil tak pernah punya kamar sendiri, sekamar berdua dengan kakakku. Aku selalu iri melihat kamar-kamar anak di sinetron yang ku tonton. Punya kamar sendiri dengan kasur yang empuk, selimut tebal motif kartun, boneka kecil yang banyak dan boneka besar yang bisa dipeluk. Aku tak punya itu semua. Pernah suatu waktu, saat liburan Idul Fitri, saudara-saudara berkumpul di rumah nenek kami di kampung. Banyak orang, beratus orang kalau hadir semua. Sebagian besar mereka adalah the have yang datang menggunakan mobil pribadi dan membawa segala kebutuhannya di dalam mobilnya. Salah satu sepupuku, membawa boneka beruang besar berwarna coklat. Aku iri sekali, ssepupuku baik bersedia meminjamiku boneka itu, aku diperbolehkan memeluk dan menggendongnya. Sampai saat mereka akan pulang, boneka tersebut ada di salah satu kamar di atas tumpukan bantal-bantal. Aku tahu, tapi aku sengaja tak memberi tahu bahwa bonekanya masih di kamar. Mereka pergi, boneka sepupuku tertinggal. Aku bahagia sekali. Malam itu dan besoknya aku serasa memiliki boneka itu, ku bawa tidur, ku peluk-peluk. Dua hari kemudian boneka itu dibawa sepupu yang lain untuk diantarkan ke pemilik aslinya. Aku sedih tapi ga terlalu, aku sudah cukup bahagia bisa 'memiliki' bonka itu selama dua hari. Saat ini, saat aku sudah memiliki anak seusiaku waktu itu, aku punya boneka beruang besar warna coklat muda. Alhamdulillah.

Aku waktu kecil, aku senang sekali ke toko buku. Melihat-lihat alat tulis yang lucu-lucu, buku diary, kertas surat dan lain-lain. Aku selalu ingin memiliki penghapus wangi bentuk buah berwarna-warni, stabilo, tempat pensil unik, tapi saat itu keuangan keluarga kami terbatas, Ibu Bapak tetap membelikanku secukupnya. Aku pernah dibelikan buku diary, aku memilih diary hijau bergambar boneka dan kakakku memilih buku diary warna pink bergambar wanita berambut panjang. Aku sayang-sayang, aku jarang menulis di buku diary tersebut karena takut kertasnya cepat habis. Untuk menulis curhat-curhatan aku memilih di buku biasa. Dulu aku juga senang mengoleksi kertas surat. Ada satu dua yang sengaja dibelikan, sisanya ada yang ngasih. Saat ini, aku sering diajak suamiku ke toko alat tulis. Saat di Bandung, bahkan ke borma aja yang kutuju adalah bagian stationery. Di Cianjur ada toko buku AA yang stationery nya cukup lengkap. Suamiku hanya butuh membeli kertas A4 untuk printer, tapi beliau membiarkanku berkeliling dan memasukkan apapun yang kumu ke dalam keranjang. Aku mengambil pulpen, correction pen, kertas binder yang bergaris, kotak, polos dan titik. Aku juga mengambil pensil warna 48 warna yang pernah aku inginkan sewaktu kecil dulu. Bahkan saat Idul Fitri kemarin, aku mengusulkan untuk membagikan alat tulis lucu-lucu ke keponakan-keponakan sebagai pengganti angpau, dan suami setuju. Aku bahagia sekali memilih notes book mini, pulpen berwarna pastel, penggaris, penghapus berbentuk buah, pensil  bergambar karakter anak, rautan pensil dan pouch untuk kemasannya. Di lain waktu aku juga bebas belanja online, membeli stiker lucu-lucu, lem, washi tape, dan lain-lain. Sekarang aku punya sekotak alat-alat tulis khusus milikku, yang berbeda dari milik anak-anak.  Alhamdulillah. 


Wednesday, 9 April 2025

Sebuah Puisi

Assalamualaikum. 

 Halaman Jurnal, Selembar Kertas Tak Ternilai



Di antara baris-baris tak terisi

Aku mencoba menemukan ruang untuk bermimpi

Merencanakan langkah-langkah kecil

Menuju tujuan yang besar, yang dimulai di bulan April


Setiap hari aku akan mencatat

Keseharian yang penuh warna akan terlihat

Senyum, tangis, suka dan duka

Juga dokumentasi kegiatan mereka


Menjurnal, mengikat kenangan

Merefleksi diri, bukan sekedar cerita karangan

Bukti perjalanan waktu

Bagaimana aku di rumah sebagai seorang guru


Jika saatnya evaluasi membuat gundah

Aku bisa melihat kembali jejak jejak langkah

Apa yang telah kulakukan dengan baik

Apa yang perlu diperbaiki tanp harus putar balik


Semoga dengan rutin menjurnal

Aku bisa menjadi ibu yang handal

Sekaligus seorang pendidik yang profesional

Dengan lebih bijak, tanpa harus keteteran jadwal

 

Cianjur, 9 April 2025

Puisi ini dibuat dalam rangka setoran tugas pertama kelas Menjurnal Bersama Teman. Kelas ini diselenggarakan oleh seorang mama homeschooler bernama Mbak Nely. Beliau memang sering sharing tentang jurnal homeschooling dan kesehariannya. Aku yang kadang merasa masih susah mengatur waktu dan menyusun prioritas, tertarik bergabung dengan kelasnya. Sebelumnya aku pernah beberapakali mencoba menjurnal, namun masih kurang konsisten. Semangat di awal namun lama-lama makin jarang dan kemudian berhenti. Di kelas ini banyak sesama praktisi homeshooler yang juga belajar menjurnal. Insyaallah kami akan bisa saling menginspirasi dan memotivasi. 

Tugas pertama kemarin sebenarnya adalah menuliskan niat dan tujuan mengikuti kelas Menjurnal Bersama Teman. Tapi aku iseng-iseng membuatnya dalam bentuk puisi. Aku tidak mengerjakannya sendiri, aku dibantu suami dan anak-anak. Beberapa kali aku bertanya apa kata-kata yang tepat di akhir kalimat agar puisiku berima. Setelah selesai, aku meminta suamiku membaca dan mengoreksinya. Beliau menyarankan kata 'ratu' di bait ke tiga diganti dengan 'guru', karena bagaimanapun aku memang seorang guru untuk anak-anakku. 

Aku bukan seorang yang suka membuat puisi, tapi entah mengapa kemarin tiba-tiba ingin menuliskannya dalam bentuk puisi. Justru suamiku yang dulu sering membuat puisi, bahkan sejak SMP beliau memiliki satu buku tulis khusus untuk menulis karya puisinya. Aku masih menyimpannya hingga kini, sesekali ku buka. Entah kapan beliau terakhir menulis puisi. Mungkin saat ini fokusnya adalah bagamana kami sekeluarga bisa hidup nyaman tanpa kekurangan sesuatu apapun. 




Monday, 7 April 2025

Just Wondering ... (2)

Assalamualaikum.

Aku mau lanjut cerita tentang teteh X dan aa Y ya...

Selain masalah makan yang dibeda-bedakan, ternyata anak-anak teteh X juga mengalami KDRT, terutama anaknya yang paling kecil. Suatu waktu, teteh X meminta tolong adiknya yang tinggal beda kota untuk mengirimkan obat. Teteh X mengirimkan foto anak bungsunya dengan mata bengkak memar keunguan. Saat itu teteh X bilang kalau anaknya jatuh kejedug sudut meja. Berbulan kemudian saat si an bunsu bertemu dangan tantenya (adiknya teteh x), si anak tersebut cerita bahwa waktu itu dia tidak jatuh kejedot meja, tapi dipukuli sama ayah tirinya alias teteh X. Ketika ditanya alasannya, katanya aa Y hanya bilang "ga suka aja lihat muka kamu, bibir kamu jelek." Jika teteh X sedang bekerja ( saat itu teteh x menjadi buruh cuci gosok di komplek perumahan dekat tempat tinggal mereka), maka si anak bungsu selalu disiksa. Kadang dipukul punggungnya tiba-tiba. Pernah juga ditendang ketika sedang tidur. Bahkan kaki dan tangannya ditusuk-tusuk jarum. Sang anak menceritakan ini sambil menangis kepada tantenya, dan menurut tantenya terlihat jelas si anak memiliki trauma.

