Assalamualaikum.
Diantara semua topik yang pernah ku tuliskan di sini, topik ini sepertinya yang paling random. Tentang cantengan. Ada yang belum tau cantengan? Kalau menurut alodokter, cantengan adalah tumbuhnya salah satu sisi kuku atau ujung kuku ke dalam daging di area kuku. Kondisi ini ditandai dengan nyeri, bengkak, dan kemerahan di area kuku yang mengalami cantengan. Bahasa kerennya adalah ingrowing nail. Aku sudah pernah mengalaminya beberapa kali di jempol kaki, tapi yang kualami kemarin sungguh berbeda dari biasanya.
Beberapa hari sebelumnya jempol kaki kiriku mulai terasa sakit. Aku sudah tahu ini menjelang cantengan. Aku bergegas mengambil gunting kuku dan berniat segera memotong bagian kuku yang menusuk kulit. Saat hendak menggunting kuku tersebut, ternyata aku kesulitan, kuku yang menusuk dan mulai terasa sakit itu ternyata di bagian pojok kanan bawah jempol kaki kiri. Kebayang ga? Jika biasanya yang menusuk itu ujung kuku bagian atas, ini bagian bawah sehingga cukup sulit saat akan dipotong. Aku biarkan saja, berharap nanti akan sembuh sendiri seperti yang sudah sudah.
Keesokan harinya ternyata semakin sakit. Kulihat jempol kaki kiriku memerah dan bengkak di sebelah kanan. Sangat sakit apalagi jika tersentuh sesuatu. Bahkan tersentuh sehelai kain pun terasa sakit. Aku sempat menangis dan menjerit kesakitan ketika jempol kaki tersebut tak sengaja tertendang anakku. Bukan tertendang sih, anakku berjalan, dia tersandung kakiku yang sedang selonjoran sambil menonton tv. Aku mulai rajin meneteskan betadine ke sela-sela kuku jempolku, berharap bengkaknya segera hilang dan rasa sakitnya segera pergi. Malamnya, aku terbangun beberapa kali karena merasa nyut-nyutan di jempol kaki. Aku sempat meminum paracetamol, kebetulan aku tak punya sediaan obat anti nyeri lain saat itu. Nyerinya perlahan berkurang dan aku bisa tidur kembali.
Besok paginya, jempol kakiku terasa nyeri sekali sehingga aku kesulitan berjalan. Aku memaksakan berjalan ke dapur atau kamar mandi dengan terpincang-pincang. Suamiku beberapa kali mengecek kondisiku lewat whatsapp, dan kemudian mengajakku ke klinik saja setelah jam makan siang. Aku setuju. Sambil menunggu siang, aku rebahan sambil scroll tiktok, mencari tentang cantengan. Kemudian aku menemukan beberapa kasus cantengan yang berakhir dengan operasi cabut kuku. dan sebagian besar adalah yang berobat ke puskesmas. Beberapa ada yang ke IGD, ada yang berakhir operasi cabut kuku juga, ada yang hanya potong separuh kuku, tergantung seberapa parah cantengannya. Ada juga yang mengunjungi klinik khusus cantengan, aku mencari tahu, ternyata di Cianjur sini belum ada. Bahkan ada yang berhasil mengatasi cantengannya di klinik kecantikan yang ada layanan pedicure.
Semakin banyak menyimak pengalaman orang di tiktok, aku semakin ragu pergi ke klinik, takut harus cabut kuku. Apalagi rata-rata yang cabut kuku di puskesmas mereka disuntik bius 3-4 kali, ada yang sampai delapan kali. dan katanya, sakitny naudzubillah, ada yang ilang lebih sakit dari disunat, ada yang bilang lebih sakit dari operasi cesar. Aku semakin ragu. Aku memutuskan mengikuti salah satu tips, yaitu merendam kaki yang terkena cantengan dengan air hangat yan diberi garam. Aku rendam selama sekitar dua puluh menit. Setelah itu, ku keringkan kakiku dan ku oles salep antibiotik di jempol kiriku. Aku merasa lebih nyaman, nyut-nyutannya berkurang. Setelah sholat dzuhur, kuulangi lagi merendam kaki dengan air hangat dan garam, kemudian mengoleskan salep antibiotik. Saat suami pulang, aku sedang merendam kakiku. Aku mengatakan untuk menunda pergi ke klinik. Lagipula klinik terdekat saat itu tutup, baru buka lagi pelayanan sore sekitar pukul 16.00 WIB. Suami setuju.
Aku beberapa kali merendam kakiku, mungkin sekitar lima kali sehari. Semakin lama rasa sakitnya semakin berkurang meski bengkaknya masih ada. Hari ini, tepat satu minggu setelah aku mulai merasakan sakit di jempol kaki kiriku. Aku sudah sembuh, Alhamdulillah. Tak ada lagi bengkak, tak ada lagi rasa sakit nyut-nyut-an, tak ada merah-merah, tak berdarah dan juga tak ada keluar nanah. Alhamdulillah.
No comments:
Post a Comment