Assalamualaikum.
Aku sempat mention ya di post sebelumnya bahwa akhirnya kami mengikuti workshop homeschooling untuk me-refresh dan me-reset homeschooling anak-anak kami. Kami mengikuti workshop Homeschooling Dasar AHA! yang diselenggarakan oleh klastulistiwa. Pematerinya, Bu Mierza, berpengalaman menemani anak-anaknya homeschooling lebih dari 10 tahun. Beliau juga berpengalaman mengajar di banyak sekolah dan mendalami berbagai kurikulum. Profil beliau ada di sini.
Saat ini kami berfokus pada anak kedua kami, Bana, yang saat ini berusia enam tahun. Pertengahan tahun lalu kami sempat mendaftarkan Bana di salah satu sekolah dasar yang menyediakan fasilitas kelas jarak jauh. Jadi ya, homeschooling juga. Bana sudah mengikuti seleksi dan sudah dinyatakan diterima. Namun beberapa hari sebelum batas akhir daftar ulang kami membatalkan pendaftaran Bana ke sekolah tersebut. Alasan kami, saat itu Bana belum lancar membaca dan menulis. Kami khawatir Bana akan kesulitan dan tertinggal dari teman-temannya. Meski kami tahu sekolah tersebut juga akan memfasilitasi 'kelebihan' Bana di bidang lain, tapi kami masih tetap khawatir. Kami memutuskan untuk menundanya satu tahun. Tahun ini, Bana akan berusia tujuh tahun dan kami akan mendaftarkannya kembali ke sekolah tersebut.
Secara resmi, Bana akan terdaftar di sekolah formal. Tapi secara teknis, Bana akan menjalani homeschooling seperti Kakangnya. Nah, alasan inilah yang membuat kami mengikuti kelas ini. Sejauh ini, alhamdulillah homeschooling anak sulung kami berjalan tanpa kendala yang berarti. Ada satu dua hal tapi masih mudah kami atasi. Prestasi akademiknya juga jauh meningkat setelah pindah PKBM, kemampuannya mengatur waktu juga membaik, kemandiriannya meningkat. Namun, kami menyadari ada yang kurang, ada yang terlewat. Kami ingin memperbaikinya.
Di kelas AHA! Dasar ini berkali-kali Bu Mierza mengatakan agar kami, para homeschooler, meluruskan niat. Apalagi jika awal memilih homeschooling karena kecewa dengan sekolah formal, kami diingatkan untuk memperbaiki niat. Kata beliau, homeschooling itu bukan obat, bukan tombol panik, bukan pintu darurat. Homeschooling adalah ikhtiar, sebuah sarana (bukan tujuan). Homeschooling adalah pilihan, dan bagi kami yang muslim ini adalah ikhtiar kami mendapatkan keturunan yang sholih.
No comments:
Post a Comment