Lama kelamaan teteh X mengetahui apa yang terjadi pada anak-anaknya dan memutuskan untuk ngontrak, tapiii meminta bantuan anak sulungnya menemani di kontrakan, karena teteh X akan tetap tinggal bersama suaminya. Katanya, ingin menyelamatkan anak-anaknya tapi juga ingin menyelmatkan rumah tangganya. Saat kekerasan terparah terjadi kepada anak bungsu, semua orang di sekitar teteh X sudah meminta teteh X untuk pergi menjauh dan lapor polisi. Adiknya teteh X sudah meminta bantuan rekannya yang satu kota dengan teteh X untuk membantu melaporkan ke komnas perlindungan perempuan dan anak juga laporan ke polisi. namun teteh X meminta menghentikan semuanya dengan alasan kasihan anak-anak kandung aa Y kalau sampai aa Y di tangkap polisi atau apalah.

Singkat cerita teteh X mengontrak rumah untuk anak-anaknya, bersama anak sulung yang sengaja didatangkan dari kampung halaman. Untuk biaya transport anak sulung dari kampung halaman ke kota itu dan untuk bayar kontrakan, teteh X meminjam dari adiknya dengan kesepakatan dicicil selama 4 bulan (yang ternyata sampai dua tahun). Pernah adiknya mengirimkan makanan via ojeg online karena teteh X dan anak-anak sudah dua hari tidak makan. Beberapa bulan kemudian anak-anak teteh X kembali ke rumah aa Y karena sudah tidak bisa lanjut bayar kontrakan. Si anak sulung kembali ke kampung halaman.

Teteh X berusaha tidak meninggalkan anak-anaknya bersama aa Y, tapi tetap saja KDRT itu kembali terjadi. Entah apa yang ada di pikiran teteh X hingga tetap bertahan bersama aa Y setelah semua hal yang terjadi. 

Hingga anak kedua teteh X mendapat beasiswa di sebuah boarding school ternama di kota tempat tinggal adiknya teteh X. Teteh X dan kedua anaknya yang selama ini ikut bersamanya pindah ke kota itu, tinggal dekat adiknya. Kepada adiknya teteh X menceritakan sudah lepas dari aa Y, adiknya menganggap mereka bercerai. Teteh x masih tetap pergi ke kota sebelumnya setiap weekend karena ada kerjaan menjahit, dan itu menjadi satu-satunya penghasilan teteh X karena di kota baru belum mendapat pekerjaan. 

Namun, suatu waktu teteh X pergi ke kota lama untuk menjahit, bos nya mengubungi adik teteh X dan menceritakan bahwa selama ini teteh X masih menemui aa Y, sering terlambat datang bekerja dan tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Bahkan sudah kembali tidur bersama. Sang adik menghubungi teteh X dan menanyakan hal itu, ternyata benar. Tentu sang adik kecewa sedalam-dalamnya, menegurnya dan mengingatkan apa yang telah teteh X dan anak-anaknya lalui selama ini. Namun teteh X tidak terima, merasa adiknya menggurui dan terlalu ikut campur. Mereka bertengkar hingga tak saling berhubungan beberapa minggu. Yang membuat adiknya memutuskan untuk berhenti menghubungi teteh X adalah karena sebuah pesan yang dikirim aa Y. Sang adik dimaki-maki, dibilang jangan ikut campur, disumpah serapahi dengan kata-kata terkasar yang pernah sang adik dengar, bahasa-bahasa kebun binatang bahkan kata terkasar yang sangat menyakitkan hati.  Anak-anak teteh X yang kalau weekend biasanya dititipkan di rumah sang adik selama teteh X ke kota lama, saat itu tidak lagi. Mereka di tinggal berdua di rumah kontrakan, sampai suatu hari suami sang adik mendapatkan foto bahwa kedua anak teteh X ang dikontrakan sedang makan di rumah tetangga. Meski sangat benci dengan keputusan teteh X begitu, sang adik tidak tega kepada anak-anaknya. Sang adik rutin mengirimkan makanan setiap teteh X pergi. 

Beberapa bulan berselang, teteh X dan sang adik mulai berkomunikasi kembali meski agak canggung. Namun sang adik sudah memutuskan untuk tak bertanya apapun, tak ikut campur apapun, tidak berkomentar apapun mengenai status teteh X dengan aa Y. Sang adik sudah tidak peduli. Sang adik tetap rutin mengirimkan makanan, sesekali membayarkan tagihan listrik atau mengisi kuota. Tak jarang pula meminjami sejumlah uang tunai. Mesin jahit teteh X satu persatu dijual, untuk mencukupi bayar kontrakan. Tak ada nafkah dari aa Y atau apalah istilahnya. Teteh x pusing sendiri. Sampai kemudian teteh X pindah kontrakan dengan masih menyisakan sisa hutang ke pemilik kontrakan, salah satu mesin jahitnya menjadi jaminan.

Bersambung lagi ya.


Sunday, 6 April 2025

Just Wondering....

