Assalamualaikum.
Homeschooling adalah gaya hidup, anak belajar dari bangun tidur sampai tidur lagi bersama-sama dengan kita orang tuanya atau para pengasuhnya. Tentu saja kita pun perlu terus belajar. Ilmu pengetahuan terus berkembang, pun anak-anak kita yang setiap hari bertumbuh, mau tidak mau kita dipaksa untuk terus belajar apa yang menjadi kebutuhan anak-anak kita. Mengajar anak usia lima tahun tentu berbeda dengan anak kelas lima SD.
Untuk kurikulum pendidikan anak usia dini, sudah ada panduannya di Standar Isi Pendidikan Anak Usia Dini dari pemerintah. Ini dapat kita gunakan sebagai ceklis standar perkembangan. Tapi sebagai keluarga muslim ada beberapa prinsip pendidikan diniyah yang perlu dipertimbangkan.
- Memilih waktu yang tepat
- Memilih tempat yang tepat
- Sesuai dengan usia pertumbuhan anak
- Memanfaatkan kesempatan/ momen
- Menyambut baik ketika anak ingin belajar (contoh: shalat)
- Mendekati sebelum bicara kepada anak
- Menghadap anak sebagai lawan bicara’
- Menenangkan anak sebelum bicara (ingat: Maslow sebelum Bloom? Ini sudah diajarkan Rasulullah)
- Menyapa dengan nama asli
- Menyentuh secara fisik
- Menyampaikan dengan perlahan
- Menggunakan isyarat (mengurangi bicara/ cerewet)
- Menjelaskan dengan ilustrasi (realia)
- Menjadi teladan dan mencontohkan dengan perbuatan
- Memberikan perbandingan sesuai usia anak
- Memilih istilah yang halus untuk perbuatan tercela
- Memberi kesempatan bertanya
- Memberikan pujian terhadap pertanyaan yang bagus
- Tidak menjawab jika tidak tahu
- Terbuka ketika diingatkan
- Lemah lembut
- Memperhatikan respon terhadap ucapan dan perbuatan
- Perhatian terhadap kehadiran anak
- Memuliakan jika anak memiliki keutamaan
- Memberikan kemudahan
- Mempelajari sesuatu yang mudah terlebih dulu
Dan beberapa nasihat yang diambil dari kitab parenting Islami, Jaami’ul Ahkaami fi Aadaabi Shibyan. Sepuluh wasiat pertama di bawah adalah wasiat Utbah bin Abi Sufyan kepada Abdush Shamad, pendidik anak-anaknya. Beliau menginginkan agar sang pendidik dapat:
- Memperbaiki diri sebelum mendidik adab.
- Menjadi pendidik yang menyenangkan.
- Mengajarkan Qur’an dan hadits.
- Mengajarkan syai’r-sya’ir yang penuh hikmah, namun tidak menjauhkan dari ibadah.
- Menggunakan kalimat yang dipahami anak.
- Menyelesaikan pelajaran yang telah dimulai hingga benar-benar paham dan tidak terburu-buru loncat ke bab selanjutnya/ materi lain.
- Mengajari anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
- Melatih anak memilih tauladan/ idola yang baik adabnya.
- Menguatkan anak untuk menjauhi ikhtilat, terutama setelah baligh.
- Bersemangat dan menghindari bersantai-santai dalam mendidik.
- Membacakan Qurán kepada anak dengan bacaan yang bagus.
- Memberikan berita-berita yang bermanfaat.
- Meletakkan kalimat pada tempatnya (ilmu komunikasi).
- Mendidik anak tepat waktu dalam mendirikan shalat.
- Menasehati dengan nasehat yang mendidik dan cerdas
- Mempelajari bahasa Arab.
- Mempelajari nasab.
- Mengetahui ilmu tentang perbintangan.
- Bersikap kritis dan mampu melontarkan pertanyaan kritis dan berkualitas.
- Mendidik hati untuk berusaha memahami.
Lalu, Abdul Malik bin Marwan menekankan 2 hal yaitu:
- Mengajari kejujuran seperti mengajarkan shalat
- Membiasakan anak untuk berada dalam lingkungan orang-orang yang beradab baik.
Terakhir, yaitu dari Umar bin Abdul Aziz bin Umar bin Khatab.
- Latihan fisik itu sangat baik, selama waktunya tepat.
- Hindari terlalu banyak tertawa karena mematikan hati.
- Cerdaslah memilih mainan yang tidak melalaikan dari mengingat Allah, seperti alat musik, karena bisa menumbuhkan penyakit nifaq dalam hati.
No comments:
Post a Comment