Assalamualaikum.
Cerita yang kutulis kali ini mengandung ghibah, silakan di skip. 
Tadi pagi sambil menunggu mesin cuci menggiling pakaian, aku pegang hp, baca-baca threads dan tanpa sengaja aku membaca tentang bagaimana suami memuliakan istri dan istri memuliakan suami, tentang bagaimana hak dan tanggung jawab keduanya, bagaimana seharusnya suami dan istri saling membantu dan memudahkan urusan satu sama lain.
Aku tiba-tiba teringat seseorang yang ku kenal, seorang perempuan berusia menjelang empat puluh tahun (sudah empat puluh tahun pada tahun ini) yang menjalani pernikahan teraneh menurutku. Mereka berkenalan lewat sosial media, aku kurang tahu entah berapa lama mereka saling mengenal sampai akhirnya memutuskan menikah. Si perempuan janda dengan empat orang anak, sebut saja Teteh X. Si laki-laki duda dengan dua anak, sebut saja Aa Y. Sebelum pernikahan, teteh X mengetahui bahwa aa Y mempunyai pekerjaan tetap, sudah memiliki rumah meski rumah yang sederhana. Menurutnya aa Y ini juga sangat sholeh, aktif di suatu jamaah, relawan janaiz, tipe-tipe lelaki berjenggot dan bercelana ngatung. 
Singkat cerita mereka menikah dengan wali hakim. Ayah si Teteh X sudah meninggal, ada uwa nya beda kota yang baru dihubungi (untuk meminta izin dan minta tolong jadi wali) di H-3. Uwa nya yang sudah sepuh tentu saja tidak bisa hadir mendadak keluar kota. Jadi beliau menyerahkan hak wali nya ke wali hakim. Mereka menikah di tempat si laki-laki tanpa ada satupun keluarga si Teteh x hadir. Ibu si Teteh x sebetulnya belum ridho si Teteh x menikah karena calonnya belum terlalu kenal dan menimbang riwayat pernikahan si Teteh x. Namun ibunya hanya bilang terserah saja karena menghindari konflik dengan teteh X. Tak ada pertemuan keluarga, tak ada lamaran, mereka menikah. Acara sangat sederhana di rumah si laki-laki dengan memanggil petugas KuA. Nikah agama saja dengan bukti pernikahan foto-foto dan selembar kertas. Tak ada buku nikah. 
Beberapa hari setelah menikah mereka kembali ke tempat ibu si Teteh x. Ibunya sengaja mengadakan syukuran kecil-kecilan, mengabarkan ke para tetangga bahwa teteh X telah menikah aa Y agar tak ada fitnah, tentu dengan seluruh biaya ditanggung oleh sang Ibu.
Teteh X kemudian membawa kedua anaknya pindah ke rumah aa Y, yang dua lagi tetap tinggal bersama Ibu si Teteh. Tentu saja mereka harus pindah sekolah. Pindahan sekolah semua diurus si aa Y. Namun belakangan baru tahu sekolahnya sangat jauh, alasannya karena itulah sekolah termurah di wilayah sana.
Dari sini penderitaan anak-anak si Teteh X dimulai....
Mereka tinggal di rumah ayah tiri mereka yang hanya memiliki satu kamar. Tak ada kamar lain. Ada ruangan depan yang dijadikan ruang tamu, ruang duduk, ruang jahit (teteh X adalah seorang penjahit, dia membawa mesin-mesin jahitnya dan semua peralatan menjahit saat pindah ke sana). Dua anak teteh X usia sebelas dan sembilan tahun, keduanya perempuan. Tak ada tempat tidur yang layak, mereka tidur di kolong meja potong kain. Di rumah itu juga tak ada kamar mandi. Jadi keperluan mandi cuci kakus ikut ke rumah mertua teteh X. Belakangan anak teteh X cerita kalau mereka sering ditegur agar tidak lama-lama menggunakan kamar mandi dan boros air, padahal baru masuk kamar mandi. 
Jarak tempuh yang jauh dari rumah ke sekolah, membuat anak-anak teteh X harus berangkat pukul lima pagi. Menempuh perjalanan sekitar 7km dengan BERJALAN KAKI. Di awal-awal sang ayah tiri sempat mengantar beberapa kali, pulangnya naik angkutan umum. Sesekali dipesankan ojeg online. Tak sampai sebulan anak-anak teteh X harus berjalan kaki, karena tak diantar dan tak ada uang juga untuk naik angkutan umum atau ojeg online. Mereka tak pernah punya uang jajan. Ayah tiri mereka bekerja serabutan, kalaupun ada uang hanya anak-anak kandungnya yang dikasih uang jajan, mereka tidak. Begitupun dengan makan, jika anak kandung si ayah tiri bisa makan dengan telur dadar atau goreng tahu, anak-anak teteh X hanya makan nasi sisa dengan garam. Teteh X berusaha mencari pekerjaan agar dia dan anak-anaknya bisa makan, karena ternyata suaminya tidak menafkahi dengan layak.

Bersambung

Monday, 31 March 2025

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H

Assalamualaikum. 

Suara bedug bertalu-talu, tanda puasa telah berlalu

Sudah datang hari lebaran, saatnya bermaaf-maafan

Bait pantun di atas adalah pantun yang kubuat untuk tugas sekolah saat SD, takjub sendiri ternyata masih ingat padahal sudah lebih dari dua puluh tahun lalu. Dulu saat aku kecil, memang ada suara bedug yang ditalu sambil takbiran semalaman. Saat ini takbirannya masih ada tapi suara bedug tak ada lagi. 

Aku terbangun pukul 03.15 WIB, alarm-ku memang masih aku set jam segitu untuk persiapan sahur selama bulan ramadhan kemarin.Aku melihat ibu dan kakakku masih sibuk menyelesaikan jahitan. Tapi di dapur sudah matang ketupat, opor ayam, sambal gorng kentang dan kerupuk. Semalam sebelum tidur, aku hanya membantu menggoreng kerupuk dan menggoreng kentang. Aku bahkan tak tahu jam berapa ibu memasak itu semua. Yang aku tahu semalaman ibu belum tidur. Aku segera membereskan dapur. Menyimpan alat masak yang kotor ke tempat cuci piring, mengelap area kompor dan mengepel lantai. Saat aku hendak mencuci piring, keponakanku datang dan langsung mengambil alih mencuci piring. Aku kemudian menyetrika pakaian suami dan anak-anak untuk shalat 'Ied sambil memanaskan air untuk mandi. 

Aku bangunkan Sina dan Bana sebelum adzan subuh, bergiliran mandi dengan sepupu-sepupunya yang lain. Sementara Hana aku biarkan, nanti aku bangunkan terakhir saja.  Sekitar pukul 06.00 WIB kami berangkat ke masjid dekat rumah ibu dan pulang kembali sekitar pukul 07.00 WIB setelah bersalaman dengan semua jamaah sholat 'Ied. Suami dan anak-anak lelakiku sudah pulang duluan. 

Di rumah, kami bersalaman, berpelukan, slaing meminta maaf dan memaaafkan. Part paling sedih adalah ketika aku memeluk ibu, meminta maaf dan tanpa perlu ku minta mengalirlah doa-doa baik dari lisannya. Ibu juga bersyukur anak-anak dan sebagian besar cucunya bisa berkumpul. Akujuga ikut bersyukur bisa mudik kali ini. TAk terbayang wajah sedih ibu andai kami tak jadi mudik. 

Selesai makan bersama kami ke makam. Ada empat makam yang kami kunjungi. Makam ayah kandungku, nenekku, ayah sambungku, dan kakek sambungku. Sementara makam kakek kandungku, kami tak bisa mengunjunginya karena beliau almarhum dimakamkan di tempat pemakaman yang berbeda, sangat jauh. Kakek sambungku dan ayah sambungku, tak pernah sekalipun aku merasa mereka almarhum seperti ayah dan kakek sambung, aku merasakan kasih sayang mereka, perilaku mereka, support mereka, sama seperti ayah kandungku. 

Pulang dari makam, kami berkeliling ke kampung sebelah, berkunjung ke saudara- saudara dari pihak ibu. Tapi kemudian aku dan suami ijin pulang duluan. Aku khawatir pinggang suamiku yang belum betul-betul pulih akan terasa sakit jika terlalu lama berjalan kaki. Kami menghabiskan siang di hari raya ini dengan tidur siang. Semuanya tidur siang. 

Aku menulis ini sambil menunggu ayah mertuaku datang. Beliau ke sini sekalian menjemput kami. Sore ini kami akan kmbali ke Bandung. Aku sebenarnya sangat sedih. Aku merasa waktu dua hari di sini sangat kurang. Aku ingin sedikit lebih lama bersama ibu. Aku ingin membantunya membereskan printilan menjahit yang belum selesai. Aku ingin membantunya membersihkan rumput di rumah kaler yang meskipun sudah disemprot obat rumput namun rumputnya masih tetap tumbuh tinggi. Aku juga belum sempat bercerita banyak. Namun, saat ini kewajibanku adalah mengikuti ajakan suami. Maka aku tetap akan ikut ke Bandung, meski dengan berat hati. 

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriah, everyone. Mohon maaf lahir dan batin ya. 



Sunday, 30 March 2025

Alhamdulillah Mudik.

Assalamualaikum.

Hari jum'at pekan kemarin, suami kembali terapi. Rekannya datang menjemput sekitar pukul sembilan pagi saat aku sedang memberi makan kucing-kucing di dekat gudang workshop. Suami kembali sekitar pukul 10.30 WIB. Katanya, hari itu tak banyak pasien jadi bisa selesai lebih cepat, alhamdulillah.

Ku lihat kondisinya jauh membaik, meski masih miring tapi terlihat derajat kemiringannya berkurang. Saat kutanya apa yang beliau rasakan, beliau menjawab alhamdulillah lebih nyaman meski masih ada rasa sakit dan pegal. Mungkin melihat dan merasakan kondisinya yang jauh lebih baik dari sebelumnya, suami memtuskan kita akan mudik besok. Yeay alhamdulillah. Aku sebenarnya tak seantusias itu, aku malah berpikir berlebaran di mess juga bukan hal yang buruk. Tapi ya alhamdulillah.

Sabtu sekitar pukul sebelas siang mobil sudah terparkir di depan mess kami. Kami berencana berangkat setelah dzuhur, namun suami memang meminta supir untuk memarkirkan mobil di depan mess sejak sebelum dzuhur agar kami leluasa loading barang ke bagasi. Bawaan kami sangat banyak, bagasi penuh. 

Pukul 13.15 kami berangkat. Berharap perjalanan mudik kali ini lancar, diberikan keselamatan dan keberkahan. Berharap jalanan tidak macet  seperti yang kami lihat di live tiktok beberapa akun kreator. Tapi aku sudah pasrah, kalau harus terjebak macet ya ga apa-apa, nikmati saja. Alhamdulillah area pabrik terdekat yang biasanya merupakan titik macet saat bubaran karyawan pabrik, kali ini kosong, ga ada kepadatan kendaraan sama sekali. Hingga kami hampir sampai di perbatasan Cianjur- Bandung Barat, Hana tiba-tiba ingin ke toilet. Kami belok ke rest area tepat di sebelah jembatan Rajamandala. Setelah hajat Hana terpenuhi, kami melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah kondisi lancar cenderung sepi sampai kami lewat Situ Ciburuy, dan Bana ingin ke toilet. Oh ya, saat Hana ke toilet sebelumnya, Sina Bana tidak ikut turun karena tertidur pulas. Kami mampir ke minimarket terdekat, ijin numpang ke toilet sekaligus jajan. 

Foto wefie, kirim ke ibu dan mamah, bilang kalau kami sudah berangkat

Ketika kami di tol padalarang, Hana kembali ingin ke toilet. Kami belok ke rest area km berapa ya, lupa. Ternyata rest area di sini penuh, kami bahkan tak dapat parkir. Aku dan Hana turun dan langsung ke toilet, sementara mobil memutar dan kembali. Keluar tol Cileunyi ada sedikit kepadatan tapi bukan yang macet sangat. Mobil masih bisa bergerak perlahan. Itupun hanya beberapa ratus meter, selanjutnya lancar kembali sampai masuk ke Garut. Dan kali ini giliran Sina, yang baru bangun tidur, ingin ke toilet. Kami mampir kembali ke minimarket. Saat itu sudah hampir pukul 17.00 dan kupikir tak akan sempat jika mengejar berbuka puasa di rumah ibu. Kami memutuskan mampir dulu ke tempat makan untuk berbuka puasa. Inginnya mie gacoan atau wizzmie. Ternyata Wizzmie belum ada di Garut, sementara mie gacoan lokasinya jauh dari kami saat itu. Setelah mencari di google maps, kami memutuskan untuk buka puasa di Mie Gamala, kedai mie lokal yang konsepnya mirip sama MIe Gacoan, kebetulan lokasinya searah jalan kami menuju rumah ibu. 

Mirip Gacoan banget, kan?

Saat pertama kali mobil masuk ke area parkir, terlihat sekali mirip dengan Mie Gacoan. Fasad depan atas berbentuk segitiga khas Gacoan. Bagian dalamnya luas, meja-meja dan kursi-kursi kayu tertata rapi. Sebelah kiri ada juga meja-meja cor-an, area outdoor. View-nya sawah dan kebun. Sore itu langit cerah, cantik sekali. Meja tempat memesan dan membayar di sisi kanan depan dan memanjang sampai ke dapur. Di meja ada tulisan Mie Gamala, sama lagi seperti Gacoan. Ada toilet yang cukup banyak juga area wudhu dan mushola yang nyaman. 

Foto diambil dari pintu masuk.

Plafon-nya. Ada burung-burung yang berterbangan juga.
Sayangnya tidak terlihat di kamera.


Saat itu kami datang sekitar pukul 17.30 sore. Pengunjung hanya sedikit, ku lihat hanya ada tiga atau empat meja yang terisi. Saat kami menunggu makanan kami datang, pengunjung mulai ramai, hampir di jam buka puasa. Harganya, di bawah gacoan. Rasanya, menurutku di bawah Gacoan juga. Tapi menurut anak sulungku, mie originalnya lebih enak dari mie suit Gacoan. Enaknya di sini, kita bisa pesan mie pedas level 1 atau level lainyya, tapi dengan cabai dipisah. Jadi kita bisa atur sendiri seberapa pedas makanan kita. Sayangnya aku lupa untuk ambil foto makanan kami. 

Area outdoor di foto dari depan mushola..

Selesai makan dan sholat maghrib, kami melanjutkan perjalanan ke rumah Ibu. Alhamdulillah kami sampai sekitar pukul 20.00 WIB. Anak-anak terlihat lelah dan ngantuk namun masih semangat karena bertemu dengan sepupu-sepupunya. Begitu pun aku, meski lelah, tapi akubahagia karena bisa bertemu Ibu. Alhamdulillah. 
Selamat mudik dan berkumpul bersama keluarga, everyone.

Friday, 28 March 2025

Kelas AHA PAUD : Kecemasan Homeschooling

Durasi Belajar Mengajar

Di sekolah, biasanya anak belajar sekitar enam sampai sembilan jam. Dengan homeschooling anak tidak perlu duduk belajar selama itu. Semuanya disesuaikan dengan karakter anak dan keluarga, kebutuhan dan keadaan. Bisa fleksibel. Tapi anak usia dini perlu keteraturan. Usahakan waktu belajarnya tetap sama tapi fleksibel. Berpatokan pada rutinitas. Misalkan jadwal belajar membaca jam 10.00 , sebelum itu anak harus sudah mandi, sudah sarapan, sudah bergerak (motorik kasar). Setiap hari tidak tepat jam 10.00 tidak apa-apa, tapi pastikan semua rutinitas sebelumnya sudah terlaksana. 

Untuk anak usia dini, tidak semua hal harus diajarkan. Kita bisa mengurangi waktu belajar untuk hal yang tidak memerlukan pengawasan seperti membaca buku atau mengeksplorasi sesuatu. Ini juga bisa sekaligus melatih kemandirian anak. 

Sesi belajar anak juga sebaiknya terbagi dalam beberapa sesi. Sesuaikan dengan rentang fokus anak sesuai usia mereka yaitu dua sampai tiga kali usia mereka. 

Fokus Kegiatan

Untuk anak usia dini, yang bisa kita lakukan adaah membersamai dalam permainan, menceritakan kisah, memberi teladan, memaksimalkan tumbuh kembang, dan membiasakan kebiasaan baik. 

Jadwal

Sebaiknya fokus kepada target, bukan jadwal. Akan ada hari-hari dimana jadwal belajar harus menyesuaikan kondisi atau proses belajar memerlukan waktu yang lebih lama dari biasanya, atau melah lebih cepat. Asah kepekaan tentang cara belajar anak, gaya hidup keluarga kita, kemudian evaluasi. Setiap keluarga pelaku homeschooling memiliki gayanya sendiri. Jadi tidak perlu meniru jadwal belajar keluarga homeschooler lainnya.

Menentukan standar pagi-siang-sore

Pagi setiap keluarga pasti berbeda-beda. Tapi standar pagi minimal setiap keluarga muslim adalah pemenuhan hak ibadah dan fisik setiap anggota keluarga.  Berikut contoh standar pagi-siang-sore di kelas AHA PAUD.


Biaya Homeschooling

Biaya homeschooling sangat bergantung pada usia anak, kebutuhannya dan budget. Perhatikan gaya belajar yang banyak dipilih anak sebelum memutuskan memilih program atau membeli apapun. Di keluarga kami, pengeluaran homeschooling terbesar adalah beli buku. Kemudian karena anak-anak kami mengikuti kelas online dari PKBM maka ada biaya yang harus dibayarkan setiap semester. Pengeluaran selanjutnya adalah field trip dan playdate, meski tidak rutin. Kemudian biaya belajar ibu atau ayahnya, seperti mengikuti workshop anak usia dini ini. 

Bersambung 


Thursday, 27 March 2025

Kelas AHA PAUD : Kurikulum Pendidikan Anak Muslim 0-3

Assalamualaikum.

Homeschooling adalah gaya hidup, anak belajar dari bangun tidur sampai tidur lagi bersama-sama dengan kita orang tuanya atau para pengasuhnya. Tentu saja kita pun perlu terus belajar. Ilmu pengetahuan terus berkembang, pun anak-anak kita yang setiap hari bertumbuh, mau tidak mau kita dipaksa untuk terus belajar apa yang menjadi kebutuhan anak-anak kita. Mengajar anak usia lima tahun tentu berbeda dengan anak kelas lima SD. 

Untuk kurikulum pendidikan anak usia dini, sudah ada panduannya di Standar Isi Pendidikan Anak Usia Dini dari pemerintah. Ini dapat kita gunakan sebagai ceklis standar perkembangan. Tapi sebagai keluarga muslim ada beberapa prinsip pendidikan diniyah yang perlu dipertimbangkan.

  • Memilih waktu yang tepat
  • Memilih tempat yang tepat
  • Sesuai dengan usia pertumbuhan anak
  • Memanfaatkan kesempatan/ momen
  • Menyambut baik ketika anak ingin belajar (contoh: shalat)
  • Mendekati sebelum bicara kepada anak
  • Menghadap anak sebagai lawan bicara’
  • Menenangkan anak sebelum bicara (ingat: Maslow sebelum Bloom? Ini sudah diajarkan Rasulullah)
  • Menyapa dengan nama asli
  • Menyentuh secara fisik
  • Menyampaikan dengan perlahan
  • Menggunakan isyarat (mengurangi bicara/ cerewet)
  • Menjelaskan dengan ilustrasi (realia)
  • Menjadi teladan dan mencontohkan dengan perbuatan
  • Memberikan perbandingan sesuai usia anak
  • Memilih istilah yang halus untuk perbuatan tercela
  • Memberi kesempatan bertanya
  • Memberikan pujian terhadap pertanyaan yang bagus
  • Tidak menjawab jika tidak tahu
  • Terbuka ketika diingatkan
  • Lemah lembut
  • Memperhatikan respon terhadap ucapan dan perbuatan
  • Perhatian terhadap kehadiran anak
  • Memuliakan jika anak memiliki keutamaan
  • Memberikan kemudahan
  • Mempelajari sesuatu yang mudah terlebih dulu
Sumber: Bersama Rasulullah Mendidik Generasi Idaman, Dr. Fadhl Ilaihi, Pustaka Imam Syafii, 2010

Dan beberapa nasihat yang diambil dari kitab parenting Islami, Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan. Sepuluh wasiat pertama di bawah adalah wasiat Utbah bin Abi Sufyan kepada Abdush Shamad, pendidik anak-anaknya. Beliau menginginkan agar sang pendidik dapat:

  • Memperbaiki diri sebelum mendidik adab.
  • Menjadi pendidik yang menyenangkan.
  • Mengajarkan Qur’an dan hadits.
  • Mengajarkan syai’r-sya’ir yang penuh hikmah, namun tidak menjauhkan dari ibadah.
  • Menggunakan kalimat yang dipahami anak.
  • Menyelesaikan pelajaran yang telah dimulai hingga benar-benar paham dan tidak terburu-buru loncat ke bab selanjutnya/ materi lain.
  • Mengajari anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
  • Melatih anak memilih tauladan/ idola yang baik adabnya.
  • Menguatkan anak untuk menjauhi ikhtilat, terutama setelah baligh.
  • Bersemangat dan menghindari bersantai-santai dalam mendidik.
Selanjutnya adalah nasihat dari Harun bin Muhammad dari Bani Abasyah
  • Membacakan Qurán kepada anak dengan bacaan yang bagus.
  • Memberikan berita-berita yang bermanfaat.
  • Meletakkan kalimat pada tempatnya (ilmu komunikasi).
Kemudian nasihat Syuraih Al Qadhi
  • Mendidik anak tepat waktu dalam mendirikan shalat. 
  • Menasehati dengan nasehat yang mendidik dan cerdas
Kemudian Muawiyah bin Abi Sufyan menyebutkan beberapa hal penting lain yang perlu diajarkan ke anak
  • Mempelajari bahasa Arab.
  • Mempelajari nasab.
  • Mengetahui ilmu tentang perbintangan.
  • Bersikap kritis dan mampu melontarkan pertanyaan kritis dan berkualitas.
  • Mendidik hati untuk berusaha memahami.

Lalu, Abdul Malik bin Marwan menekankan 2 hal yaitu:

  • Mengajari kejujuran seperti mengajarkan shalat
  • Membiasakan anak untuk berada dalam lingkungan orang-orang yang beradab baik.

Terakhir, yaitu dari Umar bin Abdul Aziz bin Umar bin Khatab

  • Latihan fisik itu sangat baik, selama waktunya tepat.
  • Hindari terlalu banyak tertawa karena mematikan hati.
  • Cerdaslah memilih mainan yang tidak melalaikan dari mengingat Allah, seperti alat musik, karena bisa menumbuhkan penyakit nifaq dalam hati. 

Wednesday, 26 March 2025

Mudik Yang Tertunda

Assalamualaikum.

Saat ini seharusnya kami sudah di Garut, mudik ke rumah ibu. Jika kami di sana, mungkin sore ini kami sedang gogoleran di rumah kaler, memilah milih koleksi buku atau sekedar ngariung  main monopoli. Mungkin juga aku sedang membantu ibu ngadedel atau pasang kancing. Anak-anak mungkin bermain bola plasti di halaman rumah ibu yang cukup luas atau main ucing sumput bersama anak-anak tetangga. Qadarullah, kami harus menunda mudik dan sementara tetap di mess di Cianjur

Ayah sudah libur sejak tanggal enam belas maret, tapi masih ada pekerjaan lain yang ber-deadline  tanggal dua puluh empat maret, namun bisa dikerjakan dimana saja. Sina masih ada kelas zoom sampai tanggal dua puluh satu, sementara bunda masih ada beberapa jadwal kelas online. Rencananya kami akan mudik setelah semua pekerjaan selesai, agar bisa mudik dan liburan dengan tenang

Tanggal dua puluh empat dini hari, sekitar pukul 02.00 suami membangunkanku. Ku kira aku terlambat menyiapkan makan sahur, tapi ternyata suami bilang kalau pinggangnya sakit. Aku kaget, takuuuut banget tulang belakangnya yang dulu pernah bergeser, bergeser lagi. Aku segera mengecek, memperhatikan postur suamiku baik-baik dari kepala sampai kaki. Selewat pun aku sudah bisa melihat, posturnya ga normal, pundak bagian kanan terlihat lebih rendah dan kaki kanan terlihat lebih pendek. Kekhawatiranku ternyata benar, pinggangnya miring dan tulang belakangnya terlihat belok. Bergeser lagi. Ya Allah

Suamiku segera menghubungi salah satu rekannya, meminta tolong diantar ke terapis tulang di warungkondang. rekannya belum merespon sampai azan subuh tiba. Suami sempat mengirim pesan ke terapisnya dan baru dibalas pagi sekitar pukul enam. Qadarullah, terapisnya pun sedang sakit sehingga hari itu tidak buka praktik. Suami teringat beberapa rekannya pernah terapi pijat atau urut di pengobatan alternatif di sebuah pesantren di Tajur Halang. Suami belum pernah ke sana sehingga belum tahu lokasinya. Beliau kemudian menghubungi rekannya yang lain dan meminta tolong diantar ke sana. Alhamdulillah sekitar pukul 10.00 rekannya menjemput

Setelah suami berangkat, aku gelisah, sedih dan sangat merasa bersalah. Malam sebelumnya aku ketiduran di sofa, aku tertidur dalam kondisi kesal dan marah. Aku marah ke anak-anak tapi semua orang aku judesin, termasuk suami. Malam itu bahkan suami yang membereskan meja makan setelah berbuka puasa. Aku menangis tersedu-sedu, aku merasa aku sedang dihukum. Astagfirullah.

Sekitar pukul 11.30 suami mengirim pesan, beliau masih antri karena ternyata pasien di tempat itu cukup banyak. Sebenarnya aku mengajaknya ke dokter, mungkin nanti akan perlu fisioterapi atau apalah, tapi suami menolak. Beliau ingin tetap ke pengobatan alternatif saja. Sambil menunggu terapis tulangnya buka praktik lagi, suami memilih berobat dulu ke sana. Sekitar pukul 14.00 suami pulang. Beliau bercerita proses terapinya, cerita obrolannya dengan sang terapis, dan tentu saja cerita apa yang beliau rasakan. Aku melihat posturnya masih sama seperti tadi sebelum berangkat. Tapi Alhamdulillah, menurut beliau rasa sakit dan pegalnya berkurang. Beliau juga dibekali minyak herbal untuk diminum dan dibalur.

Kami menghubungi keluarga di Garut dan Bandung, mengabarkan kondisi suami dan kemungkinan kami menunda mudik. Seluruh keluarga mendoakan agar suami segera sembuh, lancar terapinya dan tidak mempermasalahkan kami yang menunda mudik atau bahkan mungkin tidak bisa mudik.

Persediaan beras dan bahan makanan kami nyaris habis, sengaja aku menyiapkannya agar cukup pas sampai kami berangkat mudik. Kardus sembako yang sudah kami kemas untuk kami bawa ke Garut, aku bongkar. Aku juga ke pasar, kembali menyiapkan stok lauk dan sayuran di kulkas. 

Meski sedih karena tidak jadi mudik kemarin, aku bersyukur kami diberi kesempatan berkumpul keluarga kecil kami lebih lama. Kami bisa bersama dua puluh empat jam, bermain board game, menonton serial bersama, masak-masak bersama. Suami bahkan tetap terlibat walaupun dengan kondisi duduk diganjal bantal atau tiduran. Aku juga bersyukur bisa dapat THR dari Aa penjual ayam di pasar, aku tidak akan kebagian jika aku sudah mudik, ya kan? Sina juga bisa menyelseaikan tilawahnya, kalau di garut biasanya sudah terdistraksi karena banyak saudara-saudara berkumpul. Bana juga bisa sempat ke tukang cukur, rambutnya ga rancung lagi saat lebaran nanti. Baju Hana yang belum selesai dijahit juga insyaallah bisa selesai terjahit. Insyaallah ada hikmah dibalik musibah.

Tapi aku merasa ada kesamaan waktu kambuhnya si tulang belakang suamiku itu. Selalu pas suami mau bepergian jauh atau lama. Yang pertama kali terjadi seminggu sebelum suami dinas ke Kuala Lumpur. Saat itu alhamdulillah langsung tertangani dan hasil rontgen juga menunjukkan tulang belakangnya sudah kembali ke tempatnya sehingga suami tetap bisa berangkat meskipun harus memakai belt  penyangga di pinggangnya. Yang kedua, aku ingat betul, kambuh empat hari sebelum suami berangkat ke Malang. Alhamdulillah saat itu juga langsung tertangani dan suami bisa tetap berangkat meski,ya, pakai  belt penyangga lagi. Nah, kali ini, kambuh tepat sehari sebelum kami berangkat mudik. Aku sempat berkomentar kenapa sih asa pas aja waktunya, seprti ada yang menghalangi rencana perjalanan suami. Tapi suami segera mengingatkanku untuk menepis pikiran-pikiran seperti itu.

Doakan suamiku ya, semoga segera pulih, tulang belakangnya kembali ke posisinya, sakitnya segera hilang, postur tubuhnya normal kembali dan bisa berkegiatan seperti biasa sehari-hari. Dan semoga kami bisa mudik, kapanpun waktunya. 

Wassalamualaikum. 


Tuesday, 25 March 2025

Kelas AHA PAUD : Meluruskan Makna Kurikulum

Assalamualaikum.
Ada berbagai versi definisi kurikulum yang dibahas Bu Mierza di kelas AHA PAUD kali ini. 
  • Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005) – Kurikulum merupakan niat & harapan yang dituangkan kedalam bentuk rencana maupun program pendidikan . Kurikulum sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar mengajar.

  • Drs. Cece Wijaya, dkk – Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas yakni meliputi keseluruhan program.
  • Harsono (2005) – Mengungkapkan bahwa kurikulum ialah suatu gagasan pendidikan yang diekpresikan melalui praktik.

  • Prof. Dr. S. Nasution, M. A. – Menjelaskan kurikulum sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses kegiatan belajar mengajar

  • H. Hasan (1992) – Menurutnya kurikulum itu bersifat fleksibilitas. Yakni sebagai suatu pemikiran kependidikan bagi diklat, sehingga dalam posisi teoritik, harus dikembangkan dalam kurikulum sebagai sesuatu yang terencana dan juga dianggap sebagai kaidah pengembang kurikulum.
  • George A. Beaucham (1976) – Kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis yang berisikan seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik melalui pilihan berbagai disiplin ilmu dan rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
  • Murray Print – Menjelaskan bahwa kurikulum ialah ruang pembelajaran yang direncanakan, diberikan secara langsung kepada peserta didik oleh sebuah lembaga pendidikan dan merupakan pengalaman yang bisa dinikmati oleh seluruh peserta didik ketika kurikulum itu diterapkan.
  • Good V.Carter (1973) – Mengatakan bahwa kurikulum merupakan sekumpulan kursus ataupun urutan pembelajaran yang sistematik.
  • Dalam Undang – Undang No.20/2003 tentang SPN, bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (pasal 1 ayat 19).
Jika kita melihat semua definisi di atas, tidak ada kata waktu belajar, durasi belajar, metode belajar, ataupun keharusan menyelesaikan semuanya di usia dini. Inti dari semua definisi kurikulum itu adalah tidak ada ketetapan, keseragaman. Semua tergantung kebutuhan anak, dan yang menentukan apa saja kebutuhan anak adalah kita, orangtuanya. Kebutuhan anak satu dengan anak yang lainnya jelas berbeda. 

Reminder
Pada anak-anak usia dini, karena anak kita anak muslim, kita memiliki tanggung jawab unntuk mendidik adab sebelum ilmu. Seperti yang disampaikan oleh Sufyan bin Uyainah, seorang ulama besar guru Imam Syafii
"Langkah awal belajar ilmu adalah DIAM, kemudian mendengarkan, kemudian menghafal, kemudin mengamalkannya, kemudian menyebarkannya."
Tapi kita juga perlu berhati-hati dengan semangat menanamkan adab atau perintah untuk anak usia dini. Karena adab belajar ditentukan usia. "Duduk tenang" pun perlu disesuaikan dengan usianya. Ibadah pun perlu disiapkan fisik, pemahaman dan mentalnya. 


Monday, 24 March 2025

Tulisan Yang (Mungkin) Tak Akan Pernah Selesai

Assalamualaikum.

Hari itu, kami pulang dari Garut setelah beberapa hari keliling nyari info dan survey-survey peternakan domba. Akang sih yang keliling, saya nunggu sambil liburan di rumah Ibu. Dari rumah Ibu sekitar jam 10 pagi. Saat bersiap-siap, entah kenapa Sina yang biasa saya gendong erat menggunakan baby wrap tiba-tiba menolak untuk digendong. Mau duduk aja katanya. Ibu pun sampai nanya : "Itu Sina ga digendong?" Saya pun menjawab ya karena Sina-nya ga mau. Berangkatlah kami. Saat Sina dadah-dadah sama Ibu sebenarnya saya ada feeling ga enak. Ga tau lah apa, saya ga ngerti. Tapi saya seperti melihat wajah sedih ibu. 
Biasanya kami lewat jalur Nagreg, atau lewat Cijapati, itu pun sangat jarang. Boleh dikatakan selalu lewat Nagreg lah. Hari itu saya iseng lihat di waze kalau lewat Monteng ternyata lebih dekat, selisih jaraknya sekitar 25km. Kami sering dengar tentang jalur Monteng ini, jalur yang banyak titik ekstrimnya. Turunan tajam dan berkelok. Bahkan dulu sebagian jalannya pun masih tanah. Nah, dua hari sebelumnya kami ngobrol dengan saudara yang hampir seminggu 3x lewat jalur tersebut. Beliau bilang sekarang semua jalannya sudah diaspal, ga ada lagi jalan tanah. Jalur-jalur yang ekstrim juga sudah lebih baik karena banyak dipangkas dan ada jalan-jalan baru yang lebih aman. Jadilah kami sepakat untuk mencoba jalur tersebut.
Kami mengisi bensin di daerah Samarang atas, ga taulah nama pastinya. Yang pasti sudah masuk jalan arah atas dari Samarang. Disana juga Akang ngecek ulang ban dan rem dan kami yakin semuanya normal. Masuk area kamojang kami masih ngobrol cerita kesana kemari. Melihat pipa-pipa panas bumi, menghitung mamang-mamang yang jualan, berpapasan dengan bus dan banyak kendaraan lain. Saat mulai memasuki jalur yang turunan terus, saya banyak-banyak berdoa dan beberapakali bilang : "Hati-hati Yah, pelan-pelan. Entah berapa turunan kami lalui. Kemudian kami melihat banyak motor-motor yang berhenti di pinggir jala, di beberapa titik. Kalau dipikir lagi sekarang, ternyata motor-motor itu berhenti di titik setelah turunan curam. Kami? Lanjut aja terus ga istirahat dulu. 
Sampai akhirnya kami melewati jalan yang dianggap paliiing ekstrim. Alhamdulillah. Kami lega karena semua titik rawan berhasil kami lewati. Selanjutnya jalan masih turun tapi ga ekstrim. Turunannya landai dan sedikit saja. Di bagian sini ternyata jalan dibuka tutup karena sedang ada pengecoran ulang. Tiba-tiba Akang bilang pelan:" Bunda, remnya ga bisa. Blong, Bun. Astagfirullah astagfirullah astagfirullah." Di sana banyak bapak-bapak yang kerja memperbaiki jalan. Saya sempat teriak tolong tahan motor kami, remnya blong. Dan Akang langsung menabrakkan motor ke tumpuhan batu coral. Kebetulan di sana ada tumpukan batu coral, tumpukan pasir, beberapa drum aspal. Motor nabrak tumpukan batu tapi entah bagaimana kami semua terlempar. Saya dan Akang terlempar ke jurang sedalam 4 atau 5 meter dari jalan. Sementara Sina terlempar ke sawah yang banyak lumpur, melewati jurang. Sialnya, entah bagaimana, drum aspal yang dipinggir jalan itu menggelinding dan tepat mengenai kepala Akang. Astagfirullah. Saya tidak melihat. Ketika saya bangun, dengan baju kotor dan basah, yang saya ingat adalah Sina. Saya panggil-panggil Sina dan melihat sekeliling. Saya mendingar suara tangisan Sina yang menangis sambil memanggil: "Buuuundaa....." Saya melihat Sina. Seluruh badannya penuh lumpur termasuk wajahnya. Saya berusaha mendekat ketika saya melihat seorang Bapak menolong Sina, menggendongnya, dan berjalan ke arah saya. Ketika saya melihat ke arah lain, Saya melihat Akang, dengan baju kotor dan darah mengalir, ya mengalir, bukan hanya menetes, dari sekitar telinganya. Allah. Degh. Posisinya duduk, lalu kemudian oleng dan pingsan.
Seorang Bapak segera mengangkat Akang dan menggendong di punggungnya. Alhamdulillah ada sebuah mobil yang bersedia memberi tumpangan untuk membawa kami ke fasilitas kesehatan terdekat. allahuakbar, jalan macet karena di depan sana ada perbaikan jalan. Mobil sama sekali ga bergerak, akhirnya Akang di bawa naek motor, di tengah, Di belakang Bapak yang tadi mendampingi. Akang duluan, saya menunggu ada ojeg lain yang bisa membawa saya dan Sina menyusul Akang ke fasilitas kesehatan.
Sampai di puskesmas Ibun, saya lihat Akang sudah sadar. Sedang dibersihkan luka-lukanya. Saya mendekat, beliau bertanya : "Bun, ga apa-apa? Sina gimana?"

*bersambung

Tulisan ini saya tulis lebih dari delapan tahun yang lalu, namun sampai hari ini saya masih belum sanggup menuliskan kelanjutannya. 

Saturday, 22 March 2025

Kelas AHA PAUD : Pijakan

Assalamualaikum.

Melanjutkan cerita tentang prinsip pendidikan anak usia dini, kali ini tentang pijakan yang harus kita berikan kepada anak-anak, menyesuaikan usianya. 

KKO (Kata Kerja Opersional)

KKO (Kata Kerja Operasional adalah kata kerja yang dapat diukur ketercapaiannya, dapat diamati perubahan tingkah laku atau tindakannya, dapat diuji dan digunakan untuk merumuskan tujuan pembelajaran. KKO ini adalah kuncian dalam mendidik karena ini mempermudah anak dalam mengetahui apa yang orang dewasa inginkan. Semakin lugas kalimat yang kita pakai, semakin anak paham apa yang harus dilakukan dan semakin sedikit kemungkinan salahnya. Tentunya harus sesuai sama usia tumbuh kembangnya.

Misal saat kita ingin membacakan buku, kita katakan : "Nak, ayo sini DUDUK, SIMAK Bunda ya." KKOnya di sini adalah duduk dan simak. 

Kata kerja yang kita ucapkan harus spesifik. Misal saat ingin mengajak anak menempel stiker, contoh kalimat yang salah adalah "Nak, ayo kita kerjakan ini." Kerjakan apa, anak akan bingung apa yang harus dilakukan. Harusnya "Nak, Bunda punya buku stiker nih. Ayo kita MENCABUT stikernya dari buku stiker dan MENEMPELKANnya di sini." Sini ini sambil menunjuk benda yang akan ditempel ya. KKOnya mencabut dan menempel. 

Contoh lain, kalimat yang kurang tepat "Ayo kita bereskan ruangannya sampai rapi ya". Sampai rapi itu gimana, apa patokannya rapi. Sebaiknya "Ayo kita MASUKAN mainannya ke kotak mainan.", "Sekarang KUMPULKAN sampahnya, kemudian MASUKAN ke tempat sampah." Untuk anak yang lebih kecil misal usianya masih satu tahun, KKOnya lebih sederhana lagi. Misal "TARUH sini, Dek" sambil kita mencontohkan memasukkan mainan ke kotak mainan. 

Fakta

Untuk anak yang sudah lebih besar, sekitar 4-5 tahun bisa kita beri pijakan fakta. Maksudnya adalah kita mengatakan keadaan saat itu, apakah anak peka dan tahu apa yang harus dilakukan. 

Misal kita bilang "Wah tiga puluh menit lagi snack time nih." Apakah anak paham dengan rutinitas yang sudah biasa dilakukan. Kalau mau snack time berarti mainannya sudah harus dibereskan. Jika ternyata anak belum paham, boleh diberikan kalimat fakta lain misal "Mainannya masih banyak di lantai tuh."

Pertanyaan

Jika dengan penyampaian fakta anak masih belum bergerak, selanjutnya kita beri kalimat pertanyaan " Mainannya sudah masuk ke kotak mainan semua belum?". Jika ternyata anak hanya menjawab "belum' tanpa melakukan apa-apa maka kembali lagi ke KKO.

Gesture

Pijakan yang terakhir adalah gesture, fisik, kita langsung mencontohkannya. Gesture ini bisa berdiri sendiri atau bisa juga bersamaan dengan KKO. 

Reminder : Prinsip PAUD harus berjalan beriringan, dibungkus dengan 1 visi + 6 misi. 

Thursday, 20 March 2025

Kelas AHA : Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini (Umum)

Assalamualaikum.

Post sebelum ini, rencananya akan menuliskan materi prinsip paud, tapi baru prolognya aja udah bikin berlinang air mata dan bisa jadi tulisan random curhat tentang homeschooling. Kali ini, aku akan benar menuliskannya di blog sebagai sarana mengikat ilmu yang mudah diakses kapan saja dimana saja. 

Berorientasi Pada Perkembangan Anak

Prinsip pendidikan anak usia dini yang pertama adalah berorientasi pada perkembangan anak. Kita sediakan apa yang dibutuhkan oleh anak, bukan apa yang digariskan di kurikulum. perkembangan setiap anak berbeda, maka cukup fokus pada perkembangan anak sendiri apakah sudah sesuai usianya atau belum. 

Ketika mengintip STTPA (Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak) kemudian membandingkan dengan kemampuan Hana (4-5 tahun) saat ini, aku cukup tertohok. Ternyata masih banyak yang belum meemnuhi standar. Aku sudah memiliki STTPA ini sejak jaman dahulu kala, tapi masih belum rutin mengecek perkembangan anak-anak. Di aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama, PR Hana cukup banyak. Aku belum mengenalkannya agama-agama lain yang ada di Indonesia, tempat ibadahnya, hari besarnya. Selama ini hanya agama sendiri lah yang dikenalkan. Aku cukup puas di aspek sosial, emosional dan kemandirian. Semuanya terceklis. Toilet training bagian bisa membersihkan sendiri (cebok) setelah buang air besar baru saja lulus. Sebulan lalu Hana masih berteriak memanggil ketika selesai, dan masih aku yang membersihkan. PRnya ketika di luar rumah yang toiletnya tidak ada bidet atau shower karena belum bisa pakai gayung. Bana pun masih kesulitan jika harus menggunakan gayung. 

Berorientasi Pada Kebutuhan Anak (Fisik dan Psikis)

Contoh yang sering disebutkan adalah ketika seorang anak berusia empat tahun diminta duduk tenang selama tiga puluh menit, misalnya untuk belajar Iqra, apakah bisa? kalau bisa, alhamdulillah. Kalau ga bisa? ya ga apa-apa, wajar. Karena rentang konsentrasi anak itu 2 sampai 3 kali usianya. Jadi anak usia empat tahun, normalnya bisa duduk tenang, fokus selama delapan sampai dua belas menit saja. Anak yang ga bisa duduk tenang bukan berarti anak itu memiliki kecerdasan kinestetik, mungkin ya memang sesuai dengan usianya saja. Anak-anak punya hak untuk bergerak. Katanya, hak otot untuk bergerak sama seperti hak anggota tubuh untuk bertasbih. 

Belajar Melalu Permainan.

Hati-hati, belajar melalui permainan tidak sama dengan belajar sambil bermain. Apalagi sebagai seorang muslim, tidak direkomendasikan belajar sambil bermain. Karena kita perlu mengajarkan adab sebelum ilmu. Ketika akan belajar, anak perlu dilatih untuk duduk tenang, menyimak, diam. Kalau sudah bisa, baru dilatih untuk mencatat, dan lainnya. Belajar tidak sambil bermain.

Berbeda dengan belajar melalui permainan. Misalkan anak bermain balok. Dengan bermain balok, kognitifnya dapat, nuerasi pasti, motorik halus pasti, motorik kasar juga didapat jika baloknya berat misalnya. 

Berpusat Pada Anak

Pengaturan di rumah untuk yang menjalankan homeschooling seharusnya berpusat pada anak. Tata letak perabot, penyimpanan barang-barang sebaiknya bisa membuat anak menjangkau apa yang dibutuhkannya, bisa mrapikannya sendiri jika telah selesai menggunakan, dan membuat anak menyadari sendiri kebutuhannya. 

Pengaturan jadwal juga berpusat pada anak. Anak tidur jam berapa, bangun jam berapa, kapan makan, kapan bermain di luar, kapan belajar dan sebagainya.

Lingkungan yang Kondusif

Tidak sederhana, tapi perlu diusahakan. Anak-anak usia dini nalarnya baru bisa sebatas melihat, mencontoh, meniru, mengikuti. Bayangkan lingkungan seperti apa yang akan kita kenalkan ke anak, yang anak lihat, tiru, dan ikuti. 

Kalau tidak kondusif, apakah bisa? Bisa, tapi perlu usaha lebih keras.

Menggunakan Pembelajaran Terpadu.

Anak usia dini sebaiknya belajar berdasarkan tema agar pembelajaran lebih bermakna dan relate dengan kehidupan sehari-hari.  Tidak harus selalu mengikuti tema yang disiapkan kurikulum pemerintah, tema sendiri seperti tema Ramadan, tema Idul Adha, dan sebagainya juga bisa. 

Mengembangkan Berbagai Kecakapan Hidup

Salah satu contoh sederhana kecakapan emosinya berkembang adalah misalkan ketika bundanya sedang sibuk di dapur, dia bertanya apakah ada yang bisa dibantu. Atau untuk anak yang lebih kecil misal tiga tahun, tiba-tiba peluk, tiba-tiba ambil sesuatu pengen bantuin. 

Intinya adalah ajak dan dampingi mereka dalam keseharian kita. Mereka akan melihat bagaimana cara kita berbicara dengan orang lain, cara kita berjalan, cara kita membawa diri, atau cara kita mempersiapkan segala sesuatu. 

Ada sebuah pepatah : Membayar di depan lebih mudah dari pada membayar di belakang. Caranya adalah kita harus mau berlelah-lelah mengajak anak-anakmelakukan apa yang kita lakukan sebagai seorang muslim. Ini juga menjadi saatnya kita re-parenting, bagaimana kita sebagai seorang muslim memberi contoh, mengajak, dan mengajari. 

Menggunakan Berbagai Media Edukatif dan Sumber Belajar

Saat ini banyak sekali sumber belajar bertebaran di ruang digital. Pilih sesuai kebutuhan, jangan fomo ikut-ikutan. Penting juga untuk belajar langsung dari guru.

Dilaksanakan Secara Bertahap dan Berulang-ulang

Secara fitrah anak-anak usia dini akan mengulang-ulang melakukan apa yang dia suka dan ingin bisa. Misal jika anak suka sama satu buku, buku itu terus diulang minta dibacakan. Tubuhnya, otaknya jiwanya secara fitrah membutuhkan sesuatu itu dilakukan bertahap dan berulang-ulang agar dia mampu melakukannya dengan baik.

Aktif, Kreatif (Inovatif), Efektif, dan Menyenangkan

Kita bisa mencari referensi kegiatan anak dengan kata kunci yang tepat, tapi pastikan kita memberi pijakan saat membersamai.